Cari Berita berita lama

detikcom - Jadi Saksi Meringankan Ba'asyir, Burk Ingin Membalas Budi

Kamis, 13 Januari 2005.
Jadi Saksi Meringankan Ba'asyir, Burk Ingin Membalas Budi
Supriyono Pangribowo - detikcom

Jakarta -
Mantan penerjemah Departemen Luar Negeri Amerika Serikat Frederick Burk menjadi saksi meringankan untuk Abu Bakar Ba'asyir karena ingin membalas budi. Kepada Ba'asyir? Bukan, kepada Indonesia.

Burk merasa berhutang budi pada Indonesia karena selama tinggal di Pontianak ia diperlakukan dengan baik. Alasan lainnya, ia ingin menegakkan demokrasi.

Menurut Burk, yang ditemui wartawan usai bertemu dengan Ba'asyir di Lembaga Pemasyarakatan Cipinang, Jakarta, Kamis (13/1/2005), yang memintanya menjadi saksi kasus Ba'asyir adalah Adnan Buyung Nasution, pengacara Ba'ayir.

Burk juga menjelaskan dalam pertemuan itu Ba'asyir memberi pesan kepada muslim di Amerika agar tidak memaksa orang untuk masuk Islam. Hal itu hanya boleh dilakukan cara memberikan teladan yang baik.

Dalam pertemuannya Burk juga menyatakan Yahudi bukan satu-satunya faksi di pemerintahan Bush yang menginginkan Islam menjadi momok bagi dunia. Tapi ada kekuatan lain yang memiliki skenario besar.

Kekuatan itu ingin membuat masyarakat takut dan setelah itu dimanfaatkan untuk mendapatkan pendukung dalam perang sehingga menguntungkan piak tersebut, yaitu konglomerat besar. Karena dalam perang dibutuhkan peralatan-peralatan berat.

Intervensi AS

Dalam kesempatan itu Burk juga kembali mengulangi keterangan yang sudah diberikan dalam persidangan Ba'asyir bahwa ada intervensi AS dalam kasus ini. Hal ini terjadi dalam pertemuan utusan Bush dengan Presiden Megawati (saat itu) di kediaman pribadinya.

Dalam pertemuan yang digelar tiga minggu sebelum bom Bali itu juga dihadiri Ralph L Boyce (dulu Dubes AS untuk Indonesia), Karen Brooks ( teman pribadi Mega), dan Burk sendiri. "Utusan George Bush mengaku sebagai agen CIA," lanjut Burk.

Pada pertemuan itu utusan Bush menyatakan ada perintah untuk melakukan penangkapan rahasia terhadap Abu Bakar Ba'asyir karena sudah ada bukti Ba'asyir terlibat bom Natal dan percobaan pembunuhan Megawati.

Namun Mega menolak permintaan tersebut karena nama Ba'syir sudah dikenal luas dan jika hilang secara tiba-tiba akan menyulitkan pemerintahan Mega. Menurut Mega, ada satu cara untuk memenuhi permintaan tersebut yaitu perubahan opini masyarakat dari mendukung menjadi melawan Ba'asyir.

(
gtp
)

No comments:

Post a Comment