Cari Berita berita lama

KoranTempo - Lukas Karl Degey Telah Tiada

Selasa, 26 Agustus 2003.
Lukas Karl Degey Telah TiadaJAKARTA - Ketua Pimpinan Pusat PDI Perjuangan Lukas Karl Degey, Minggu (24/8), meninggal dunia di rumah sakit St. Carolus, Jakarta. Wakil rakyat dari Papua ini dikenal vokal menyuarakan soal aspirasi rakyat Papua ini wafat setelah selama seminggu dirawat akibat komplikasi penyakit radang perut dan gula.

Suami Maryeta Apubiyau ini meninggalkan seorang istri dan tiga orang anak, yakni Theodorus Degey Putra, Antonius Degey Putra, dan Maria Noverta Degey Putri. Sebelum diberangkatkan ke rumah duka di perumahan DPR, Kalibata, Jakarta Selatan, Minggu malam, sejumlah politikus PDIP datang melayat, di antaranya Taufiq Kiemas, Wakil Ketua DPR Soetardjo Soerjogoeritno, Ketua PDIP Roy B.B. Janis, Kwik Kian Gie, Sukowaluyo Mintorahardjo, dan Menteri Tenaga Kerja Jacob Nuwa Wea.

Rencananya, jenazah Lukas akan diterbangkan ke Jayapura hari ini untuk dimakamkan. Sebelumnya, jenazah tokoh Papua itu akan disemayamkan di gedung DPR, Jakarta, pagi ini untuk mendapatkan penghormatan terakhir. Pada malam harinya, keluarga akan mengadakan kebaktian di rumah duka.

Lukas, lulusan IKIP Yogyakarta, adalah wakil rakyat dari tanah kelahirannya sendiri, yaitu Kabupaten Mimika, Papua. Selama di DPR, ia duduk di Komisi Pangan dan Kehutanan. Bekas guru SD di Wamena, Jayawijaya, ini dikenal sebagai tokoh Papua yang didengar oleh Presiden Megawati yang juga Ketua Umum PDI Perjuangan, terutama mengenai kemajuan provinsi di timur Indonesia, termasuk soal pemekaran Irian Jaya Barat ataupun soal otonomi khusus Papua.

Tragisnya, bekas dosen Sekolah Tinggi Filsafat dan Teologi Fajar Timur di Abepura, Jayapura, ini meninggal ketika daerah kelahirannya dilanda silang pendapat soal pemekaran Provinsi Irian Jaya Barat. Wajar jika Wakil Ketua DPR Soetardjo Soerjoguritno mengaku sangat kehilangan bekas koresponden Kompas dan bekas Sekretaris DPD PDIP Papua itu. widiarsi agustina

Rapat Pleno Badan Pekerja MPR diwarnai Perebutan Pimpinan

JAKARTA - Rapat Pleno pertama Badan Pekerja MPR yang dipimpin Ketua MPR Amien Rais kemarin berlangsung panas. Suasana rapat yang diagendakan mengesahkan keanggotaan badan pekerja dan penetapan komposisi pimpinan Panitia Ad Hoc (PAH) itu semula berlangsung mulus mulai pukul 10.00 WIB. Namun, perdebatan mulai memanas saat Amien Rais membacakan komposisi pimpinan panitia ad hoc I, II dan panitia ad hoc khusus. Ini karena Fraksi Utusan Daerah yang memiliki 53 anggota itu tak mendapatkan jatah pimpinan di ketiga panitia itu.

Sejumlah anggota fraksi itu akhirnya memprotes. Anggota Utusan Daerah Baiq Isvie Rufaidah, misalnya, menyatakan, fraksinya tetap menuntut adanya perwakilan di salah satu panitia karena Pasal 38 Tata Tertib MPR menyebutkan, pimpinan panitia ad hoc harus mencerminkan fraksi di majelis.

Perdebatan ini memakan waktu sekitar 45 menit. Karena tak bisa diambil keputusan, akhirnya pimpinan sidang menskors rapat untuk dilakukan lobi. Dalam lobi yang berlangsung kurang lebih 40 menit akhirnya dicapai kesepakatan FUD mendapat jatah satu wakil di PAH Khusus.

Seusai lobi, Amien menyampaikan komposisi pimpinan ketiga panitia itu. PAH I dipimpin Jacob Tobing (FPDIP) dengan wakilnya, Harun Kamil (FUG), Theo L. Sambuaga (FPG). Sedangkan sekretarisnya, Sofyan Chudori (FKB).

PAH II dipimpin Rambe Kamaruzzaman (FPG) dengan wakil Posdam Hutasoit (FPDIP), Aisyah Amini (FPP) dan sekretaris Muhamadi (Fraksi Reformasi). Sementara itu, PAH Khusus dipimpin Ali Hardi Kiaidemak (FPP), wakil Kantin Subianto (FPDIP) dan Hatta Mustofa (FUD), sekretaris Rully Cahirul Azwar. Posisi Hatta di PAH Khusus semula diduduki oleh FKB.

Anggota Fraksi Kebangkitan Bangsa Andi Najmi menilai suasana perdebatan itu sangat menggelikan. "Tak substansial. Kayak begitu kok ngotot sekali. Padahal, duduk di pimpinan itu tak ada honornya," ujarnya seusai rapat di gedung MPR/DPR kemarin. fajar wh

No comments:

Post a Comment