Kamis, 10 Januari 2002.
Pefindo Kembali Tetapkan Peringkat Ultrajaya "idBBB+"JAKARTA - Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) kembali menetapkan peringkat "idBBB+" (triple B plus) atas PT Ultrajaya Milk Industry & Trading Company Tbk. beserta sejumlah obligasi yang diterbitkannya.
Analis Pefindo Yonny Widjaja, dalam siaran persnya kemarin menyebutkan, faktor yang mendasari Pefindo untuk menetapkan kembali peringkat "idBBB+" atas Ultrajaya dan obligasi yang diterbitkannya, adalah posisi pasar Ultrajaya yang kuat pada pasar minuman kemasan dan bauran produk yang cukup terdiversifikasi.
Obligasi yang diterbitkan Ultrajaya di antaranya obligasi Ultrajaya I/1999 dan obligasi II/2001 senilai Rp. 319,3 miliar
Menurut survei pasar ACNielsen, Yonny menjelaskan, Ultrajaya merupakan pemimpin pasar minuman aseptik dalam kemasan dan produk-produk susu (dairy products), dengan merek-merek yang dikenal luas di Indonesia, seperti Ultra Milk, Buavita, Gogo, Teh Kotak dan Yogo.
Menurut dia, kendati ada indikasi pangsa pasar susu cair kotak dan sari buah dari Ultrajaya menurun dibanding periode 2000 lalu, Ultrajaya secara umum masih merupakan pemimpin pasar. "Ultrajaya menguasai 51,4 persen pangsa pasar susu cair kotak dan 62,9 persen pangsa pasar sari buah selama periode Maret-Agustus 2001," katanya.
Lebih lanjut dia menjelaskan, pangsa pasar tersebut memang lebih rendah dibanding pangsa pasar pada 2000 yaitu masing-masing 62 persen dan 70 persen. Hal ini sebagai akibat dari terbatasnya usaha pemasaran perusahaan selama 1998-1999. Di samping itu, paparnya, juga disebabkan semakin ketatnya persaingan.
Yonny juga menjelaskan, kelebihan lain dari Ultrajaya adalah memiliki bauran produk yang cukup terdiversifikasi, di mana Ultrajaya memiliki lebih dari 70 jenis produk yang dapat diklasifikasikan dalam dua kelompok utama
Kedua kelompok tersebut yaitu minuman UHT dan produk makanan, yang masing-masing menyumbangkan 51,1 persen dan 48,9 persen dari total penjualan pada semester I/2001.
Menurut dia, nantinya produk Ultrajaya akan lebih terdiversifikasi, karena Ultrajaya sedang membangun pabrik baru guna memproduksi kecap, saus dan makanan ringan (snack), yang diproyeksikan akan beroperasi paling lambat pada 2003.
Kendati begitu, Yonny menyatakan, Pefindo tidak dapat memberikan peringkat yang lebih tinggi kepada Ultrajaya, karena adanya faktor yang memperlemah yaitu profitabilitas (tingkat keuntungan) Ultrajaya yang rendah dan cash flow coverage yang marginal.
Menurut Yonny, dalam lima tahun terakhir, margin (selisih) laba kotor Ultrajaya hanya sebesar 28 persen. Itu berarti lebih rendah dari para pesaingnya yang mampu mencapai margin laba kotor sebesar 32,5 persen. "Namun, pada tingkat operasional, Ultrajaya masih mampu mempertahankan marginnya sejalan dengan pesaingnya di kisaran 16 persen."
Di sisi lain, dalam lima tahun terakhir, Ultrajaya membukukan rata-rata rasio debt coverage yang marginal sebesar 0,1 kali. Bahkan, kemudian memburuk menjadi 0,04 kali pada semester I/2001, walaupun sempat membaik ke tingkat cukup tinggi sebesar 0,2 kali pada 2000. padjar
No comments:
Post a Comment