Minggu, 25 Maret 2007.
Menyibak Teka-teki Kematian Houdini
Untuk menjawab dugaan pembunuhan atas Harry Houdini, makam pesulap legendaris itu akan dibongkar.
Harry Houdini. Delapan puluh satu tahun setelah kematiannya, pesulap keturunan Hongaria-Amerika Serikat (AS) ini tetap menjadi sumber berita. Adalah cucu keponakannya, George Hardeen yang berusaha ''membangkitkan'' Houdini dari kuburnya. Dalam sebuah konferensi pers yang digelar minggu lalu, Hardeen menyatakan rencananya mengajukan permintaan resmi membongkar makam Houdini ke pengadilan New York, Senin (26/3). Ia yakin kematian Houdini bukan kematian yang wajar tetapi karena dibunuh oleh sekelompok ahli spiritual yang menjadi musuhnya. Untuk membuktikan, tegas Hardeen, tidak ada cara lain kecuali membongkar makam sang pesulap kondang itu. Hardeen mengatakan pada awalnya ia ingin membiarkan Houdini beristirahat dengan tenang. Namun pada saat yang sama ia juga yakin dunia menginginkan kebenaran atas kematian Houdini. Bicara bisnis Sejumlah pihak menduga usaha mengusik tidur panjang sang pesulap ini tak lebih dari sekadar hitung-hitungan bisnis. Hal ini terkait dengan d!
iluncurkannya buku terkini Houdini Oktober tahun lalu, The Secret Life of Harry Houdini: The Making of America's First Superhero yang ditulis William Kulash dan Larry Sloman. Dalam bukunya, kedua penulis memasukkan klaim bahwa Houdini dibunuh. Awalnya buku ini tak banyak dilirik orang. Pasalnya bukti yang disajikan dinilai tidak cukup kuat menopang klaim tersebut. Seperti dikatakan wartawan peraih hadiah Pulitzer, Kenneth Silverman, tuduhan pembunuhan yang dilayangkan Kulash dan Sloman jauh dari meyakinkan. Dengan sinis Silverman mengatakan alasan untuk membongkar kubur Houdini hanya rekayasa dan dibuat-buat. ''Tidak ada bukti yang disampaikan,'' tegas Silverman yang juga penulis buku Houdini!!!: The Career of Erich Weiss, usai membaca The Secret Life. Saya akan yakin jika memang ada bukti kuat yang disodorkan tetapi semuanya sangat mengejutkan dan simpulan yang ada sangat ekstrem,'' lanjutnya. Berdasarkan data BookScan, sejak dilempar ke pasaran buku ini hanya terjual seb!
anyak 24 ribu kopi. Namun, banyak pihak mengira jumlah ini dir!
ekayasa
karena minggu lalu, misalnya hanya 200 buku yang terjual. Jadi bukan hal yang aneh bila banyak pihak menduga keinginan mengotopsi bagian tubuh Houdini sebagai upaya mendongkrak penjualan The Secret Life. Terlebih semua hal yang terkait dengan hal ini, mulai dari biaya menggelar konferensi pers hingga bayaran sebesar 750 dolar AS per jam bagi Joseph Tacopina --salah satu pengacara papan atas New York-- atas kesediaannya mendampingi Hardeen dan keterlibatan pakar forensik dari George Washington University, James Starrs untuk memimpin otopsi, semuanya ditanggung oleh Kulash dan Sloman. Banyak musuh Selama ini kematian Houdini selalu dihubungkan dengan penyakit lamanya, usus buntu. Kematian itu juga dilekatkan dengan kejadian saat ia menggelar tur di Montreal Kanada. Seorang mahasiswa --atas permintaan Houdini-- menonjok bagian perut Houdini, berulang-ulang. Padahal beberapa saat sebelumnya ia mengeluh penyakit lamanya radang usus buntu tengah kambuh. Kejadian itu membuat Houdi!
ni ambruk, jatuh sakit, dan beberapa hari kemudian meninggal dunia. Sebelumnya seorang dokter di rumah sakit Detroit mencoba menyelamatkan Houdini dengan memberinya suntikan. Namun, usaha ini gagal. Houdini kemudian dinyatakan meninggal dunia dalam usia 52 tahun akibat radang selaput perut akibat pecahnya usus buntu. Saat itu tidak dilakukan otopsi dan mayat Houdini langsung saja dikubur di pemakaman Machpelah, Queens, New York. Dari sinilah Kulash dan Sloman membuka pintu kemungkinan bahwa Houdini dibunuh oleh musuh-musuhnya. Terlebih Houdini memang kerap mengkritik mereka-mereka yang mengklaim diri ahli jiwa dan bisa berkomunikasi dengan roh gaib. Houdini kerap menyebut mereka sebagai bajingan yang berusaha meraup uang sebanyak-banyaknya dengan mengklaim mereka bisa berkomunikasi dengan mereka yang telah mati. Dalam barisan ini dan yang paling sering diserang Houdini adalah Mina Margery Crandon, istri ahli bedah terkemuka Boston Le Roi Crandon, yang menjadi tersohor se!
telah mengklaim mempunyai kemampuan telekinetik. Berikutnya ad!
alah Art
hur Conan Doyle yang sukses melahirkan tokoh detektif fiktif Sherlock Holmes. Kulash dan Sloman menuliskan tidak tertutup kemungkinan bahwa ada hubungan antara dokter yang menyuntik Houdini pada saat terakhir hidupnya dengan Crandon. Suntikan serum yang dilakukan, klaim keduanya, bukan untuk menyembuhkan tetapi justru mematikan Houdini. Selain itu keduanya juga membuka kemungkinan bahwa Houdini telah diracun selama turnya di Kanada. Hal ini sangat mungkin karena Crandon dikenal mempunyai koneksi yang luas. Bagaimana membuktikan kemungkinan itu? Keduanya sigap menjawab, dengan membongkar kubur Houdini. Seperti dikatakan Tacopina, mereka akan memulai saat-saat yang bersejarah dengan membongkar makam Houdini yang dilanjutkan dengan memeriksa helai rambut, kuku, dan sisa-sisa tulang Houdini. Yang jelas di balik tudingan bisnis yang mengiringi, keinginan membongkar makam Houdini telah menjadi santapan media massa. Jika tudingan ini benar, apakah sang pesulap kali ini akan berh!
asil 'meloloskan diri' dari kuburnya. n berbagai sumber/lan
( )
No comments:
Post a Comment