Selasa, 31 Agustus 2004.
Sekolah yang Merindukan Kursi dan MejaBocah-bocah itu berhamburan dari ruang kelasnya. Ada yang berlari-lari kecil dan ada juga yang bercanda sesama temannya. Murid-murid Sekolah Dasar Sela-awi 2, Ciburayut, Bogor, ini terlihat riang tak terkira. Rupanya kemarin mereka baru mendapat kabar bagus dari gurunya. Guru bilang ada dermawan menyumbangkan sejumlah bangku dan kursi.
Si guru juga memastikan bahwa bangku dan kursi itu sudah menanti di Jalan Desa Ciburayut. Hanya berjarak beberapa ratus meter dari sekolah. Jumlahnya 32 meja dan 64 kursi. Ke sinilah bocah itu berlari. Mereka berebut membawanya ke sekolah. Jalan yang menanjak tak membuat mereka lelah.
Maklum, para siswa dan guru di sini sudah sangat lama merindukan kursi dan meja. Sudah dua tahun siswa yang berjumlah 149 orang ini belajar beralas koran. Padahal, lokasi sekolah ini hanya berjarak tiga kilometer dari vila megah milik Bupati Bogor. Jadi, meskipun jumlahnya hanya 32 meja dan 64 kursi, mereka sudah sangat berterima kasih pada si penyumbang.
Kondisi gedung SD Sela-awi juga cukup memprihatinkan. Sekolah ini dibangun proyek Inpres pada 1983. Bangunannya terdiri dari tiga ruang kelas dan satu ruang guru. Akhir 2000, atap salah satu kelas roboh, sehingga yang terpakai hanya dua kelas.
Jadi, dua ruangan yang ada dipakai untuk empat kelas sekaligus. Kelas II bergabung dengan kelas VI, kelas I bergabung dengan kelas V, sedangkan kelas III dan IV belajar siang hari. Dua ruang kelas ini pun sudah gawat. Langit-langitnya sudah bolong. Dinding pemisah dari tripleks sudah jebol, ada yang ditambal seng bekas atap.
Sementara itu, ruang guru dan kepala sekolah campur aduk dengan lemari kusam tempat arsip dan surat-surat penting. Sekolah ini pun tidak memiliki kamar mandi dan sumur, sehingga guru dan murid yang akan buang air kecil harus menumpang di sebuah rumah di sebelah sekolah.
Siapa gerangan orang yang dermawan tadi? Dia adalah karyawan PT PLN di Jakarta, di antaranya Hilwin Manan, bekas Manajer Bidang Operasi dan Pelayanan Gangguan Distribusi Jakarta Raya dan Tangerang. Hatinya tersentuh setelah melihat foto sekolah ini terpampang di media massa.
Lalu dia meminta bantuan temannya, Ichwan Sahroni, yang kebetulan tinggal di Bogor untuk mensurvei keberadaan sekolah yang memprihatinkan ini. Setelah melihat kondisi sebenarnya, Hilwin memesan 30 set meja kursi. Ichwan dan Soni, teman Hilwin, memesan masing-masing 1 set meja-kursi. Lalu mereka menyerahkannya pada Sabtu (28/8) lalu.
Tentu saja para guru di sekolah itu terkejut bukan kepalang. Sebab bantuan datang tanpa pemberitahuan. "Saya tak menyangka mendapat sumbangan kursi dan meja. Saya sendiri bingung harus bagaimana, terus terang saya takut mendapat teguran dari atasan. Saya tak tahu harus bilang apa lagi," kata Sri Tustatinah, Kepala Sekolah SD Sela-awi 2 Sri sambil menitikkan air mata. Tiga guru wanita lainnya ikut menangis terharu.
Hilwin dan dua temannya enggan berkomentar banyak tentang bantuan yang diberikan secara tulus itu. "Nurani saya tersentuh setelah melihat foto sekolah ini di sebuah koran nasional. Ini bantuan pribadi dan teman saya," kata Hilwin setelah menyerahkan bantuan.
Mengetahui ada orang yang memberi bantuan meja dan kursi, warga sekitar SD Sela-awi 2 juga sangat berterima kasih, karena umumnya anak-anak mereka sekolah di sana. "Sudah dua tahun cucu saya sekolah selalu membawa koran untuk alas belajar. Sekarang sudah ada kursi dan meja," ujar Saimah, 65 tahun. Syukurlah, ternyata masih ada dermawan seperti Hilwin. deffan dede purnama
No comments:
Post a Comment