Cari Berita berita lama

Tempointeraktif.com - ODHA Bali Keluhkan Krisis Obat HIV

Kamis, 10 April 2008.


ODHA Bali Keluhkan Krisis Obat HIV
Kamis, 10 April 2008 | 13:54 WIB
TEMPO Interaktif, Denpasar:Kalangan orang dengan HIV/AIDS (ODHA) di Bali mengeluhkan kurangnya obat anti retroviral (ARV) di Bali. Bila situasi itu terus berlanjut dikhawatirkan akan makin banyak ODHA yang meninggal dunia.

Koordinator Kelompok Dukungan Bagi ODHA Suryakanta, Carna Wirata, mengatakan kekurangan itu sudah terasa dalam 1 bulan terakhir, terutama untuk ARV dari jenis Duviral. "Dari jenis itu sudah tidak ada sama sekali. Yang lain stoknya tinggal untuk bulan ini saja," ujarnya Kamis (10/4).

Suplai ARV biasanya diberikan Departemen Kesehatan pusat dan langsung dikirim ke RS Singaraja yang menjadi RS rujukan.

Wirata, yang mendampingi 44 ODHA di Singaraja, mengatakan ODHA yang menggunakan Duviral terpaksa dialihkan menggunakan obat dari jenis lain, seperti Starviudine, Hiriral atau Neviral. Tetapi, kemudian terjadi dampak sampingan seperti rasa mual dan anemia. Padahal, dari 44 ODHA itu, 25 di antaranya sudah merasa cocok dengan Duviral.

Manajer Penanganan Kasus HIV di RS Singaraja ini mengaku sudah berusaha meminta tambahan stok ke RSUP Sanglah. Namun, pihak RSUP Sanglah menyatakan persediaan mereka juga telah menipis. Adapun kebutuhan untuk kelompok dukungannya mencapai 25 x 60 butir Durival yang biasanya diberikan 1 bulan sekali. Pil itu harus diminum setiap hari untuk menekan pertumbuhan virus HIV.

Sementara itu, Project Officer Komisi Penanggulangan (KPA) HIV/AIDS Bali, Yahya Anshori, mengakui adanya keluhan tersebut. Pihaknya telah meminta Depkes untuk bisa mengatasi masalah itu. Menurut dia, akar masalahnya adalah pola distribusi yang terpusat di Jakarta untuk rumah sakit rujukan yang tersebar di Bali.

Mestinya, kata dia, RS Sanglah dapat dijadikan pusat distribusi regional untuk memangkas prosedur birokrasi. "Pola seperti itu sudah diterapkan di Surabaya yang jumlahnya ODHA-nya lebih sedikti daripada di Bali," katanya.

Rofiqi Hasan

No comments:

Post a Comment