Cari Berita berita lama

Republika - Pekerja Ilegal AS, Dibenci dan Dicari

Kamis, 13 April 2006.

Pekerja Ilegal AS, Dibenci dan Dicari












Mereka memetik buah-buahan dan sayur-sayuran dan membungkusnya. Mereka bergelantungan di dinding, membersihkan rumah, hotel, dan bangunan-bangunan kantor. Begitulah keseharian para pekerja ilegal (imigran gelap) di AS. Saat sedang bekerja keras membanting tulan, mereka kini juga sedang menghadapi ancaman menyusul rencana perubahan aturan terhadap pendatang ilegal di negara itu. Pemerintah dan Kongres sedang menuju pada satu kesepakatan untuk membuat undang-undang imigrasi yang baru. Dengan aturan yang baru itu, AS tak lagi menoleransi para pendatang ilegal. Mereka bahkan dianggap sebagai pelaku kriminal. Tenaga kerja ilegal memang berhubungan erat dengan masalah ekonomi AS yang kompleks. Namun, selama ini pendatang (pekerja) ilegal juga memberikan andil cukup besar terhadap ekonomi AS. Mereka mau bekerja apa saja dan dibayar dengan harga berapa pun. Tentu pendatang yang legal bisa menerima bayaran lebih tinggi. ''Masalah ekonomi di sini tak sederhana. Ini kompleks. Ini!
saling terkait dan sangat berat untuk dipecahkan,'' ungkap Terry Connelly, dekan Ageno School of Business di Golden Gate University, San Francisco. ''Ini seperti menarik beberapa benang keluar dari serat kain. Jika Anda menariknya keluar, Anda tak tahu bagian mana yang telah Anda rusak.'' Diperkirakan ada 11-12 juta imigran ilegal di AS. Dari jumlah itu 7,2 juta orang dipekerjakan -- sekitar lima persen dari total tenaga kerja AS -- seperti yang diungkap oleh Pew Hispanic Center, sebuah lembaga penelitian. Pekerja ilegal kebanyakan lelaki dan bekerja di proyek konstruksi, pertanian, serta di sektor kebersihan. Pekerjaan itu tak menuntut keahlian khusus. ''Mereka itu bekerja mulai dari pembersih halaman hingga jasa pengepakan daging, ya seperti itulah. Keuntungan utama bagi konsumen dari pekerja ilegal itu mereka mendapat harga yang murah,'' ungkap Nariman Behravesh, ekonom Global Insight. Bagi pebisnis, pekerja murah bisa mendatangkan keuntungan yang gemuk. Jika pemilik mo!
dal menggunakan keuntungannya untuk mengembangkan bisnis tentu!
akan me
ndorong kegiatan ekonomi. Berdasarkan riset tersebut, konsumen dan pebisnis kemungkinan mendapatkan keuntungan dari tenaga kerja murah dan pekerja asli (kelahiran) AS bisa merugi karenanya. Berdasarkan riset George Borjas, profesor ekonomi dari John F Kennedy School of Government Harvard University, tahun 2004, pada 1980-2000 imigran legal dan ilegal mengurangi rata-rata pendapatan tahunan pekerja lelaki kelahiran AS hingga 1.700 dolar AS atau empat persen. Kondisinya lebih buruk lagi jika berdasarkan data hanya 10 juta pekerja laki-laki asli AS yang tamat sekolah lanjutan atas. Dengan angka itu, tenaga kerja imigran bisa menurunkan pendapatan pekerja asli hingga 7,4 persen. Para ekonom bank Federal Reserve Dallas dan Atlanta tak menemukan bukti bahwa pada 2003 upah pekerja asli AS dengan keahlian tinggi bisa terpengaruh oleh pekerja imigran. Hanya pekerja berpendapatan kecil yang terpengaruh. Imigran ilegal menggunakan sumber federal, pusat, dan lokal, termasuk sekolah-seko!
lah, klinik kesehatan, dan jasa emergency, sebagai tempat untuk bekerja. Mereka tentu berandil kepada pemerintah karena juga membayar pajak. Kebanyakan biaya (pajak) itu untuk anak-anak mereka. Anak-anak yang lahir tentu akan menjadi warga AS. Steven Camarota, direktur riset Center for Immigration Studies, menyatakan bahwa pada tingkat federal, biaya besar adalah untuk layanan kesehatan dan program asistensi pangan. Dia setuju dengan aturan keimigrasian yang lebih keras. Tak dapat hak Camarota menyebutkan beberapa imigran ilegal membayar pajak federal. Namun, pajak tersebut untuk pemerintah federal, mencapai 12 miliar dolar AS, jumlah yang sangat besar. Ada cara lain untuk melihat fakta tersebut. Sejak mereka membayar pajak, mereka membantu menyediakan dana jaminan sosial dan kesehatan. Namun, mereka tak akan mendapatkan hak dalam program tersebut sebab status keimigrasian mereka. ''Dari sudut pandang kami, ini bukan isu fiskal yang utama,'' ujar Pete Sepp, juru bicara Nat!
ional Taxpayers Union. Para ahli mencatat imigran ilegal juga !
menyumba
ng gaji kepada negara tersebut. Terutama untuk makanan, pakaian, furnitur, dan biaya hidup yang mahal. Ini bisa mendorong pertumbuhan ekonomi AS. Namun, banyak pekerja imigran yang juga memberikan gaji kepada keluarga yang tinggal di tempat asal mereka. Meski begitu, para pekerja imigran tetap memberikan sumbangan besar pada sektor tenaga kerja nasional. ''Kami dapat membuat lebih banyak barang dan itu bisa menambah kegiatan ekonomi secara keseluruhan,'' ujar Andrew Bernard, profesor ekonomi internasional di Dartmouth College's Tuck School of Business. Kongres AS sedang membahas rancangan undang-undang imigrasi yang baru. Mayoritas ingin ada perubahan. Namun, dalam draf milik Senat disebutkan bahwa imigran ilegal yang datang ke AS sebelum 2004 bisa menjadi warga tetap. Jika semua pekerja ilegal di negara itu dipecat, ekonom yakin gaji akan meningkat secara signifikan karena pekerja asli bisa mengganti posisi mereka. ''Ini akan butuh waktu untuk terjadi hal seperti itu. Jika !
keputusan itu diambil, banyak pekerjaan yang kemungkinan akan terhenti, kemungkinan banyak tanaman yang tak bisa dipanen atau beberapa ruang hotel tak akan dibersihkan,'' ujar Mark Zandi, ekonom Moody's Economy.com. Untuk beberapa kasus, banyak perusahaan kemungkinan harus mengoptimalkan investasi untuk mesin-mesin dan mesin otomatis lainnya daripada harus membayar gaji yang lebih tinggi. Dengan skenario seperti itu, harga konsumen akan naik. Berdasarkan hasil jajak pendapat AP-Ipsos, dua pertiga koresponden yakin imigran ilegal mengisi pekerjaan-pekerjaan yang tak mau dikerjakan oleh warga asli AS. Namun, hasil survei tersebut menemukan pendapatan yang mendua ketika ditanya imigran ilegal itu baik atau buruk bagi masyarakat AS. Tercatat 51 persen menyatakan imigran ilegal turut andil dalam kehidupan bermasyarakat dan 42 persen mengatakan imigran gelap itu hanya bergaul dengan kelompoknya. Fakta angka: 11-12 juta Imigran ilegal di AS 7,2 juta Orang yang dipekerjakan
(rakhmat hadi sucipto )

No comments:

Post a Comment