Sabtu, 4 Maret 2006.
Jika Nuklir Masuk Rumah Sakit ...
Kirim Teman | Print Artikel
Berita Terkait:
- Membedah Ala Play Station
- Da Vinci, si Dokter Bedah Baru!
- Dioperasi Dokter Bedah atau Robot?
Penulis: Arif Rahman & Novian Febiyanto, di Yogyakarta
Ingat nuklir, ingat Hiroshima dan Nagasaki yang porak-poranda karena bom nuklir. Namun, sebenarnya nuklir sangat bermanfaat untuk kemaslahatan manusia, misalnya dalam bidang kedokteran.
Hal ini telah dipelajari sejak 1930-an dengan diciptakannya fosfor radioaktif dengan alat silkotron. Padahal saat itu ilmu nuklir baru dalam tahap awal dan cenderung teoritis.
Perkembangan serius kedokteran nuklir dimulai tahun 1950-an dengan terciptanya alat khusus yang disebut "kamera gamma". Embel-embel gamma tentu mengacu ke sinar gamma. Namun, berbeda dengan penggunaan sinar X atau CT-Scan yang radiasinya harus menembus tubuh manusia untuk mendeteksi dan merekamnya ke dalam film atau komputer, kedokteran nuklir justru menggunakan cara yang berlawanan. Materi radioaktif dimasukkan ke tubuh pasien, kemudian dideteksi dengan kamera gamma tadi.
Radioaktif yang digunakan memancarkan sinar gamma yang panjang gelombangnya lebih pendek daripada sinar X. Bahan yang diberi nama radionuklide, radiofarmatikal, atau radiotraker ini dimasukkan ke tubuh melalui mulut atau pembuluh darah. Radionuklide yang diserap organ tubuh kemudian memancarkan sinar gamma yang - meski lemah - dapat diukur oleh kamera gamma.
Kamera itu memiliki kristal detektor yang dapat mendeteksi pancaran radiasi sinyal dan mengubahnya dalam cahaya redup. Cahaya ini lalu diubah menjadi sinyal listrik yang dapat dibuat digital menjadi gambar pada komputer (data digital itu pun bisa dibuat dalam bentuk film). Gambar itu tidak hanya bercorak hitam-putih, tapi memiliki kode warna-warna tertentu untuk menunjukkan bagian yang sedang dipelajari.
Melihat tempat tesembunyi
Sampai di sini mungkin Anda bertanya-tanya. Dirontgen saja sudah ngeri karena radioaktif menembus tubuh kita, la ini kok malah disuruh menelan radioaktif? Apa tidak lebih berbahaya?
Bahan radionuklide yang digunakan biasanya bahan radioaktif sintetis seperti Teknetium (nomor atom 43), atau dibentuk dengan unsur radioaktif yang terdapat dalam tubuh manusia seperti yodium. Hebatnya, radiasi yang ditimbulkan umumnya lebih lemah daripada radiasi yang ditimbulkan oleh sinar X atau CT-Scan. Semoga kabar ini membuat rasa khawatir Anda berkurang.
Sedangkan sistem pencitraan (imaging) yang sering digunakan dalam kedokteran nuklir yaitu Positron Emission Tomography (PET) dan Single Positron Emission Computed Tomography (SPECT). PET mampu merekonstruksi data seperti pencitraan Computed Tomography (CT). Pada kasus tertentu, model ini memberikan hasil yang lebih bagus. Misalnya, pada pencitraan kanker paru-paru, radionuklide dapat dimasukkan lewat tarikan napas, bukan melalui mulut atau pembuluh darah.
SPECT, bentuk pengujian yang lain dalam kedokteran nuklir, menggunakan kamera gamma dengan sistem komputer serupa. Dalam beberapa kasus, PET lebih sensitif ketimbang SPECT, tetapi scan PET lebih mahal dan biasanya hanya tersedia di rumah sakit besar. Hal lain yang menarik, perlengkapan modern kedokteran nuklir memberikan beragam kreasi gambar digital yang memungkinkannya untuk digunakan dalam berbagai keperluan.
Nilai plus kedokteran nuklir terletak pada kemampuannya memperlihatkan organ dan areal yang tidak terlihat oleh pencitraan sinar X konvensional. Ruang yang ditempati lesi (luka atau abnormalitas), khususnya tumor, akan tampak pada pencitraan kedokteran nuklir. Umumnya, luka ini akan tampak sebagai areal yang berkurang aktivitas radioaktifnya (coldspot). Akan tetapi, dalam beberapa hal, seperti pemindaian tulang, areal yang aktivitasnya meningkat (hotspot) menggambarkan penyakit atau luka (patologi).
Pemindaian tulang dengan kedokteran nuklir, sebagai contoh, dapat menjadi sebuah langkah penting dalam mendiagnosis dan menilai pengobatan dari berbagai jenis kanker, termasuk kanker payudara. Sebab, dengan metode ini dapat diketahui adanya penyebaran kanker (metastasis) dari tempat asalnya. Pada pemeriksaan sinar X, mungkin tulang tidak terlihat rusak, tapi dengan dipindai, dokter dapat mengetahui adanya perubahan metabolik yang disebabkan oleh patahan halus, tumor kecil, atau penyakit degeneratif seperti arthritis (radang sendi).
Bisa untuk terapi
Dalam hal diagnosis dan pengobatan penyakit jantung, kedokteran nuklir pun tampak berjaya.
Sebagai contoh, angiografi jantung menghasilkan pencitraan yang baik sekali untuk denyut jantung dan aliran darah (arteri koronaria) yang menyuplai darah pada otot jantung (miokardium). Bahkan, menggunakan Thalium (nomor atom 81) akan ditunjukkan fungsi dari miokardium.
Penelitian tekanan Thalium menggunakan dua macam data. Pertama, pasien diharuskan berlatih keras dengan alat khusus semacam treadmill atau sepeda stasioner untuk meningkatkan aktivitas kardiovaskuler dan tekanan pada jantungnya. Untuk data kedua, pasien harus istirahat dalam waktu tertentu, yaitu saat aktivitas jantung pasien kembali normal (atau dalam keadaan istirahat).
Dokter kemudian membandingkan gambaran dan fungsi jantung antara saat istirahat dan saat berada di bawah tekanan. Areal jantung yang mungkin sebelumnya telah rusak oleh infark miokardial (serangan jantung) atau mungkin mengalami kekurangan suplai darah yang disebabkan oleh penghambatan arteri koronaria tidak akan menunjukkan fungsi yang tepat pada pencitraan ini.
Kedokteran nuklir tidak hanya digunakan untuk tujuan diagnosis seperti pada umumya, malainkan juga dapat digunakan sebagai terapi. Misalnya, perawatan hipertiroidisme, perawatan kanker tiroid, serta perawatan untuk mengurangi rasa sakit atas ketidakseimbangan darah dari beberapa jenis kanker tulang.
Pencitraan kedokteran nuklir (disebut juga radionuklide scanning) tidak hanya memperlihatkan struktur organ atau bagian tubuh, tetapi juga menjaga fungsi organ itu tetap baik. Sebagai contoh, kelenjar tiroid mengambil lebih banyak radioaktif yodium daripada bagian tubuh lain.
Jaringan otot yang sakit atau kurang berfungsi akan memancarkan sinyal yang berbeda daripada jaringan otot yang sehat. Jadi, dokter dapat mengindikasikan jaringan atau organ yang rusak. Misalnya, pada infeksi tulang, tulang yang sakit akan mengambil lebih banyak radionuklides dibandingkan dengan tulang sehat. Artinya, teknik ini juga memberikan hasil yang lebih cepat daripada pencitraan yang dilakukan dengan sinar X atau CT-Scan.
Sedangkan energi radioaktif akan hilang dengan sendirinya, dan beberapa di antaranya dibuang melalui urine. Pengaruh radioaktif pada pasien hanya terjadi dalam waktu singkat. Di Amerika Serikat diperkirakan terdapat 12 juta pencitraan kedokteran nuklir untuk tiap tahunnyaPerlu Tim Profesional
Seperti pencitraan dan terapi lainnya, pencitraan kedokteran nuklir dan terapinya memerlukan tim ahli. Ada dokter khusus, ilmuwan, serta teknokrat. Masing-masing mempunyai tanggung jawab tersendiri.
Dokter kedokteran nuklir yang sudah memenuhi syarat seperti pada American Board of Nuclear Medicine atau The American Board of Radiology mempelajari pencitraan dan mengirim hasilnya ke dokter yang berkenaan dengan penyakit pasien. Teknokrat kedokteran nuklir melakukan perawatan kepada pasien di bawah pengawasan dokter kedokteran nuklir.
Sebelumnya teknokrat itu telah dilatih secara khusus untuk mengoperasikan sistem dan komputer yang digunakan untuk mendiagnosis dalam kedokteran nuklir. Biasanya, ia harus memiliki pengalaman pelatihan selama dua tahun atau lebih dalam kedokteran nuklir dan mendapat sertifikat dari Nuclear Medicine Technology Certification Board (NMTCB) atau The American Registry of Radiologic Technologists (ARRT-NM).
Sementara ilmuwan kedokteran nuklir merupakan sarjana fisika, kimia, atau farmasi. Mereka membantu tim dengan menciptakan program komputer baru untuk digunakan secara klinis dan sebagai penerjemah diagnosis menjamin kualitas radionuklide dan sistem yang digunakan dalam perawatan pasien, serta mengembangkan aplikasi baru untuk kedokteran nuklir.Bagian Tubuh Yang Bisa Di-"Nuklir"
Organ/Bagian Tubuh Fungsi Kedokteran Nuklir (salah satu contohnya)
Abdomen Memeriksa pendarahan gastrointestinal
Otak Mencari tumor atau aneurysms (penyakit pembukuh darah) atau mengevaluasi stroke
Darah Mengetes berbagai kelainan sel darah
Sistem hepatobiliaris Memeriksa kandung empedu dan fungsi saluran empedu
Jantung Memeriksa penyakit arteria koronaria, infark miokardial, penyakit pada katup jantung atau serangan jantung; untuk mendeteksi penolakan jantung cangkokan; memeriksa efektivitas bypass surgery; untuk memilih pasien untuk angioplasti atau opeasi bypass
Ginjal Memeriksa fungsi ginjal; untuk mendeteksi fungsi ginjal; untuk test terhadap penolakan cangkok ginjal
Hati/limfa Memeriksa sirosis atau metastasis kanker
Paru-paru Memeriksa emboli paru-paru (gumpalan darah), memeriksa penolakan paru-paru cangkokan atau tes untuk luka akibat penghirupan asap pada pasien yang terbakar
Sistem limfatik Mendeteksi apakah kanker telah menyebar sampai ke nodus limfatikus
Sistem skeletal Memeriksa metastasis kanker atau untuk mengetes trauma tulang yang tersembunyi pada luka akibat olahraga
Lambung Memeriksa fungsi lambung dan menetapkan ulkus atau kanker
Tiroid dan paratiroid Memeriksa tumor dan fungsi abnormal
No comments:
Post a Comment