Selasa, 27 April 2004.
Calon Pembeli IGM Ajukan Dua Syarat KhususJAKARTA -- Calon pembeli PT Indofarma Global Medika (IGM) mengajukan dua perjanjian khusus atau eksklusif kepada PT Indofarma Tbk. Pertama, investor meminta dapat menguasai saham mayoritas IGM. Kedua, IGM tetap diizinkan untuk mendistribusikan obat-obat Indofarma.
"Sebab, daya tarik IGM ini kan, Indofarma," papar Direktur Utama Indofarma Dani Pratomo dalam paparan publik di gedung Bursa Efek Jakarta kemarin. "Jadi, investor mau membeli IGM, asalkan produk-produk Indofarma tetap ada."
Menurut Dani, ada dua perusahaan yang sudah menyatakan minatnya membeli IGM. Ketika dikonfirmasikan apakah kedua calon pembeli itu PT Tigaraksa Satria Tbk. dan PT Tempo Scan Pacifik Tbk., Dani menolak untuk menyebutkan. Alasannya, aksi korporasi ini belum final. "Yang jelas, dua-duanya lokal," katanya.
Dia memastikan pula, pascapenjualan itu, Indofarma masih akan tetap memiliki sejumlah saham IGM. Sebab, awal mulanya IGM didirikan adalah untuk mengurangi ketergantungan Indofarma pada distributor. Posisi ini akan dipertahankan. "Pengalaman menunjukkan, kalau tidak punya kaki tangan distribusi sendiri, kami akan dikendalikan distributor," ujarnya.
Rencana penjualan IGM kepada investor strategis ini, ditegaskan Dani, akan diagendakan dalam rapat umum pemegang saham pada pertengahan Juni mendatang. Indofarma, kata dia, mentargetkan bisa menggandeng investor yang mempunyai uang dan mau mengembangkan IGM dengan jenis produk lainnya.
Sampai saat ini, Dani melanjutkan, peran IGM belum efektif karena hanya bertumpu pada produk Indofarma. Sekalipun perseroan sudah berupaya menambah produk seperti alat kesehatan, hingga kini belum menunjukkan hasil yang menguntungkan.
"Karena hanya didukung satu perusahaan (Indofarma), beban biaya tetap IGM menjadi sangat berat," kata dia.
Beban ini makin terasa ketika produk yang dihasilkan Indofarma pun nilainya relatif kecil meski volumenya besar. Sebab, dibandingkan obat bermerek, harga obat generik empat kali lebih murah. "Padahal, IGM ini hidupnya hanya di obat generik," kata dia.
Atas dasar kondisi itulah, menurut Dani, manajemen mengundang investor strategis. Namun, manajemen Indofarma tidak hanya mencari investor yang beruang. "IGM bukan hanya butuh uang, tapi tambahan muatan," tuturnya.
Ditambahkan, setelah terjual, IGM akan fokus pada pasar institusi. Sedangkan untuk pasar reguler, IGM bisa menitipkan produknya kepada investor strategis tadi. Sebaliknya, produk investor itu pun bisa dipasarkan di pasar institusi melalui IGM. "Jadi ini cross product, cross market," ujar Dani.
Rencana Indofarma menjual IGM terkait dengan kerugian yang dialami perusahaan produsen obat milik negara ini dalam setahun terakhir. Indofarma membukukan rugi bersih sebesar Rp 129,57 miliar pada 2003 yang disebabkan adanya beban bunga sebesar Rp 40,945 miliar dan beban atas kerugian penyisihan persediaan Rp 80,04 miliar.
Dalam laporan keuangan yang sudah diaudit juga disebutkan, penjualan Indofarma menurun. Perseroan membukukan penjualan sebesar Rp 498,206 miliar pada akhir tahun 2003. Padahal, akhir 2002 penjualan tercatat sebesar Rp 687,984 miliar. Penurunan ini diakibatkan menurunnya penjualan ke pasar institusi.
IGM juga memberikan kontribusi atas kerugian ini. Penjualan anak perusahaan ini pada akhir 2003 mencapai Rp 377 miliar, turun dari Rp 504 miliar pada akhir 2002. IGM memberikan kontribusi kerugian sebesar Rp 70,741 miliar setelah manfaat pajak.
Direktur IGM Hendri Gani mengatakan, total kontribusi kerugiam ini akibat penghapusan persediaan alat kesehatan dan obat dengan beban nilai Rp 59,878 miliar.
Sebelumnya, komisaris independen Indofarma Rhenald Kasali menyarankan agar manajemen Indofarma berani bertindak revolusioner dan strategis untuk memperbaiki kinerja perusahaan. Langkah ini, antara lain, mempertimbangkan divestasi anak perusahaan yang dinilai tidak menguntungkan. "Saya rasa saran komisaris ini masuk akal," kata Dani.
Manajemen Indofarma juga diminta untuk meninjau kembali jenis-jenis obat yang diproduksi perseroan, terutama obat generik. Indofarma diharapkan memproduksi obat generik yang menguntungkan.
Menurut Dani, Indofarma akan sulit membatasi jenis produk karena kapasitas produksinya yang besar. Artinya, apabila Indofarma selektif dalam memproduksi obat generik maka akan terjadi penurunan kapasitas. "Padahal kami juga harus menyikapi persaingan di pasar," kata dia. "Apalagi pasar obat generik sebagian sudah diambil alih oleh pesaing." yandi mr-tnr
No comments:
Post a Comment