Cari Berita berita lama

Depresi Bencana,"Tumbal" & Gigi Jelek (Belanda, Australia, Malaysia ) - 03/06/2006, 12:23 WIB - KOMPAS Cyber Media - Kesehatan

Sabtu, 3 Juni 2006.

KOLOM KITA (KOKI)
Depresi Bencana,'Tumbal' & Gigi Jelek (Belanda, Australia, Malaysia )

Jakarta, KCM
Kirim Teman | Print Artikel
Berita Terkait:
- Ungkapan Simpati, Pasar Tong-Tong & Gelandangan (Amerika, Eropa, China)
- Cinta Mbah Djiyem, Sabtu Mencekam & 'Tombo Ati' (Bantul, Amerika, Eropa)
- Simpati Yogyakarta, Cinta Sejati & Father�s Day (Jepang, Spanyol, Jerman)
Haiiii... pembaca, hari ini saya meminta maaf (lagi), bukan karena KOKI terlambat muncul (ini mah sudah biasa, hehe..), tetapi ada beberapa tulisan saya sensor, tidak ditayangkan. Rasanya kok tidak etis ya, di tengah kesedihan yang menimpa saudara-saudara kita di Yogyakarta dan Jawa Tengah, ada yangmasih tega mengumbar kata "Kutukan", "Kualat" dan "Hukum Karma".
Sebuah musibah harus dilihat fakta-faktanya, dianalisis secara nalar, dan akhirnya ditemukan penyebabnya yang obyektif.Faktanya, wilayah kepulauan Indonesia rawan terhadap bencana alam, terutama gempa bumi dan tsunami. Salah satu penyebabnya, letak gugusan pulau-pulau tersebut pada jalur gempa bumi, baik tektonik maupun vulkanik. Apa artinya? Seluruh masyarakat Indonesia, apapun suku dan agamanya --entah dia orang baik atau orang jahat-- sewaktu-waktu di lingkungan permukimannya bisa saja diguncang gempa bumi tanpa bisa diprediksi waktunya. (Pak Wes juga menyinggung dalam artikelnya di bawah nanti)
Khusus Yogyakarta dan sekitarnya, ancaman gempa tak hanya berupa guncangan faktor tektonik --akibat tumbukan lempeng Asia dengan lempeng Australia di Samudera Indonesia, tetapi sewaktu-waktu juga terancam gempa vulkanik akibat dorongan magma dari perut Bumi ke Gunung Merapi.
Sebelum gempa, 27 Mei 2006 lalu, Yogyakarta dan sebagian wilayah Jawa Tengah beberapa kali dilanda gempa tektonik. Tahun 1867 gempa serupa melanda Yogyakarta dan Surakarta. Tahun 1937 Yogyakarta dan kawasan Prambanan, lagi-lagi diguncang gempa tektonik, disusul kemudian tahun 1943, 1981, 1984, 1992,2001 dan 2004.
Musibah bencana alam sama sekali bukan persoalan moral. Saya jadi ingat tulisan Jakob Sumardjo, seorang dosen di Bandung, yang mengatakan orang baik atau orang jahat bisa saja dirampok, mendapat kecelakaan fatal atau musibah besar lainnya. Malah mungkin banyak orang baik yang nasibnya penuh dengan penderitaan, sebaliknya banyak orang jahat yang menikmati hidup duniawi ini. Bukankah, sinar matahari tidak hanya menghangatkan orang-orang baik, tetapi juga orang-orang jahat.
Semua peristiwa yang menyakitkan dan mengenaskan yang menimpa bangsa ini, dari kedukaan yang satu ke kedukaan yang lain, bencana alam, kerusuhan, kekerasan, teror bom, kesemuanya memperingatkan kita akan banyaknya pekerjaan yang harus kita kerjakan, dan terus berbuat sesuatu memperbaiki keadaan, bukan saling menyalahkan, mengutuk, apalagi mengaitkannya dengan kesalahan golongan tertentu di masa lalu -- yang jelas-jelas tidak ada hubungannya dengan bencana alam.
Dalam ajaran Buddha karma tidaklah sama dengan pembalasan, karena itu Buddha membalas kebencian dengan cinta kasih. Kita juga tak berhak mengutuk orang lain, menurut Jansen H Sinamo kutukan biasanya diucapkan oleh orang yang hierarkinya lebih tinggi daripada yang dikutuk, seperti ibu ke anak (ingat cerita Malin Kundang??), tak mungkin anak mengutuk orangtuanya. Ini (terkadang) juga berarti, pengutuk harus lebih bersih daripada terkutuk. Pertanyaannya kemudian, yakinkah diri kita masing-masing ini sudah bersih???
Oh, ya, saya juga memutuskan sebaiknya diskusi berkaitan dengan surat saudara Albert di Amerika "Hati yang Terluka" disudahi saja, karena memunculkan polemik tak berkesudahan, saling menyalahkan, saling mengungkapkan fakta baru dan lain-lain, yang kemudian melebar ke persoalan-persoalan lain yang (sebenarnya) tidak ada kaitannya sama sekali.
Selamat membaca ...
*********************************
Bagian I: SURAT-SURAT ANDA
BUKAN " TUMBAL" BIASA(YOS-Almere, Belanda) Dear Zeverina dan segenap pembaca KOKI dimana saja berada,Hati ini menjadi "miris" dan teriris setiap kali dihadapkan pada bayangan tentang musibah yang melanda Yogyakarta dan sekitarnya. Mata saya tak pernah melewatkan gambar musibah, yang secara "runtut" disiarkan melalui siaran warta berita. Harian surat khabar juga tidak pernah sepi memberitakan. Ketika kejadian ini meletus, saya banyak mendapatkan telepon dari keluarga istri dan teman terdekat. Pertanyaannya hampir serupa, "Heb je daar familie (punya keluarga disana)? "Tanya mereka.
Pertanyaan tersebut normal saya dapatkan, karena mereka mengetahui kalau saya orang Jawa. Walau kebanyakan dari mereka kadang nggak "ngeh" mengenai propinsi- propinsi yang pernah saya jelaskan.Saya memang tidak memiliki keluarga di Jawa tengah. Saya dilahirkan di Mojokerto, dan kebanyakan anggota keluarga tinggal berdekatan. Namun setelah kejadian, saya menghubungi saudara saya yang kebetulan saudara istrinya mengadakan liburan ke Yogyakarta. Hasil liburan yang diceritakan seperti ini,"Saat itu saya sedang berada di bus, bersama rombongan yang lain. Sepasang mata saya baru saja dimanjakan dengan pemandangan - pemandangan indah.Kakipun terasa agak capek setelah melakukan aktifitas bersama rombongan lain. Tetapi ketika berada kembali di bus, terasa kaki ini bisa beristirahat. Bus pun berjalan, melanjutkan acara. Semua terasa normal. Pikiran,hati dan perasaan sayapun biasa - biasa saja. Namun dalam sedetik, semua berubah menjadi pemandangan yang amat mengerikan. Terasa bumi ber!
gerak seperti mahkluk hidup yang terbangun dari tidurnya. Dan gerakan itu dengan cepat merubah semua yang ada. Mata saya menengok ke belakang. Terlihat tanah yang menganga. Bumi yang membuka mulutnya lebar - lebar. Bus melaju, dan melaju cepat. Karena mulut bumi itu terlihat seperti mengejar. Matapun seolah tidak percaya, ketika menyaksikan seorang wanita yang bayinya terjatuh, dan ditangkap "bulat bulat" oleh mulut bumi. Dia ingin sekali menolong. Tapi apa daya, situasi berbicara lain. Dia hanya bisa melarikan diri dari cengkeraman musibah dengan mata yang bersimbah air mata dan hati yang terbelah. Si buah hati yang beberapa menit sebelumnya terlihat manis dan aman dipelukan, dalam sekejap sudah berada dipelukan bumi pertiwi. Meninggalkan ibu dan keluarga tercinta "tanpa harus tau" kenapa dia.K enapa harus dia yang mengalami. Dengan pasrah, bayi ini meninggalkan dunia fana tanpa menanyakan keadilan."Hati saya bertambah tersayat-sayat mendengar cerita tersebut. Dalam sekeja!
b semua bisa berubah, tanpa kita sadari kehadirannya dan saatn!
ya. Moed
er natuur (bunda alam)seakan" tidak" bersahabat dan murka.Walau bunda alam menyadari, dia tidak ingin hal ini terjadi. Namun dia juga harus "tunduk" dan patuh, karena bunda alam adalah ciptaan. Seperti halnya manusia, dia juga ciptaaan yang wajib tunduk pada Sang Pencipta. Kini semua sudah terjadi dan terlihat oleh mata dan hati.Musibah tengah melanda, dan gundahlah semua hati. Yang ada hanyalah pikiran bijak, apa yang bisa diperbuat untuk meringankan penderitaan para korban dan keluarganya.Seperti saudara - saudara kita yang lain, tidak ada hal yang masih dinantikan, kecuali secepatkan mengikhlaskan diri untuk berbuat "sesuatu" yang manusiawi. Dan kitapun diingatkan wejangan yang berharga.Ada dermawan kaya yang suka berkelana, yang selalu bepergian dengan kuda putih kesayangannya. Dermawan yang hartanya berlimpah ini berkelana dari suatu tempat ke tempat lain untuk beramal. Dan namanyapun tersohor. Kehadirannya selalu dinati-nantikan, dan tidak terduga. Bertambah banggalah !
dia, karena semua "melihat" budi baiknya. Ketika sedang melakukan perjalanan, tiba - tiba dia kehabisan perbekalan minum. Ditengah panas terik matahari, diapun tidak menemui apa-apa kecuali kecuali seorang tua renta. Dia mendekati orang tersebut dan diapun bertanya bagaimana agar mendapatkan air minum. Orang tua yang melihat orang kehausan ini segera memberikan air minum.Dan dermawan kaya ini dengan senang hati meminumnya. Setelah mengucapkan terima kasih, diapun kembali melanjutkan perjalanan. Sang dermawan kaya ini tidak mengetahui, kalau pak tua tersebut telah memberikan air minum persediaan yang paling terakhir. Pak tua sudah tidak memiliki air perbekalan lagi, karena sudah diberikan secara suka rela kepada dermawan kaya. Dan diapun amat bangga karena tidak ada orang yang mengetahui hal tersebut.Semoga kita mampu berbuat banyak untuk melakukan kebajikan untuk saling membantu sesama. Karena mereka semua adalah ciptakan Tuhan yang kita sembah.Groeten uit Almere-Belanda
****DEPRESI & BENCANA(WES-Australia)
Dear Zeverina & pembaca KoKiAda 2 jenis BENCANA, yaitu BENCANA ALAM dan BENCANA AKIBAT ULAH MANUSIA. BENCANA ALAM seperti yang dialami Yogyakarta dan sekitarnya dimana kita semua larut dalam rasa prihatin dan duka. Bencana alam ini pernah dialami semua negara dan bangsa manapun dibumi ini, bentuknya macam-macam bisa berupa gempa bumi, banjir bandang, gunung meletus, kekeringan dan sebagainya.
KUTUKAN ? KARMA ? Saya percaya bukan semuanya, karena bencana alam bisa menimpa siapapun, orang baik-baik maupun jahat, tua-muda, warna kulit apapun, agama dan kepercayaan apapun, negara/orang miskin atau kaya dan seterusnya.Yang berbeda adalah CARA MENGANTISIPASI DAN MENANGANINYA. Ada negara yang cepat tanggap dalam mengantisipasi Bencana Alam tersebut, bukan saja karena mereka memiliki peralatan yang canggih melainkan juga aparat dan pengamat yang berdedikasi, tekun, jeli dan teliti. Ini dimungkinkan untuk menghindari atau setidaknya memininalisir amukan Bencana Alam itu, sebab sebetulnya sejak jauh hari alam sudah memberikan tanda-tandanya. Bukankah ada siklus-nya dan gejala-gejalanya ? Badai topan di USA sudah bisa diprediksi, begitu pula orang Jepang telah sangat mengenal tabiat berbagai gempa yang kerap melanda negerinya. Apabila ternyata Bencana Alam itu terjadinya melebihi apa yang telah diperkirakan, mereka juga sudah mempersiapkan pertolongan para korbannya.Gempa Y!
ogya nampaknya telah berhenti, kelihatannya tidak ada gempa susulan. Namun penanganan akibat gempa jauh dari usai. Ini adalah Bencana lanjutan, yaitu akibat ulah manusia. Yang mati setelah dikubur ya tamat ceritanya. Yang luka-luka, sakit maupun sehat waalfiat tanpa luka jasmani - itu yang bakal jadi masalah besar. Ini adalah Bencana yang lebih parah, karena menyangkut jumlah manusia yang jauh lebih banyak, bukan ribuan lagi, melainkan ratusan ribu bahkan mungkin menyangkut jutaan penduduk baik yang terkena langsung maupun imbasnya.
Pukulannya bisa berantai. Para korban yang hidup ada yang cacat tubuh, depresi mental, kehilangan pencari nafkah (buat yang masih kecil jadi yatim piatu) dan mata pencahariannya (hartanya habis). Mereka akan belajar jadi pengemis, penjarah dan gampang direkrut untuk peserta unjuk rasa atau bahkan pelaku bom bunuh diri. Ini akan bersambung menjadi melemahnya daya beli penduduk yang akan berakibat pada merosotnya perekonomian yang juga bakal menimpa golongan menengah yang merupakan salah satu motor penggerak perekonomian, sehingga dampaknya akan terasa keseluruh negeri.
Masalahnya masyarakat kita tidak dididik untuk belajar survive, sehingga bila mengalami pukulan keras langsung sempoyongan. Kita tidak diajar menghindari pukulan maupun menahan pukulan. Main gampang saja, terlalu mudah mengatakan �tidak bisa melakukan� - bukan �bagaimana bisa melakukan�.BENCANA AKIBAT ULAH MANUSIA bisa 2 macam, yaitu TIDAK SENGAJA dan SENGAJA. BENCANA YANG TIDAK SENGAJA (human error), misalnya masinis kereta api tertidur sehingga keretanya bertabrakan atau jatuh kejurang. Human error ini paling banyak terjadi dimana-mana, diberbagai sektor.BENCANA SENGAJA dengan motif ekonomi, misalnya menutup saluran air agar terjadi banjir sehingga memperoleh upah mendorong mobil yang mogok, unjuk rasa asal-asalan untuk memeras pejabat atau pengusaha dan sebagainya. Konon sekarang lagi modelnya unjuk rasa menjadi suatu profesi bahkan untuk mahasiswa gurem yang meminjam istilah Ariel Heryanto disebut �mahasia-sia� (Kolom Asal Usul, Harian Kompas). Biasanya Bencana macam beg!
ini tidak dimaksudkan membunuh orangnya.BENCANA SENGAJA karena delusi atau paranoid, ditujukan dan direncanakan untuk menghancurkan dan membunuh sebanyak mungkin. Contoh: Kerusuhan Mei 1998, Twin Tower USA, Bom Bali, Bom Marriot, Bom London, Bom Madrid, dst. Sasarannya ngawur, tidak seperti pasukan jibaku Jepang di Perang Dunia yang sasarannya terarah, yaitu objek militer lawan (bahwasanya ada sipil yang terkena, itu adalah imbasnya). Ini adalah bencana yang dibuat dan direkayasa dengan kepala dingin. Kalau para korban Bencana Alam seperti Yogya dan Aceh saja meratapi dan sukar melupakannya, apalagi para korban Kerusuhan Mei 1998, Twin Tower dan Bom Bali. Buat saya dan siapa saja yang tidak terkena langsung ya mudah melupakan dan memaafkan. Namun sepatutnya kita memahami perasaan gadis yang diperkosa dibulan Mei 1998 itu, masyarakat USA korban Twin Tower, masyarakat Australia dan Bali korban Bom Bali. Alasan pelaku Bom bahwa Bom Bali I adalah untuk menghancurkan kemaksiatan!
, karena itu terjadi di bar atau night club. Lalu apa alasan B!
om Bali
II yang adalah restoran biasa dengan pengunjung keluarga ? Memang para pelakunya sebetulnya adalah orang-orang lugu, naif dan jelas bodoh.Yang paling keji dan biadab adalah dalangnya. Siapa ?????BENCANA DEMI BENCANA AKAN MASIH BERDATANGAN MENIMPA INDONESIA. Bukan karena KUTUKAN atau KARMA, melainkan karena memang kepulauan Indonesia termasuk kawasan siklus Bencana Alam. Tak perlu menyalahkan siapapun atau meratapi diri. Yang terpenting BELAJAR MENGANTISIPASI DAN MENANGANINYA.JANGAN LAGI DITAMBAH DENGAN BENCANA AKIBAT ULAH MANUSIA ! Menyaksikan korban gempa di Yogya hati terasa pilu, meski apa mau dikata itu Bencana Alam. Apalagi membandingkannya dengan korban Twin Tower, USA yang jumlah korbannya hampir sama besar dan yang menyakitkan ini Akibat Ulah Manusia yang tak berhati nurani yang disengaja dan direncanakan !DEPRESI AKIBAT BENCANA
Saya melontarkan topik THE BLACK DOG alias DEPRESI beberapa waktu y.l., memang tujuannya adalah untuk memancing para ahli atau pembaca yang mengetahui lebih banyak dan kompeten memberikan penjelasan serta cara menangkal sekaligus mengatasinya. Ternyata muncul Bpk. Yos-Almere, Belanda yang pernah menulis karya ilmiah dan melakukan observasi mengenai Depresi. Kentara betul Bpk. Yos ini adalah pakarnya.
Saya sendiri hanyalah orang awam, tulisan saya sekedar rangkuman dari apa yang saya lihat, dengar dan baca sepintas saja. Rangkuman tersebut seakan berupa karangan bunga-bunga milik orang lain, tidak setangkaipun bunga itu milikku - mungkin hanya seutas tali pengingkatnya saja milikku (kutipan dari filsuf Montaigne).Kebetulan tulisan Bpk. Yos dan saya terbenam hiruk pikuk gempa di Jogya dan sekitarnya. Namun setelah situasi mereda, saya pikir justru kupasan makalah DEPRESI menjadi sangat relevan dengan bencana gempa tersebut. Mengapa ? Oleh karena konon penyebab Depresi akibat gempa adalah :
STRESS MAHA BESAR yang ditimbulkan oleh musibah besar seperti bencana alam, perang, perampokan, huru-hara, perkosaan yang menteror mental. STRESS SITUASIONAL YANG MENDADAK akibat melihat kejadian yang mengerikan. STRESS KRONIK akibat stress yang terus menerus melanda seseorang atau konflik emosional bawah sadar.
Ah, bagian saya sampai disini saja. Mohon dilanjutkan oleh Bpk. Yos dan pembaca/ penulis KoKi lainnya.******Gempa Yogyakarta(Rreinhart-Jakarta)
Zeverina, saya Reinhart P tinggal di Jakarta, ingin menuliskan komentarnya di kolom yang ada, semoga dapat diterima & pantas untuk dimuat atau di-share kepada yang lain. Terima kasih kalau sudah boleh menikmati tulisan yang dimuat juga komentar2 pembaca yang lain. Saya tuliskan ini karena ada banyak hubungan dekat dengan teman juga rekan di lokasi gempa selain pernah juga beberapa kali berkunjung kesana. Terima kasih kalau boleh sharing juga membaca hasil reportasenya yang sangat menyentuh, saya seperti mengalami sendiri juga bertemu dengan para korban gempa di Jogja dan Jawa Tengah. Terus terang saya jadi merasa tidak berhak untuk duduk menulis komentar di kantor yang aman tanpa guncangan apapun�rasanya ingin ada juga melihat langsung dilokasi. Tapi saya jamin hati sayapun akan terimbas emosi yang sangat, mungkin yang tadinya mau bebantuan, bisa hanya termenung dengan kaki lemas, perut yang tidak karuan karena menahan sedih yang amat mendalam. Saya rasa sumbangan berapa!
pun jumlahnya atau besarnya tidak akan menggantikan perasaan yang ada sekarang, sedih, marah dan prihatin karena ketidakmampuan ini�Jogja merupakan kota favorit saya dan istri untuk berlibur. Kami masih ingat jalan2 berdua naik becak, karena penampilan saya yang selalu seadanya dengan celana pendek dan kaos, mas becakpun memanggil �mister�, saya hanya tersenyum dan selalu mengingat tawaran mereka untuk melihat pabrik batik, mampir ke Kraton ataupun mencicipi bakpia yang memang merupakan favorit saya. Kamipun juga menikmati suasana kota dari beck yang kami tumpangi, biasanya saya coba2 menawar dengan bahasa Jawa seadanya, maklum banyak teman saya di Jakarta berasal dari Jogya ataupun tempat lain di Jateng. Biasanya sih, setelah menawar sehabisnya turun, saya membayarnya dengan lipat empat harga yang saya tawar. Saya tidak tega untuk memberi sedikit kepada mereka. Mengayuh atau narik becak bukan pekerjaan mudah atau ringan, mereka punya banyak saingan dan tentunya karena meru!
pakan pekerjaan utama, mereka akan susah kalau tidak menerima !
penghasi
lan sesuai kebutuhan mereka.Selama di Jogya kamipun sempat mampir ke candi Prambanan untuk menikmati pertunjukan Ramayana. Itu tahun 1999, kami adalah satu-satunya pasangan lokal diantara turis Eropa dan Jepang. Rasanya sih aneh, ngapain juga nonton pertunjukan wayang, soalnya kami berdua memang bukan keturunan Jawa yang bisa mengerti dan menikmati. Tapi yang terjadi ialah kebalikannya, kami menjadi sangat menikmatinya karena ya memang belum pernah melihat, benar2 pengalaman menonton yang tidak terlupakan. Hanya duduk di atas batu, bisa bertahan hampir 2 jam. Kalau turis asing biasanya diberi alas jok sedikit untuk mengalasi bokongnya, mungkin kalau orang kita dipikir sudah biasa yah duduk dibatuan�
Rasanya ingin selalu pergi untuk menikmati kota Jogya dan sekitarnya. Tapi karena ada banyak kesibukan, kami tidak terlalu sering berlibur atau mampir. Hanya karena tugas kantor, bulan April 2006, tepat dihari ulang tahun, saya harus pergi karena sudah dijadwalkan beberapa bulan sebelumnya dan rupanya tidak bisa ditawar-tawar lagi. Terus terang saya agak khawatir karena berita aktifitas dari gunung Merapi yang masih mengumbar uap panas terlihat jelas. Kami masih dapat melihat jelas uap yang keluar dari lantai atas hotel kami menginap dipagi hari. Sebelumnya karena kami berangkat dalam rombongan, saya minta team untuk berdoa dan minta perlindunganNya. Saya anggap ini serius bukan hanya didorong oleh kepentingan bisnis, tapi saya juga ingin masyarakat di Jogya tidak disakiti atau susah karena bencana gunung meletus. Kamipun sempat bertemu dengan rekan bisnis di Jogya dan sempat juga makan lesehan. Sepertinya, mereka tidak terlalu memikirkan gunung yang akan meletus, biarpun ja!
rak dari gunung ke tengah kota itu sekitar 20-25 kilometer kata sopir yang mengantar saya pulang ke Bandara. Rekan kami sangat antusias untuk memberikan yang terbaik selama kami disana, keramahannya benar2 tulus; kalau dibalas dengan bilang terima kasih mungkin tidak pernah akan cukup. Mengantar kami mencari makan malam ataupun menemani kami sarapan pagi di hotel bukan hal yang merepotkan, padahal kami tahu rumah mereka cukup jauh lho... Pendeknya, mereka tidak mau kita ditinggalkan dan mengurus diri sendiri, kami adalah tamu bisnis juga teman dekat mereka.Sabtu lalu saya mendengar berita kalau Jogja dan sekitarnya diguncang gempa, pertama kami perhatikan korban ada seratusan jiwa. Saat itu saya mengirim pesan ulang tahun kepada teman yang mempunyai orang tua di Jogya dan sempat menanyakan kabar ibunya. Sembari tetap melihat berita di TV, saya makin menyadari kalau ini bencana besar. Gambar2 yang ada mulai menampilkan utuh keadaan korban, mulai dari rumah sakit yang dipenuh!
i korban sampai wajah2 dengan tatapan kosong sambil memeluk an!
ggota ke
luarga yang meninggal. Rupanya rasa sedih ataupun bingung sudah terlampaui, tidak tau lagi apa yang harus diungkapkan. Lebih sedih lagi karena saya tahu banyak warga usia lanjut juga mereka yang hidup berkekurangan di lokasi gempa. Sekarang, mereka sangat menderita karena semua ini, semua gambar dari banyak stasiun TV menayangkannya, si mbok dan mbah yang seharusnya bisa menikmati hari tua mereka tanpa perlu susah karena apa yang telah dialami dalam hidupnya selama ini. Bencana tidak mengenal kepada siapapun mereka�tanpa peringatan menghancurkan juga mematikan.Pesan SMS masuk dari teman saya memberitahu kalau genteng dirumah ibunya rontok. Sayapun penasaran dan meminta berita lebih lengkap. Mungkin ini sulitnya ataupun seninya jadi orang Jawa yang tidak pernah merasa bencana atapun hal buruk adalah satu titik henti dalam kehidupan, filosofi �untung masih�� ternyata juga dipraktekan oleh teman saya ini�
Sehabis makan siang diapun memberitahukan kalau semua atap dirumah ibunya habis, tapi bangunan masih cukup utuh dan mereka berencana untuk meng-evakuasi beliau ke Jakarta. Inipun setelah menunggu cukup lama karena listrik mati membuat komunikasi terputus. Dan tambah sulit ternyata beliau meninggalkan rumah dipagi hari sebelum gempa terjadi untuk jalan-jalan sehingga harus dicari oleh sanak saudara disana. Jadi setelah tanpa berita jelas, beliau dapat pulang dengan selamat ke rumah. Terus terang saya lega tapi tetap mengkawatirkan rekan bisnis kami.Hari Senin, saya mendapat berita kalau bekas teman kantor, seorang perempuan sudah menjadikan rumah-nya di Jogya sebagai posko untuk menyalurkan makanan dan kebutuhan sandang lain. Dia bercerita kalau banyak hal yang diperlukan korban2, mulai dari baju, selimut atau sarung hingga makanan. Sudah dua hari berturut-turut dia pergi pulang Bantul dan letih secara phisik karena tidak kuat menahan beban mental melihat korban2 yang hidupny!
a sangat sulit karena ternyata hujanjuga datang padahal mereka tidak punya tempat berteduh yang baik dan mereka berharap sekali untuk bantuan yang datang. Dia bilang mau istirahat sejenak karena masih ingin meneruskannya besok. Saya hanya titip pesan untuk jaga kesehatan dan akan membantu kirim barang2 yang diperlukan dari Jakarta.Sedang rekan bisnis kami, rumahnya sudah rata dan tidak bisa didiami, tapi kami dengar dia tidak ambil pusing malah disibukan kegiatan untuk menolong yang lain dan sempat menawarkan untuk menyalurkan bantuan kami jika berminat mengirimkan dari Jakarta. Mereka tidak perlu kriman uang, karena banyak toko tidak buka untuk membeli keperluan mereka adalah sulit. Kami di kantor sudah mengumpulkan baju layak pakai juga makanan, semoga hari esok kami dapat mengirimkannya.Sampai disini, saya hanya bisa membayangkan; apa yang akan terjadi jika kita harus mengalami hal itu. Dalam hitungan 57 detik, semua hal yang pasti selama umur hidup kita, hancur tidak be!
rbentuk. Dimana keberadaan kita juga kepastian hidup selanjutn!
ya, misa
lpun selamat, akankah kita bertahan untuk menghadapi pencobaan yang sangat menekan. Kebesaran Tuhan dikagumi dan ditakuti terntunya juga dihormati, hanya manusia bodoh yang berani mengutuki pencobaan yang terjadi. Saya yakin, dari membaca tulisan Zeverina, para korban gempa sangat menerima keadaan mereka. Mungkin ini kunci keberhasilan mereka untuk bertahan yaitu menerima keadaan dan berharap akan hari depan yang lebih baik.Ucapan belasungkawa yang terdalam untuk para korban yang harus terpisahkan dari sanak saudara mereka untuk menghadap Yang Maha Kuasa. Saya doakan kekuatan bagi mereka yang ditinggalkan juga terbaring sakit; cepat sembuh, sehat dan kembali untuk bersemangat membangun hidup dihari yang baru. Terima kasih untuk banyak teman juga rekan atau relawan yang dengan tulus meluangkan tenaga dan waktu membantu mereka disana, Tuhan memberkati kalian, amen.
*******Kembalilah Wahai BurungILHAM Samodra � Negri Rantau
Zev dan pembaca semua, tulisan ini kuawali tepat di hari Sabtu ketika gempa baru saja menggoncang Jogya dan sekitarnya, juga desaku. Aku belum tahu saat itu. Ketika aku selingi dengan membaca kompas, aku terhenyak. Tak pernah bagian negriku yang indah dan tentram itu terkena cobaan seberat ini. Aku jadi berpikir adakah ini berkait dengan kekejaman bangsaku terhadap alam? Benarlah alam diciptakan oleh Sang Pencipta untuk manusia. Namun, kalau alam dan seisinya yang selalu berdzikir ini dizalimi, disakiti, tentu Si Empunya akan menegurnya, sebagai wujud kasih sayang-Nya kepada makhluknya. Allahu�alam, Tuhan lah yang mengetahuinya.
Kampus tempat saya belajar ini diklaim sebagai tempat hidup sekitar 300 species burung. Di pagi hari, ada jenis burung yang rajin membangunkanku menjelang shubuh. Bernyanyi keras-keras di sebuah pohon dekat jendela kamar hostelku. Ketika pagi ini saya berjalan di bawah pepohonan yang rindang di dalam kampus, seekor burung terbang rendah di atas kepala, seolah menyapa selamat pagi. Burung kecil berjingkat di atas tanah, burung biru sabar menunggu munculnya seekor ikan di danau kampus. Indahnya bila burung berparuh panjang itu menyambar ikan, dan membawanya terbang ke dahan pohon untuk dinikmatinya. Ah, sayang ada makhluk lain yang harus binasa, ikan. Begitulah alam ini diciptakan. Satu diciptakan untuk lainnya. Dari dalam rerimbunan ranting-ranting pohon, terdengar berbagai jenis kicauan. Tekukur, Prenjak, Kepodang, Perkutut, dan nyanyian burung lainnya yang tak kukenal nama penyanyinya. Meski tak nampak sosok mereka, saya dapat bayangkan burung-burung itu begitu bahagia, hid!
up nyaman tanpa ada yang mengganggu.
Kicauan burung-burung yang beraneka warna pagi ini mengingatkanku pada cerita sedih burung di negriku. Ketika aku masih kecil, sambil menimba air di pagi shubuh, aku nikmati suara burung Srigunting, burung hitam yang ekornya berbentuk gunting. Burung Sikatan yang begitu lincah menyambar belalang masih kujumpai. Sehingga ketika guru bahasa Jawa memberikan pelajaran ibarat, �TANDANGE CUKAT KADYA SIKATAN NYAMBER WALANG�, tangkas seperti burung Sikatan menyambar belalang, aku masih mudah memahaminya. Akankah anak-anak (Jawa) mengerti peribahasa ini sekarang? Burungnya telah pergi entah ke mana. Burung Gagak masih dapat dijumpai bergaok-gaok di atas pohon kelapa. Kata orang pertanda ada kematian entah di mana. Burung Kuntul masih berlengang lengok di sawah. Burung Kepodang dan Kutilang masih sesekali menyelinap ketakutan di rerimbunan pohon melinjo dan mangga, meski sudah jarang, aku masih sempat mendengar mereka bernyanyi di alam bebasnya. Kalau ada burung Bangau melintas desaku!
, aku melihatnya sebagai makhluk langka ketika itu, lumayan meski sudah langka ketika itu, aku masih sempat melihatnya. Ketika ibuku bercerita tentang Kleting Kuning yang ditolong Bangau Tongtong aku masih bisa membuat gambaran si burung itu. Bila udara cerah, matahari sudah naik sepenggalah, sering terdengar sayup-sayup suara burung Tekukur dan Perkutut liar terdengar bernyanyi di kejauhan. Suatu hari, ketika matahari hampir tenggelam, masih ingat aku dan kawan-kawanku menggoda burung Keket yang bersarang di dalam pohon Munggur (seperti woody woodpecker), bila kita lewat mereka seolah takut diganggu anaknya, mereka menyambar di atas kepala, kami terbirit-birit sambil tertawa tapi takut membayangkan paruhnya yang tajam. Ratusan burung Emprit (Pipit) yang pulang ke tempat tidurnya di senja hari, menjadi pemandangan yang menarik hatiku. Ohh indahnya alam desaku ketika itu. Apakah semua itu masih bisa dirasakan? Entahlah...
Dari kecil aku sudah merasakan ketidaksetujuan dengan mereka yang suka menangkap burung dan mengurungnya. Ada yang menangkap burung secara profesional untuk dijual, mlintheng (ketapel) burung untuk kesenangan, menembak burung untuk dimakan dagingnya, meletakkan perangkap jerat di depan sarang burung untuk permainan, maupun mencari sarang burung untuk diambil anaknya dan semua jenis penangkapan burung aku sudah membencinya sejak kecil. Pernah karena pohon pisang di kebon ditebang, dan ada sarang burung Emprit di tandan pisang, aku �terpaksa� merawat si anak-anak burung dengan menyuapinya beras yang dibasahi. Ketika mereka sudah bisa terbang, mereka pergi begitu saja tanpa sepengetahuanku, malang bagi mereka karena terbangnya masih rendah, ditangkap oleh seorang remaja (pembaca.., sekarang rumah dia kudengar rusak parah karena gempa, semoga sabar dan segera normal kembali). Aku kasihan pada burung-burung kecil itu dan merengek pada ibu untuk memintanya kembali agar aku bisa me!
rawat mereka sampai benar-benar bisa terbang tinggi. Akhirnya si burung pergi lagi meski terbang dengan terseok-seok.
Kini, bila aku pulang ke kampung, burung-burung yang kuceritakan di atas sudah sulit ditemukan, kecuali burung Pipit yang jumlahnya tak sebanyak dulu lagi. Kekejaman pada burung mungkin terus berlaku. Ternyata manusia begitu kejam kepada alam. Adakah hanya bangsaku yang kejam kepada alam? Aku sering bertanya, mengapa bangsaku tak bisa menyayangi alam? Adakah ini ada hubungan antara semboyan �WANITA, TURANGGA LAN KUKILA�? Pria Jawa akan menjadi lelaki sejati bila telah memiliki wanita (istri), kuda (kendaraan) dan burung, adakah demikian? Kepada pecinta alam yang membaca tulisan ini, temani aku untuk merisaukannya.
Kerisauan ini semakin menguat, ketika suatu hari aku berada di Stutgart, negri asing pertama yang aku jejaki. Suatu sore di kereta api dari Hohenheim ke pusat kota Stutgart dari jendela kulihat burung-burung besar nampak terbang rendah di atas tanah pertanian. Tak ada yang menembak, mlintheng ataupun menjeratnya.
Di Tokyo, burung gagak yang yang sudah punah di desaku, begitu banyaknya. Kalau tidak waspada, di dalam stasiun kita bisa ketiban kotorannya. Burung rajawali pun masih sering menari di dekat rumahku ketika itu, dan aku menikmati keanggunan terbangnya. Orang Jepang begitu sayang kepada alam. Pernah aku lihat petugas pengangkut kertas bekas di Jepang sedang berhenti di depan apartemenku. Ada seekor ulat terjatuh dekat tumpukan kertas bekas, dia ambil ulat yang jatuh dari pohon itu, lalu dia naikkan kembali ke pohon supaya tak kelaparan di bawah atau terinjak orang. Aku terkesima.
Di Malaysia, burung-burung cantik masih dijumpai bebas berkeliaran. Di India selatan, burung Elang terbang rendah dengan bebasnya. Di Dakha yang katanya negara susah, merekapun membiarkan burung-burung terbang bebas. Malahan sisa makanan mereka berikan kepada burung-burung liar. Ini semua tak kujumpai di desaku, entahlah di bagian lain dari negriku, Indonesia.
*******Simpati buat kota budaya (Anita di Paris)
Bravo Zev.... cerita perjalannanmu ke bantul bener2 menyentuh hati..... Saya mendukung zev dech kalau mau menulis artikel lengkap ttg perjalanan itu.
Saya Turut berduka cita terhadap korban dan keluarganya atas bencana alam di yogya. Miris hati ini melihat keadaan mereka yang serba darurat, yang tidak ada makanan yang bantuan belum sampailah ke tempat tujuan. Saya mendukung temen2 yang mengusulkan gimana kalo zev mau mengkoordinasikan penggalang dana untuk para korban tersebut. Karena kita tidak bisa hanya menunggu bantuan ke pelosok2 desa dari pemerintah, sementara mereka kelaparan, kedinginan dan ketraumaan mereka terhadap gempa yang muda sehat, maupun tua renta dan anak2 balita.Saya mau cerita segelintir pengalaman salah satu korban bencana tersebut yang kebetulan sahabat saya di yogya.
Baru bangun tidur, mata masih merem melek. Mertua langsung memberitahu ada gempa di indonesia jakarta. ( kebetulan sedang berkunjung kerumah mertua). Walhasil saya langsung telepon kekeluarga saya di jakarta ternyata infonya ngga terlalu akurat ternyata di yogya. Wah saya lansung teringat salah satu sahabat saya yang mau melangsungkan pesta pernikahan hari minggu di cibinong. Saya coba telepon kerumahnya di yogya tidak bisa..., telepon ke hpnya susah setangah mati, coba telepon ke calon istrinya juga ngga bisa... setelah setengah jam coba telepon sana sini akhirnya saya bisa telepon sahabat saya Anton di Hpnya. Ternyata dia baru pulang dari rumah sakit dengan kepala bocor dan kaki tidak bisa digerakkan dan perban disana sini. Dia tertimpa balok2 dari bangunan yang rubuh di airport adisucipto akibat gempa. Dia dan keluarganya sedang menunggu fligt ke jakarta untuk melangsungkan pernikahan. Manusia berkehendak Allah yang menentukan.. Yah maha besar Allah. Akibat trauma gempa y!
ang dideritanya dia tidak bisa terbang kejakarta, walaupun lewat airport kota lain yang terdekat. Mau memakai transportasi darat tidak memungkinkan. Dan pada akhirnya dia tidak bisa melangsungkan pernikahannya yang sehari sesudah gempa terjadi.
Akan tetapi kita masih bersyukur dia salah satu orang yang selamat dari amukan gempa. Materi, rencana bisa dicari di lakukan lagi, tetapi nyawa tidak ada gantinya. Hanya Allah yang mengetahui apa yang akan terjadi esok. Sekali lagi bravo buat zev dan thanks. Ps. Zev kalo rencana ngumpulin dana terlaksana, mohon diberitahu lewat email.
******Ikatan emosional sesama Jogjanese(Srie- Michigan)
Hi Zev,
Malam itu [Jum�at malam waktu Michigan] aku ditelpon teman yang punya family di Jogja, di bilang dengan suara parau karena menahan tangis, kalau ada gempa di Jogja, besar sekali sampai rumah orang tuanya rata dengan tanah!
Waktu itu saya pikir... What???!!! sebesar apakah gempa itu? Dengan masih berpikir mudah2an ini hanya �joke� saja, aku mulai memencet telpon untuk menghubungi Orang tuaku yang tinggal di daerah Ambarrukmo. Dan walhasil... tidak pernah sukses!Takut dan panik langsung menyerangku! Untung sambungan ke mbakku di Jakarta bisa. Agak lega hatiku karena seluruh keluarga selamat. Jadi sebelum mati lampu, bapakku sempat telpon Jakarta mengabarkan berita gempa dan keselamatan anggota keluarga.
Walaupun aku lega disatu sisi itu. Tapi disisi lain langsung pilu hatiku! Kulihat di siaran TV, ada seorang simbah [nenek] yang duduk ndodok [jongkok] dekat reruntuhan rumahnya, sambil nangis! Tak kuat lagi air mata kutahan melihatnya. Seperti kita ada ikatan batin. Entah karena kita sama-sama orang Jawa, atau karena ini di Jogja.
sebenarnya ikatan emosional sesama orang Jogja sejak dulu kurasakan. Waktu aku masih kerja di Jakarta, setiap pulang Jogja di akhir pekan [mungkin sebulan sekali] dengan kereta api Senja Utama, walaupun kereta itu penuh sesak, tidak jarang kita hanya dapat duduk di lantai. Tapi tetap asyik kita lakukan. Becanda dengan sesama Jogjanese [orang jogja] pakai bahasa jawa. Perjalanan yang semalamanpun jadi tidak terasa. Selain menambah teman, juga bisa dapat info kerjaan. bahkan mungkin ada yang ketemu jodoh disitu. who knows?!
Anyway... JAdi dengan adanya gempa ini, walaupun saat ini aku udah berada jutaan miles dari sana, tapi hatiku tetep bisa ikut merasakannya! Bagaimana kepolosan orang Jogja, sifat kejawaannya, cara mereka menyapa orang. Juga hawa, udaranya, atmospherenya. semua, semuanya dan lain-lainnya.
Tak heran, setiap orang yang pernah kuliah di Jogja, walaupun mereka tidak lahir dan besar di Jogja [bahkan temanku orang Amerika yang pernah kuliah di Jogja] merasa Jogja adalah kampung halamannya. Katon Bagaskara kan juga bilang begitu!
Sekarang ini Jogja kita sedang berduka! Apa yang harus kita lakukan untuk menolongnya?! Selain tentu saja material dan bantuan moril tentu juga dibutuhkan. mungkin kita bisa saling membesarkan hati sesama orang Jogja, kirim SMS, telpon or email ke teman-teman [Jogja] lama. Tanya kabarnya dan keluarganya!
Aku yakin hal seperti ini pun juga bisa dibilang bantuan. Saling menguatkan satu dengan yang lain. Kalau sudah begini, tidak sia-sia kita sebagai orang Jogja yang dulu sama-sama berdesak-desakan di dalam kereta api Senja Utama, boleh berbangga, kalau kita Jogjanese selalu ada ikatan batin emosional! Salam kompak!
*********Turut berduka cita (Theresia Walten - Belanda)
Jogjaku Malang, saya haturkan �Turut berdukacita yang sedalam-dalamnya untuk para korban & keluarga yang ditinggalkan karena musibah gempa bumi. Tuhan menguatkan hati saudara-saudara semua. Sampai saat ini rekan usaha kami di Imogiri belum bisa dihubungi, di klaten (tukang kayu) kami, dan semua rekan-rekan usaha kami, kami berdoa terus untuk keselamatan anda semua. Peluk dan jabat erat tangan dari kami di belanda�.
*****Ikut berduka Yogja (Someone- Eropa)
Dear Zev,
Aku trenyuh dg ceritamu soal mbah Djiyem. Pasti banyak mbah Djiyem yg lain punya cerita dan kisah sama. Saya lihat dr sini di www.cnn.com, komplet foto aku lihat, banyak para sepuh yg punya luka parah, seharusnya mereka tidak menderita spt itu, mereka kan sudah tua dan menikmati masa tuanya. Tapi apa hendak di kata Tuhan punya kuasa, seperti kata Ebit G. Ade "Untuk Kita Renungkan":
Kita mesti telanjang dan benar-benar bersihUkir lahir dan di dalam batinTengoklah ke dalam sebelum bicaraSingkirkan debu yg masih melekatHo ho singkirkan debu yg masih melekatAnugrah dan bencana adalah kehendak-NyaKita mesti tabah menjalaniHanya cambuk kecil,agar kita sadarAdalah Dia diatas segalanya, Ho ho adalah dia Diatas segalanya
Anak menjerit jerit, hasrat panas membaraLahar dan badai menyapu bersihIni bukan hukuman hanya suatu isyaratAgar kita mesti banyak berbenah
Memang bila kita kaji lebih jauhDalam kesunyian masih banyak tangan yg tega berbuat nistaHo ho Tuhan pasti akan memperhitungkanAmal dan dosa kita perbuatKemanakah lagi kita kan sembunyi, Hanya kepadanya kita kembaliiiiTak ada yg bakal bisa menjawab, mari hanya tunduk sujud kepadaNya.....
Mudah-2an bantuan-2 yg mengalir betul-2 disalurkan untuk mereka dan tidak untuk dimakan pihak-2 yg punya tujuan tertentu. Mereka betul-2 butuh bantuan kita baik moril dan spirituil. Zev, rasanya mulut sampai berbusa kalau bercerita soal gempa-yogya ke teman-2, atau saudara dan suami, agar sama-2 merasakan kepedihan mereka, tapi ini aja tidak cukup. Mudah-2 mereka diberi ketabahan dan juga kekuatan lahir dan batin, dan moga-2 Tuhan tidak memberi gempa-2 lagi di negeri kita tercinta.....Terimakasih dan mohon maaf apabila ada kata yg tidak berkenan di hati pembaca. Salam!
*****Turut berdukacita (PU-Inggris)
Hi Koki,
Saya menyatakan turut berdukacita sedalam-dalamnya atas kejadian yang menimpa Jogyakarta. Saya jadi teringat waktu saya bersama seorang teman dan adik saya jalan-jalan ke Jogya kira-kira 10 tahunan yang lalu. Banyak kejadian lucu yang kami alami disana tapi pada dasarnya warga jogya itu ramah-ramah dan kotanya nyaman dan aman untuk dikunjungi.
Sekarang saya jadi sedih kalau mengingat banyak bangunan rumah dan bangunan bersejarah yang turut hancur. Jogya adalah kota ke 2 sesudah Bali yang banyak dikunjungi wisatawan. Mudah-mudahan kejadian ini bisa membuat kita semua lebih waspada terutama untuk pemerintah yang seharusnya memberi peringatan lebih dini untuk penduduk sekitar Jogya jadi sedikitnya bisa meminimalisasikan korban dan kerugian. Dan mudah-mudahan semua uang dan peralatan yang disumbangkan oleh negara-negara lain dapat dipakai untuk menolong korban-korban disana. Tolong pemerintah pikirkan nasib rakyat kecil jangan hanya memikirkan isi perutnya saja. Salam hangat dan pelukan kasih untuk warga Jogya. Tuhan memberkati selalu.
******Doa kami dari jauh untuk Yogja dan sekitarnya(Susanna-Amerika)
Setelah membaca pengalaman kunjungan Zeverina ke daerah Bantul, Yogja, air mata saya menetes menahan pilu melihat keadaan yang begitu menyedihkan. Doa saya dari jauh untuk mereka, agar Tuhan menggerakkan hati orang-orang untuk membantu mereka dengan tulus tanpa pamrih. Saya telah membaca di milis FPK ada orang yang kelihatannya mau menipu para penyumbang. Sungguh disayangkan, disela-sela kesulitan orang masih ada juga yang memanfaatkan untuk kepentingan sendiri. Tidakkah mereka merasakan bila ini sampai menimpa diri mereka sendiri suatu saat. Biarlah Tuhan saja yang mengadili mereka dengan keadilanNYA yang MURNI. Saya percaya sepenuh hati, Tuhan mendengar doa dari orang-orang yang tulus dan benar-benar membutuhkan bantuan dan akan mengirimkan tepat pada saatNYA. Salam dan doa.
******Bantuan untuk Yogya dari Inggris (Malindo di Inggris)
Apa khabar Zeverina, semoga sudah sembuh ya. Pasti Zev kecapekan emosi dan fizikal selepas melawat Yogya.Tentang musibah di Yogya, saya sudah memberitahu rakan-rakan sekantor di sini. Alhamdulillah mereka juga cepat bereaksi dengan membantu dan mengucapkan turut berdukacita. Dalam waktu dua hari, teman sekantor saya, orang Inggris, memberi saya maklumat ini. Untuk mereka yang berada di Inggris, mungkin agak susah, selain kena charge juga, untuk mengirim duit langsung ke akaun-akaun bank seperti yang ditulis oleh Zev di KOKI kemaren. Saya cadangkan siapa yang ingin menyumbang uang atau barang kepada mangsa gempa bumi, bisa menyumbangkan melalui British Red Cross. Dikhabarkan, katanya persatuan ini telah menyumbang beribu-ribu kemah, selimut dan barang-barang lain kepada mangsa gempa bumi di Yogya.Jadi, untuk menyumbang, mereka bisa menghubungi tel: 08450 53 53 53 atau redcross.org.uk/indonesiaquake. Sumbangan uang bisa dibuat dengan menggunakan cheque, diposkan (tidak perlu p!
erangko) ke alamat:Indonesia Earthquake Appeal, Ref.25373FREEPOST LON 18968, Sheffield S98 1ZASertakan maklumat di belakang cheque: title, forename, surname, alamat dan postcode anda.Semoga maklumat ini dapat memudahkan kita memberi sumbangan, derma betul-betul sampai kepada mereka yang memerlukan dan dapat meringankan, walau cuma sedikit, penderitaan mangsa.******Sedikit kenangan di Yogya (Wandi)
Jumat, 15:21 WIB. Rasa bosan cukup mengganggu, soalnya kerjaan kantor sepertinya sudah selesai aku kerjakan (padahal kerjaannya tidak seberapa sih, soalnya masih training, he..). Sorry.. sebelum masuk ke rumah orang harusnya aku permisi dulu, halo Zeverina lam kenal (btw orangnya kaya gimana ya, :), tampilin fotonya dong,biar bisa ngebayangin pas nulis surat....) halo senior2 di kOKI...
Turut berduka sedalam-dalamnya untuk bencana gempa di Yogyakarta Aku menjadi langganan kolom ini baru sekitar 1 bulanan, dan 5 hari belakangan ini sepertinya emphati dari pembaca KOKi yang begitu besar terhadap Yogya membuat pembaca pasif KOKI tergerak untuk menulis (tidak terkecuali aku) Yogya...., baru sekitar 2 bulanan aku meninggalkan kota yang begitu tenang itu. Selama 4 tahun aku "dibesarkan" oleh kota Yogya, mengapa??? karena aku mencari jati diriku disana, aku menghabiskan masa kuliahku (masa yang notabene orang masih dalam tahap pencarian diri) di sana. Selama 4 tahun disana, aku menemukan bahwa kota ini adalah kota yang low profile, kota yang tenang, bersahabat dan kota yang sangat cocok sekali untuk kita menghabiskan masa tua di sana (aku punya keinginan seperti itu), singkatnya banyak sekali kenangan yang ada di kota ini.
Baru beberapa minggu aku tinggalkan, terdengar kabar di radio dan terbaca kabar di koran bahwa gunung merapi menunjukkan tanda-tanda akan meletus, padahal masih segar dalam ingatan ketika merapi begitu bersahabat saat aku tidur di bawah kakinya dan berteriak-teriak di atas kepalanya karena meluapkan kegembiraan berhasil sampai di puncaknya, oh... betapa indahnya pemandangan dari atas puncak merapi, kita seperti berada di negeri awan (ni lagunya katon ya kalo ga salah, he..), tapi merapi tidak sedang bersahabat sekarang ini. Terus tidak berapa lama terdengar kabar tentang mbah marijan yang cukup �kontroversial� itu dan berhasil �mengalahkan� semua teori-teori �waktu meletus merapi� yang dikeluarkan pemerintah, he..(btw, gimana ya kabar mbah marijan sekarang ini).
Genap 2 bulan 1 minggu aku meninggalkan Yogya, terdengar kabar dari radio (lagi2 radio, he... soalnya adanya cuma itu biasa anak kos..) terjadi gempa di Yogyakarta, tapi aku tidak terlalu memperhatikan secara detil ada tidaknya korban dan berapa skala gempanya, yang terpikir hanya, "ah... paling gempa biasa" soalnya aku beberapa kali mengalami gempa kecil di yogya, walaupun itu sudah cukup membuat aku kaget, bangun tergesa-gesa berlari keluar kamar kos.
Aku sms sahabat yang masih ada di Yogya, dan dibalas " iya wan, gempanya gede bangat, atap kosan ku sampai runtuh", kaget juga membaca pesan singkat itu, trus langsung aku telpon dan ternyata aku masih dapat bersyukur bahwa semua sahabat yang ada di Yogya selamat... Pengen sebenarnya untuk kembali ke Yogya untuk sekedar menjenguk dan memberikan sedikit yang aku bisa ( tapi belum kesampaian ne..)
Aku tidak bisa merasakan betapa kuatnya getaran yang dihasilkan gempa itu tapi sangat cukup terbayang dari rusaknya bandara adisucipto dan terbelahnya tembok mandala krida ( stadion tempat aku menonton berbagai konser musik) dari foto-foto di media cetak, oya belum lagi hancurnya prambanan, aku masih ingat terakhir aku kesitu bulan januari dan sempat ditilang di situ karena sim sudah kadaluarsa, hehe....
O yogya izinkan aku untuk pulang lagi dong (ngutip lagi ne..), kangen dan sangat bersedih untukmu, Mungkin itu sedikit kenangan dari 1001 kenanganku terhadap kota Yogya, kota yang Hatinya sedang tidak Nyaman sekarang ini, kota yang menjadi pusat perhatian seluruh dunia saat ini ( aku yakin Yogya tidak ingin seperti itu karena sifat low profile-nya)
Akhir kata, Yogya semoga cepat "sembuh" ya en "mbah" Merapi cepat bersahabat lagi dong dengan anak-cucumu di Yogya, mbah pasti ikut bersedih dengan isak tangis yang telah Yogya alami (Untuk mbah marijan salut untuk dedikasinya terhadap Merapi dan warga sekitar, walaupun tidak dapat kita nalar dengan logika, tapi tidak selamanya harus ada logika kan...) thanks buat zeverina....
***********************************
BAGIAN II: Tanggapan Artikel sebelumnya & Surat-surat Pendek
Pulang kampung halaman(Rosalina Natadipradja- Arizona,USA)
Dear Zev, saya rajin sekali membaca pengalaman teman2 di rubrik kamu ,sehingga waktu pulang kampung halaman tgl 23 januari - 12 Februari 2006, saya sengaja buat planning sampai waktupun saya cantumkan,keluarga saya dan suami serta teman di Jakarta tersenyum dan ikut komentar membaca planning saya,ini semua saya belajar dari pengalamn rubrik kamu Zev,sehingga waktu yang relatif singkat tercaver semua,jika meleset paling tidak parah.Kebetulan saya menikah dengan suami di Amerika,jadi belum mengenal keluarga suami begitu juga suami belum kenal keluarga saya,hanya dari suara saja kami mengenal satu sama lainnya. Anehnya keluarga suami dan keluarga saya sudah mengenal satu sama lainnya.
Planning yang saya buat agak meleset sedikit yang seharusnya pulang sampai di rumah pk 10 malam meleset sampai pk 12 malam atau 1 pagi,dan rencana suami untuk ngedrive sendiri tidak berani nyetir di jakarta yang semua pemakai jalan pintar selap selip apalagi selipan motornya,suami saya ngeri ngedrive di Jakarta, padahal dulunya biasa nyetir di Jakarta,untungnya ada adik saya dan suaminya yang jadi pemandu jalan dan ngedrive . Perjalanan kami pulang kampung terpenuhi sesuai jadwal yang saya rencanakan ,senang dapat pulang kampung halaman dan bersilaturahmi dengan keluarga saya dan keluarga suami serta handai taulan.Mungkin masukkan untuk teman teman yang sudah lama tidak pulang kampung halaman,perubahan kota Jakarta pesat sekali,sampai rumah saya sendiripun saya lupa jalannya, pernah digoda keponakan suami untuk saya menebak jalan pulang kerumah waktu kami di jemput dari airport bandara,yang memang saya lupa sama sekali,akibat perubahan perubahan kota Jakarta dan Tangerang, m!
embuat saya jadi malu sendiri. Membuat planning perjalanan dengan waktu yang diperkirakan serta penambahan waktu macet sangat bermanffat buat kami, idealnya berangkat dari rumah pagi hari dan kembali malam hari.Terima kasih untuk rubrik kamu Zev sehingga saya dan suami dapat menikmati pulang kampung halaman. Salam dari Arizona,USA.
*****Gelandangan ada di mana mana (Janet- Belanda)
Hai Zev...saya turut berduka cita buat seluruh korban gempa di tanah air kita..sedih banget liatnya..Mudah2an gak ada lagi bencana bencana lain di negri kita tercinta.Banyak pembaca sudah memberi ulasan,tulisan atau pun ucapan turut berduka cita..dan kali ini saya mau menulis ttg hal lain..yg sama sekali gak ada hubungannya dng gempa.Tulisan ini terilhami dari tulisan sdri Someone di Eropa....
Gelandangan itu ada dimana mana bahkan di negara negara maju...Dulu di Indoensia saya juga sering liat banyak gelandangan..Tapi saya sendiri gak ngerti definisi gelandangan itu seperti apa..sering saya dengar org kalo liat org lain berpakaian lusuh dan kudel padahal mungkin bukan gelandangan..mereka nyeletuk gini: Liat tuch kayak gelandangan".Karena itu saya pikir semua org yg berpakaian lusuh dan kayak gak mandi dan kudel...yah gelandangan.....
Di negri Belanda tampang tampang kayak gini rada banyak terutama di kota Amsterdam..dan waktu saya liat tampang dan gaya mereka..saya tanya suami apa mereka itu gelandangan..suami saya bilang...belum tentu karena banyak juga yang tampang dan gaya kudel dan lusuh itu adalah pemakai drugs yang lagi sakaw dan mereka sering sekitar central station kereta api di Amsterdam. Rasa penasaran saya sering membuat saya suka memperhatikan tingkah mereka yg duduk lusuh dekat tangga atau di emperan emperan toko..dan pandangan mereka itu kosong...memang kayaknya mereka itu lagi ngedrugs krn walo lusuh kayaknya mereka itu seperti manusia tanpa masaalah...pandangan kosong dan duduk tenang..Dan yang lucunya begitu jam makan siang..dia pun jalan menuju MC Donnald....Saya pernah antri di MC Donnald dng beberapa "gelandangan �tu...Jadi saya pikir di Eropa gelandangan tidak selalu identik dng baju lusuh..karena yang saya liat di Amsterdam..mereka itu pemakai drugs tapi bukan gelandangan..hanya gay!
a berpakaian mereka aja yang kayak "gelandangan"versie Indonesia.
Saya teringat cerita waktu saya masih di Jakarta...Nenek saya sudah berumur 76 tahun dan belum pernah ke Jakarta,dia lebih suka tinggal di kampung di luar Jawa...Satu kali nenek saya ini datang ke Jakarta dan tinggal dengan kami... Tapi gaya nenek saya ini tetap aja gaya di desa...pakai sarung,baju seadanya dan sering kaki ayam kemana mana.Satu kali waktu tanpa setahu kami..nenek pergi ke seberang jalan untuk cari rokok yang bisa di lilit sendiri kayak di desa karena nenek saya tidak suka rokok modern... Waktu itu nenek saya baru bangun tidur siang dan dengan rambut panjang nya yang awut awutan..nenek keluar rumah..dan kami semua pada tidak tahu. Malamnya semua gempar karena nenek tidak pulang, kami telfon semua keluarga di Jakarta tapi gak ada yang tau malah papa mama saya kena semprot adik adik mereka yang bilang kami itu gak becus..kok gak jaga nenek dan masya nenek di biarin keluar sendirian...Sampai hari ke tiga tetap gak ada kabar..akhirnya kami masukkan berita di 2 su!
rat kabar ibukota..untuk mencari nenek yang hilang..dan itu juga setengah mati krn nenek itu gak ada foto yang jelas....toch ketemu juga foto yg kira kira bisalah melihat wajah dia...Kami menunggu dengan was was dan sedih karena kami yakin nenek tidak ada duit karena tas nya aja masih tinggal di rumah.
Hari ke 4 kami mendapat telefon dari polisi yang menanyakan apa ciri ciri gelandangan yang mereka razia itu bener nenek kami. Kami kaget banget kok bisa bisa nya nenek kena razia GEPENG ( gelandangan pengemis)...dan sesudah buat janji dengan pak polisi.. keluarga kami datang menjemput nenek. Waduh pantes aja nenek kena tangkap.. yah itu tadi gara gara definisi gelandangan itu yah itu..lusuh,awut awutan. Sepanjang jalan pulang nenek saya terus ngomel..dia gak bisa terima dia itu kena razia dan diangkut ...memang katanya dia dapat makan dan di ladenin dengan baik dan diberi pengarahan...
Ternyata siang kejadian itu nenek saya baru bangun tidur dan pengen ngopi sambil melintir rokok..tapi dia bingung mau beli dimana..dia bawa duit Rp 5000 buat beli rokok..dan lucunya nenek saya itu lupa pakai sendal ..dan rambut juga nggak disisir .. kebayang deh rambut putih panjang beruban tanpa disisir..dan saat itu nenek pake daster kakak saya yang kegedean..bisa dibayangkan tampang nenek saya saat itu..nah dengan modal gaya fashion ala Milan itu...bisa bisa nya nenek saya itu nyebrang jalan dan cari rokok pelintiran itu..yah mana dapat.Akhirnya gak terasa dia itu udah jalan cukup jauh dan gak tau lagi pulang ... dan kebetulan di daerah itu ada razia Gepeng..yah udahhhh nenek saya ikut terjaring ,dia ngomel ngomel krn terjaring dan dia teriak teriak minta diantar pulang tapi tetap aja dikira gelandangan..waktu nenek bilang dia itu punya anak anak yang sukses..ada yang dokter,profesor,pilot,dosen..malah nenek saya itu dianggap ada gila nya makanya ngomong kayak gitu..padah!
al yang dia bilang itu bener....Sesudah kejadian itu..nenek saya kapok kaki ayam..dan kalo dia mau keluar selalu rapikan rambut..ganti baju.........
Sewaktu nenek masih hidup...dia pernah bilang dia itu pengen banget liat saya menikah...tapi....Tuhan berkehendak lain ... .nenek saya di panggil Tuhan dalam usia 82 tahun dan memang itu usia yang tidak muda lagi....Dan dia meninggal dalam keadaan tenang...malam pergi tidur dan tidak pernah bangun lagi...Bulan Juni ini nenek saya genap 5 tahun di panggil Bapa di surga.........Grandma.. we all love you !!!!!!!!******Homeless & anak2 kurang mampu di Sydney (Ros - Sydney)
Saya Turut prihatin dan berduka cita untuk korban bencana alam di Yogyakarta�
Semoga Tuhan memberi kekuatan untuk masyarakat di Yogya yg tertimpa musibah dan keluarganya dan semoga saja tidak ada lagi kejadian bencana alam yg parah terjadi lagi di Indonesia.. Saya kemarin baca salah satu tulisan di KOKI ttg gelandangan atau kalau disini disebut homeless people.. Saya mau share cerita yg saya dengar tadi pagi ttg homeless�(jadi ingat cerita di radio tadi pagi stlh baca artikel ini di KOKI)
Tadi pagi kebetulan saya dengar di salah satu radio station disini ..mereka mencoba bantu satu orang gelandangan di Sydney dan minggu sebelumnya gelandangan ini diwawancara dan menurut dia sulit buat dia utk mendapat kerjaan �dan radio tsb jadi tersentuh utk membantu gelandangan ini supaya bisa diberi kesempatan memperbaiki hidupnya�jadi gelandangan ini akhirnya dikasi pakaian jas, boleh tinggal di hotel seminggu, dikasi HP dan di tolong utk dpt interview di bbrp kantor�
Dan minggu ini ternyata dia sdh melalui 3 interview. Interview pertama..dia telat 15 menit dari jadwal dan ketika dtg ke ktr interviewer nya�dia kan hrs melalui receptionist dulu..dan receptionist itu hrs panggil bos nya�jadi dia hrs tunggu skitar 10 menit utk ketemu�dan stlh bos nya keluar�dia sudah tidak ada di lobby..dan sejam kemudian dia telp interviewer dia sambil marah2 & ngomong kasar..dan blg kl dia ga punya wkt seharian utk tunggu interviewer dia..padahal dia cuma nunggu 10 menit dan dia sudah telat dr jadwal�wah sombong sekali..
Interview ke dua�Cuma berlangsung 15 menit karena ketika di interview gelandangan ini selalu permisi utk merokok dan jawabnya ngaco2�sperti gak niat utk dapet kerjaannya. Interview ketiga saya kebetulan gak dengar krn hrs jalan ke kantor.. Tapi saya dengar terakhir gelandangan ini bilang kalau dia lebih baik kembali ke jalanan lagi�what a waste�setelah diberi beberapa kesempatan semuanya dijalanin dgn sia2 dan sepertinya tidak ada niat buat dapet kerjaan
Dan pas makan siang tadi saya sempet ngobrol2 dgn salah satu temen ktr saya yg kerja part time (kebetulan dia sudah berumur..sudah pension tapi kerja diktr saya part time saja kadang2 seminggu sekali)�dan dia pernah kerja di government sebelumnya sbg social worker yg sering deal dgn anak2 jalanan..Menurut dia org2 yg seperti itu mentalnya sudah sulit utk dirubah�apalagi org2 yg pernah pake drugs..karena pikirannya ga jauh dan mereka ga ada rasa tanggung jawab thdp hidupnya sendiri jd dia expect org lain take care of them�ya pemerintah ya org2 disekitarnya�
Kembali ke anak jalanan..menurut teman saya ini biasanya dia akan spend waktu bbrp lama dgn anak2 yg bermasalah ini dan dari situ dia bisa menilai anak tsb akan bisa berubah atau tidak..Kalau keliatannya anak itu mau berubah dan ada potensi/bakat .. maka dia akan bantu utk mendisiplin anak tsb dan menggali potensi dia�krn menurut dia ada 2 anak asuhnya sekarang bisa jadi direktur di salah satu perusahaan dan satu lagi menjadi kartunis di movie world�tapi itu hanya 2 dari sekian banyaknya anak2 yg dia coba bantu..
Dia cerita salah satu contoh failurenya�Ada satu anak campuran aborigin dgn French yg menurut dia cantik dan mungkin bisa punya masa depan di modelling�Jadi teman saya ini berusaha membantu anak ini utk menyusun resume nya�walaupun si anak males2an utk nulis dan dia blg next week kamu datang ya dgn baju yg paling bagus krn saya ada kejutan buat kamu�(dia gak bilang kalo anak ini mau di sign up sama modelling agency) .. Jadi dlm seminggu itu teman saya ini berusaha sign up deal ama agency nya utk mengkontrak anak tadi selama at least 1 thn pertama..
Minggu depannya�guess what? She did not turn up �dan stlh 6 bulan teman saya ini dgr dr ibu anak ini kalau anaknya kabur dgn pacar laki2nya ( mereka sptnya sdh punya anak)..dan dia jg sampe skarang tidak tau menahu kabar anaknya ada dimana..Dan sampai sekarang dia bilang kalau dia inget2 ttg anak itu dia merasa sedih sekali krn menurut dia anak itu sebenarnya punya potensi utk jadi model dan mungkin bisa membenahi hidupnya
Kadang saya tidak habis pikir ya org2 ini mereka sudah dibantu..diberi kesempatan�utk memperbaiki hidupnya..biar punya masa depan lebih baik kok disia2kan..padahal banyak org yg mgkn ga bisa punya kesempatan seperti mereka�dan di negara maju seperti di aust ..sebagian dr pajak kita jg dipakai utk memberi allowance utk org2 yg tidak mau kerja�dan org tuanya berpenghasilan rendah�maka dari itu pajak kita besar�Dan kayanya makan ati jg dgr org2 yg tidak mau kerja dan cuma maunya bergantung sama allowance dr pemerintah dan kita yg kerja capek2 kena pajak gede hehe..�tapi kalau dengar ttg salah satu anak jalanan yg bisa sukses dgn bantuan dr pemerintah saya ikut senang jg dengarnya�at least kita bisa membantu memberi kesempatan buat mereka2 yg krg beruntung utk dpt pendidikan yg layak.. OK Zev ..segini dulu ya..nanti kapan2 kalo ada cerita lagi saya coba kirim lagi�
*****GIGI JELEK(Someone, Eropa)
Dear Zev, bagaimana keadaanmu sehat-sehat bukan? aku jadi kangen ama nulis di koki-asuhanmu Zev, mudah-2an dirimu tidak bosen yah.
Memang kita sebagai orang Indonesia dan besar di Indonesia, rasanya bebas makan gula-gula, coklat manis, pedas, asin dan asem. Tapi rasanya aku waktu kecil takut untuk ke dokter gigi kecuali cabut gigi krn mengganggu. Tapi kita dimanja dg jajanan manis, dan nggak berasa gigi kita berlubang, sakit dan ompong. Memang aku gak ada kesadaran untuk ke dokter gigi. Terkahir aku menembal gigi muka yg lobang dan ternyata tambalannya berobah warna, juga gigi geraham yg berlobang ditambal dan berubah warna.
Begitu sampai di negeri ini, mesti cek gigi 2 tahun sekali. Dan ternyata hasil tambalan tadi tidak bagus lagi menurut dokter gigi sini, tambalan itu mesti dibuang, gak modern lagi. Malah dokter bilang gigimu mesti dipermak, krn banyak lubang dan dicabut. Alamak, jangankan dicabut ditambal aja aku takut apalagi dipermak. Selama disini th pertama hanya sibuk dg si gigi tadi. Gigi depan diganti dg mahkota baru, dan 3 geraham harus dicabut gak layak untuk dibiarkan.
Karena disini dingin saat winter, gigi sakit, dan aku tahan-2 untuk tidak ke dokter gigi, karena takut pasti dicabut lagi. Aku masih trauma dg dicabutnya gigi 3ku, darah gak berhenti menetes dan lemes sekali. Sakit gigiku masih tetep tidak sembuh, akhirnya pas waktu cek gigi, suamiku bilang ke dokternya dia punya sakit gigi (padahal aku udah menutupi untuk tidak ada keluhan sama-sekali). Dokter memutuskan untuk cabut gigi geraham belakang (yg katanya bikin aku sakit gigi tadi). Aku paling takut dicabut geraham belakang(kudengar di Indonesia tidak lazim cabut geraham belakang, pamali gitu), krn dia masih kuat tidak goyang. Dokter bilang geraham belakang itu pengganggu gigi depan dan bikin migraen. Kebayang gimana rasanya dicabut gerahamnya. Akhirnya dicabut juga gigiku dg bius sana sini, dan dijahit, rasanya meriang habis dicabut. Takut, tegang juga, dan bikin janji untuk pemulihan diisi gigi baru. Rasanya memang dag dig dug ke dokter gigi apalagi liat alat-2nya. Habis dari d!
okter gigi rasa hati plong, gak ada beban lagi.
Aku janji tidak pengen untuk dicabut gigi lagi, moga-moga............ menyesal karena tidak benar makananya dan gosok giginya. Malu juga, tapi yah sudah kita dari negara yg suka gula-gula hehehe, habis banyak pabrik gula sih yah....Maaf bila ada kata yg tidak berkenan....Salam.
***************************
Pembaca rubrik Kesehatan KCM entah di Bontang, Inggris, Bali, Belanda, New Jersey, Kuwait, Australia, atau di Kediri, silakan berbagi pengalaman seputar kehidupan sehari-hari. Kirimkan via email: zeverina@kompas.com.

No comments:

Post a Comment