Cari Berita berita lama

KoranTempo - Melawan Gus Dur Sesuai Semboyan PKB

Rabu, 2 Januari 2002.
Melawan Gus Dur Sesuai Semboyan PKBJAKARTA - Matori Abdul Djalil menolak anggapan seolah posisinya di Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) mirip Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Soerjadi. Menurut dia, posisinya bersama PKB, justru untuk membela yang benar sesuai semboyan PKB yang kerap didengungkan sang pendiri partai, Abdurrahman Wahid. "Mereka yang persis seperti Soerjadi," tutur Matori di kediamannya, kemarin.

Matori lalu membandingkan bagaimana Megawati yang terpilih sebagai Ketua Umum PDI hasil Kongres yang sah dijegal di tengah jalan, dilakukan rekayasa, Kongres Luar Biasa dan lain-lain. Menurut Matori, sebagai ketua umum PKB yang sah dan dipilih Muktamar, dia juga merasa tidak dipecat tapi di kup Dewan Syuro dan beberapa orang PKB.

Ia lalu memaparkan sikap politiknya sehingga akhirnya berhadapan dengan Gus Dur. Sebagai ketua umum PKB, kata Matori, ia wajib melaksanakan semboyan partai, 'Membela Yang Benar'. Tapi, dalam pemerintahan Gus Dur, ia melihat kondisi yang tidak efektif akibat berbagai pernyataan kontroversial Gus Dur. "Akibatnya bukan saja pemerintahan tidak efektif, tapi juga membahayakan integritas wilayah dan kedaulatan republik," kata Menteri Pertahanan itu.

Selain beberapa kebijakan dan pemikiran kontroversial, kata dia, Gus Dur juga melakuan sejumlah skandal. Misalnya kasus Buloggate I, pertemuan dengan Tommy Soeharto di Hotel Borobudur dan Hotel Regent. Puncaknya, ancaman Gus Dur untuk mengeluarkan dekrit pembubaran DPR/MPR. Padahal, kata Matori, jika hal itu dilakukan pemerintah justru merongrong reformasi dan demokratisasi, karena DPR/MPR produk pemilu yang sah.

Matori mengaku telah melakukan koreksi dengan mengingatkan langsung Presiden Wahid. Tapi Gus Dur dan teman-teman melaksanakan kehendak mereka. "Saya pun mengambil keputusan untuk tetap hadir di Sidang Istimewa MPR," kata Matori sambil menghela napas panjang. Dari situlah, kata dia, dirinya melihat justru orang-orang PKB pro Gus Dur yang persis dengan Soerjadi.

Sementara itu, dalam jumpa pers di Kantor DPP PKB Kuningan, Ketua Steering Committee (SC) Muktamar Luar Biasa (MLB) DPP PKB kubu Alwi Shihab, AS Hikam mengungkapkan bahwa Matori telah membuat surat edaran kepada para bupati dan walikota se Indonesia untuk ikut mensukseskan MLB yang dia gelar pada 14-16 Januari 2002.

Surat bernomor 090/B/DPP/XII/2001 tertanggal 11 Desember 2001 itu ditandatangani Matori selaku Ketua Umum PKB dan Abdul Khaliq Akhmad sebagai Sekjen. Dalam surat itu tertulis: Sehubungan dengan MLB yang akan diselenggarakan di Jakarta 14-16 Januari 2002 dan direncakanan akan dibuka secara resmi oleh Presiden RI Ibu Megawati Sukarnoputri, kami mengharapkan Sdr Bupati/Walikota berkenan memberikan bantuan yang dapat mempermudah dan memperlancar keikutsertaan DPW/DPC PKB di wilayah ini untuk mengikuti MLB tersebut.

Apa yang dilakukan Matori, menurut Hikam, akan merendahkan citra PKB dan mengurangi kemandirian partai. "Apa bedanya pola seperti itu dengan era sebelum reformasi," ujarnya. Sekretaris SC Khofifah Indar Parawansa khawatir bila surat itu diterjemahkan sebagai instruksi eksekutif kepada aparat daerah. Sebab Matori kini Menteri. "Ini patut disayangkan dan kontraproduktif dengan semangat mewujudkan clean governance dan pola hidup sederhana," ujarnya.

Di Surabaya, kemarin Gus Dur kembali menegaskan bahwa dirinya tidak akan melakukan islah dengan Matori. "Ndak ada islah. Barang benar dan barang salah ndak bisa islah, yang salah organisasinya," ujarnya ketika dikonfirmasi soal rencana kyai sepuh NU yang akan menggelar islah di Pondok Pesantren Langitan 7 Januari mendatang.

Gus Dur lalu bercerita bahwa dirinya pernah diminta pimpinan Pondok Pesantren Langitan, KH Abdullah Faqih agar ke Langitan bersama 25 kyai, untuk menyaksikan KH Hasyim Muzadi dan Matori Abdul Jalil minta maaf kepada Gus Dur. "Kemudian saya jawab, ya kyai insyaallah datang. Lantas ada yang nanya, berarti Gus Dur memberi maaf ke Matori. Kemudian saya katakan, memberi maaf tetap, secara pribadi harus memaafkan tetapi aturan harus tetap tegak, ndak bisa seenaknya sendiri," katanya. /sudrajat/antara

No comments:

Post a Comment