Senin, 6 November 2006.
Grup yang tak Pernah Membubarkan Diri
Denny Sakrie/KPMI (Bagian pertama dari dua tulisan) Hari hari datang dan pergi Dan kemarin bukan hari ini Yang telah berlalu Biar berlalu. Demikian penggalan lirik lagu 'Hari-Hari' yang ditulis bassis The Rollies, Oetje F Tekol, yang dinyanyikan Gito Rollies pada album New Rollies Volume 3 (Musica Studios,1978). Entah kenapa sepertinya terjadi kesepadanan makna lirik lagu itu dengan perjalanan karier The Rollies dari akhir era 60-an hingga sekarang ini. Siapa yang menyangka jika The Rollies akan memasuki usia yang ke-40. Meskipun personelnya tinggal Bangun Soegito (vokal), Teuku Zulian Iskandar Madian (saxophone,gitar), Benny Likumahuwa (trombone,flute), Didiet Maruto (trumpet), Jimmie Manoppo (drum), dan Oetje F.Tekol (bas), The Rollies tak pernah secara resmi membubarkan diri. Padahal grup yang dibentuk di Bandung pada tahun 1967 ini telah kehilangan sebahagian personel utamanya mulai dari Iwan Kresnawan (drum) di tahun 1974, Deddy Stanzah (bass,vokal) pada 23 Januar!
i 2001, Delly Djoko Alipin (vokal,keyboard) pada 30 Oktober 2002 ,dan Raden Bonnie Nurdaya (vokal,gitar) pada 13 Juli 2003. Personel The Rollies yang tersisa memang ada yang baru sembuh dari serangan penyakit yaitu Gito Rollies yang sembuh dari kanker dan Jimmie Manoppo yang sembuh dari gangguan ginjal. Walaupun hampir tak pernah manggung dan rekaman lagi, para personel The Rollies masih giat bermain musik. Benny Likumahuwa lebih banyak bermain jazz baik di panggung maupun di rekaman. Jimmie Manoppo tetap bersama Big Band-nya. Didit Maruto aktif sebagai session player di berbagai rekaman dan ikut dalam berbagai orkestra maupun Big Band yang ada di Jakarta. Demikian pula Oetje F.Tekol yang tetap berkutat di dunia musik. Sedangkan Gito di sela-sela kegiatan religius, masih tetap aktif di dunia seni antara lain bermain film seperti Ada Apa dengan Cinta, Gerbang 13 maupun Janji Joni. Terakhir Gito tampil dalam album religius Opick pada lagu Cukup Bagiku. The Rollies, sebetulny!
a bukan hanya kelompok musik kebanggaan kota Bandung, melainka!
n kebang
gaan negeri ini. Apa yang menarik dari The Rollies ? Bisa jadi karena kelompok ini senantiasa mengedepankan sesuatu yang baru dalam kurun waktu perjalanan musiknya. Pergeseran demi pergeseran warna musik memang acapkali ditapaki The Rollies. Selain memiliki personel yang tajam intuisi musikalitasnya, The Rollies pun memiliki beberapa vokalis dengan karakter yang berbeda. Taruhlah misalnya, Delly yang memiliki timbre tenor dan mampu meniti oktaf tinggi. Gito yang beratmosfer soul dan R&B. Deddy Stanzah yang memiripi karakter Blue eyed soul seperti Mick Jagger. Bahkan dipermanis dengan warna vokal melankolik Bonny yang banyak dipengaruhi warna Bee Gees. Kekuatan The Rollies masih ditopang dengan tatanan musik yang mengacu pada pola brass section (instrumen musik tiup) yang terdiri dari trumpet, trombone, dan saxophone. Dengan elemen-elemen inilah The Rollies menorehkan kontribusi pada industri musik di Indonesia. Kelahiran The Rollies bermuasal dari gagasan Deddy Sutansyah yan!
g kemudian lebih dikenal sebagai Deddy Stanzah. Di paruh era 60-an Deddy mengajak drummer, Iwan Kresnawan, dan gitaris, Tengku Zulian Iskandar Madian, dari kelompok Delimas serta Delly dari kelompok Genta Istana. Deddy lalu memilih nama Rollies sebagai identitas bandnya itu. ''Rollies itu berasal dari jenis rambut kita berempat. Saya dan Iskandar berambut roll (keriting), sedangkan Delly dan Iwan berambut lurus. Lalu disingkat menjadi rollies,'' demikian ungkap Deddy Stanzah ketika diwawancarai pada tahun 1997. Saat itu The Rollies membawakan repertoar luar mulai dari The Beatles, Bee Gees, The Rolling Stones. ''Maklum saat itu memang eranya British Invasion cerita Delly pada tahun 1995. Di tahun 1967, Bangun Sugito, alias Gito Rollies, bergabung di Rollies sebagai vokalis. ''Waktu itu Gito sering membawakan lagu-lagu Tom Jones, Engelbert Humperdink, dan sejenisnya. Tapi saya langsung meminta dia membawakan lagu-lagunya James Brown. Ternyata memang cocok,''tutur Deddy Stanz!
ah. Di tahun itu juga The Rollies dikontrak di Capitol Theater!
Singapo
re untuk tampil secara berkala dalam acara Morning Show. Saat itu memang banyak kelompok musik Bandung yang tampil sebagai penghibur di Singapura mulai dari The Peels hingga Trio Bimbo. Masuknya pemusik jazz berdarah Ambon, Benny Likumahuwa, banyak memengaruhi wawasan musik The Rollies. Pergeseran secara musikal pun mulai terjadi. Benny yang menguasai instrumen bass, drum, flute, trombone, dan saxophone, menyusupkan gagasan jitu yaitu mengetengahkan instrumen tiup sebagai bagian dari warna musik The Rollies. Akhirnya Gito tak hanya bernyanyi, namun mulai belajar meniup trumpet. Iskandar berpindah dari gitar ke saxophone, sedangkan Benny meniup trombone. Formasi The Rollies lalu bertambah dengan masuknya Raden Bonny Nurdaya dari kelompok Paramor sebagai gitaris. Gito sendiri mengaku kewalahan harus membagi konsentrasi antara menyanyi dan meniup trumpet. ''Saya akhirnya minta nyanyi saja,'' ungkap Gito. Sepulang dari Singapura, posisi trumpet diisi oleh Didiet Maruto. Di akhir!
era tahun 60-an The Rollies pun tampil sebagai band pengiring, antara lain mengiringi penyanyi-penyanyi wanita seperti Anna Mathovani dan Fenty Effendi. Bahkan The Rollies sempat menjadi band pengiring Aida Mustafa dalam album Mengapa Menangis yang dirilis Philips Singapore pada tahun 1968. Pada saat bersamaan Rollies merilis dua album pada perusahaan rekaman Phillips Singapore. Album pertama berisikan lagu-lagu cover version seperti 'Gone Are The Song Of Yesterday' (Love Affair), 'I Feel Good', 'Cold Sweat', dan 'It's A Man's Man's Man's World' (ketiganya milik James Brown), 'The Love Of A Woman' (Samantha Sang), 'Can't Last Much Longer'(Betty Harris), 'Sunny' (Bobby Hebb), 'You Keep Me Hangin' On' (Diana Ross & The Supremes), dan 'No Sad Songs For Me' (Bobby Bare). Warna musik Jika dicermati album ini memang cenderung mengarah pada warna soul dan R&B. Warna musik semacam inilah yang menjadi cikal-bakal karakter musik The Rollies. Pemilihan genre musik seperti itu rasanya!
memang klop, karena The Rollies memang telah memilih brass se!
ction se
bagai fondasi musiknya. Sementara di album kedua, The Rollies cenderung memainkan musik keroncong, langgam, dan lagu-lagu rakyat seperti 'Putri Solo', 'Arjati', 'Selajang Pandang', 'Kerontjong Kemajoran', 'Kerontjong Bandar Djakarta', 'Sansaro', 'Bubuj Bulan', 'Saule Ajo Mama'. hingga 'Pakpung Pak Mustapha'. Dengan berlatar brass section, The Rollies akhirnya lebih banyak memainkan repertoar kelompok musik yang memainkan anasir funk, soul, dan jazz rock. Tak heran jika dalam setiap pementasannya The Rollies menyajikan karya-karya dari Tower of Power, Blood Sweat and Tears, Chicago, Malo, dan Sot.
( )
No comments:
Post a Comment