Cari Berita berita lama

Republika - Hapen Mengancam Tanaman Padi

Senin, 12 Pebruari 2007.

Hapen Mengancam Tanaman Padi






Harga gabah di Sukabumi jauh di bawah HET.





SUMBER -- Banjir yang melanda sejumlah wilayah di sentra produksi padi Kab Cirebon dan Indramayu, menyisakan derita bagi para petani. Meski banjir telah surut, tapi kondisi itu menimbulkan ancaman serangan hama dan penyakit (hapen) serta tanam ulang ribuan hektare areal tanaman padi. Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan Kab Cirebon, Ir Ali Efendi MM, menjelaskan, hama yang mengancam areal tanaman padi pascabanjir itu adalah hama penggerek batang. Kata dia, hama itu mudah berkembang biak pada kondisi udara yang lembab seperti pascabanjir. ''Seluruh areal tanaman padi yang kemarin terendam banjir, otomatis menjadi daerah yang terancam diserang hama pengerek batang,'' kata Ali saat ditemui usai mengikuti acara Haul Pondok Pesantren Kempek, Kab Cirebon, Sabtu (11/2). Ali menyebutkan, areal tanaman padi yang terancam terkena serangan hama penggerek batang di Kab Cirebon, mencapai kurang lebih 8.000 hektare. Kata dia, dari jumlah tersebut, 5.000 hektare di antaranya terlet!
ak di Kec Kapetakan. Sedangkan sisanya, tersebar di berbagai daerah lainnya yang pekan kemarin terendam banjir. Ali mengakui, ancaman hama tersebut bisa mempengaruhi hasil produksi padi. Pasalnya, hama itu bisa mengakibatkan tanaman padi menjadi mati. ''Karenanya, saat ini, kita mengupayakan melakukan pemberantasan dengan memberikan bantuan obat-obatan furadan kepada para petani,'' katanya menjelaskan. Selain itu, pihaknya juga akan meminta kepada Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air (PSDA) setempat untuk melakukan pengerukan terhadap sungai dan muara sungai. Hal itu, sambung dia, dimaksudkan untuk menghindari terulangnya kembali banjir yang merendam areal pertanian. Ali menyebutkan, sejumlah sungai besar yang mempengaruhi terjadinya banjir di Kab Cirebon adalah Sungai Winong, Ciwaringin, Jamblang, dan Tumaritis. Saat ini, kata dia, sungai-sungai itu mengalami pendangkalan sehingga tidak dapat menampung air saat musim hujan secara maksimal. ''Banjir yang melanda areal pertania!
n di Kab Cirebon akan selalu berulang jika sungai-sungainya ti!
dak dila
kukan pengerukan,'' kata Ali menegaskan. Menurut Ali, banjir yang sempat melanda wilayah Kab Cirebon beberapa hari yang lalu, telah merendam 2.956 hektare tanaman padi. Dari jumlah itu, kata dia, seluas 1.596 hektare di antaranya sudah melakukan penanaman. Sedangkan sisanya, sambung dia, baru berupa persemaian. ''Kerugian pada sektor pertanian yang diakibatkan banjir kemarin mencapai Rp 3,4 miliar,'' tuturnya menandaskan. Sementara itu, dari pemantauan Republika, di Kab Indramayu pada Ahad (11/2), sejumlah petani mulai melakukan penyulangan tanaman. Langkah ini dilakukan untuk mengejar waktu tanam musim rendengan 2007. ''Tanaman padi yang harus disulang karena mati membusuk mencapai lebih dari 0,5 hektare. Sisanya yang 1 hektare lebih masih selamat,'' kata Warnata (45 tahun), petani di Desa Pecuk, Kec Sindang, kepada Republika. Upaya serupa juga banyak dilakukan di wilayah Indramayu barat, yang sebelumnya sempat tergenang selama beberapa hari. Sementara itu, meskipun sempat !
terkena dampak curah hujan yang tidak merata, para petani di Kab Sukabumi pada Februari, mulai memasuki masa tanam. Namun, sebagian petani lainnya mengeluhkan harga jual gabah yang rendah akibat kualitas gabah yang rendah dengan kadar air lebih dari 25 persen. Menurut Sutardi (38) petani di Desa Cirenghas, Kec Cirenghas, saat ini, harga jual gabah di bawah HET yang ditetapkan pemerintah. Dia menyebutkan, menjual gabah dengan harga Rp 1.500-1.600 per kg lebih rendah dibandingkan HET sebesar Rp 1.700 per kg GKP. ''Itu pun yang membeli tengkulak,''katanya menandaskan.
( lis/rig )

No comments:

Post a Comment