Kamis, 13 Pebruari 2003.
Intan Martapura Perlu Pengakuan InternasionalBanjarmasin, 13 Pebruari 2003 14:20Menteri Perindustrian dan Perdagangan (Menprindag), Rini Soewandi mengakui keberadaan penambang serta industri intan Martapura, Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan memiliki prospek di masa mendatang, sehingga diperlukan pengakuan kualitas secara internasional.
"Intan Martapura Kalsel sudah dikenal luas di Tanah Air. Maka Deperindag akan memperjuangkan agar kualitasnya memiliki sertifikasi internasional," katanya, di sela-sela meninjau penggosokan intan modern di kota Martapura, 40 km Utara Banjarmasin, Kamis.
Ketika kunjungan ke penggosokan intan dan pasar batu permata Martapura, Menteri yang didampingi tiga orang Direktur Jenderal di Deperindag tersebut berpendapat, dengan adanya sertifikasi internasional maka intan Martapura bisa disejajarkan dengan intan dari Belanda, Perancis serta negara lain.
Selain itu, dengan pengakuan internasional maka harga intan Martapura akan terdongrak lebih baik dari harga selama ini dan mungkin bisa mencapai dua kali lipat.
Sebagai contoh, harga intan Martapura sekarang sekitar empat dolar AS per karat. Bila memiliki sertifikat internasional bisa dijual dengan harga delapan dolar AS per karat.
"Bila harga intan sudah sebaik itu maka bukan pedagang saja yang akan memperoleh untung tetapi juga akan mengangkat kesejahteraan penambang, perajin serta pedagang di daerah ini," ujarnya.
Apalagi bila intan Martapura tersebut hanya dijual secara gelondongan (asalan), artinya tanpa diproses dulu menjadi batu permata yang baik, maka harga mungkin hanya sekitar 30 persen, lanjutnya.
Ia menerangkan, harga intan asalan itu hanya 30 persen. Satu karat cuma terjual sekitar satu dolar AS saja. Padahal, intan gelondongan itu kalau dibawa ke luar negeri lalu diproses lagi menjadi permata yang baik, bisa dijual 10 dolar AS per karat.
"Oleh karena itu, saya mau mencoba, bagaimana nilai tambah yang begitu besar bisa dimanfaatkan oleh perajin dan pedagang di sini, bukan di sana," katanya.
Menurutnya, setelah melihat kualitas perajin intan di sini, yang digosok secara moderen maupun tradisional, ternyata hasilnya sama dengan intan yang berasal dari luar negeri. Tinggal pengakuan kualitas seperti sertfikasi itu saja lagi yang harus diraih, tuturnya.
Ia juga mengakui begitu lemahnya nilai batu permata di Tanah Air. Padahal secara kualitas tak kalah dengan negara lain, seperti intan hitam yang harganya di Martapura relatif lebih murah, sedangkan di dunia internasional jenis intan tersebut begitu diminati.
"Makanya perlu terobosan bagaimana caranya agar kualitas batu permata asli Indonesia bisa ditingkatkan kualitasnya, sehingga berdampak bagi perkembangan dunia industri batu permata di tanah air," demikian Rini Soewandi.
Dalam kunjungan ke pasar batu permata Martapura tersebut Menteri sempat berdialog dengan para perajin tradisional, serta membeli beberapa jenis barang kerjainan daerah ini yang akan dijadikan contoh untuk dibawa ke Jakarta.
Pada kesempatan tersebut, Menteri juga bersantap siang dengan Bupati Banjar Drs. H. Rudy Ariffin serta para jajaran Pemkab setempat, sekaligus berdialog untuk membahas berbagai potensi industri dan perdagangan yang dimiliki kabupaten tersebut. [Tma, Ant]
No comments:
Post a Comment