Cari Berita berita lama

Jalan Sarolangun-Tembesi, Rawan "Bajing Loncat"

Selasa, 9 Desember 2003.
Jalan Sarolangun-Tembesi, Rawan "Bajing Loncat"Jambi, 9 Desember 2003 09:48Jalan lintas tengah atau jalan alternatif Jambi-Lubuk Linggau (Sumsel) lewat Sarolangun-Tembesi, Jambi, hingga kini masih rawan dari aksi kawanan "bajing loncat". Mereka menjarah barang atau muatan kendaraan angkutan, khususnya getah karet.

Tamrizal (35), pengemudi truk angkutan getah karet dari Sarolangun-Muaro Tembesi menuju Jambi, ketika ditemui di tempat pembongkaran getah di Jambi, Selasa, mengungkapkan, kawanan bajing loncat masih terus beraksi dengan merampas dan mengambil barang di atas kendaraan yang sedang berjalan.

Ketika ditanya kenapa kendaraannya tidak dihentikan ketika diketahui para penjahat itu sedang melakukan aksinya di atas kendaraan, Tamrizal beralasan, lebih baik dipecat atau diberhentikan kerja, daripada memberhentikan kendaraan untuk menggagalkan aksi "banjing loncat". Tamrizal mengaku takut kawanan "bajing loncat" itu melukai bahkan membunuhnya. Sebab pengalaman membuktikan, mereka sering bertindak brutal dan sadis terhadap pengemudi yang mencoba menghalangi aksi mereka.

"Lancarnya aksi-aksi bajing loncat iti tidak lepas kaitannya dengan kondisi jalan Sarolangun yang hingga kini masih rusak berat," kata Tamrizal, yang mengakui pula jarak Sarolangun-Kota Jambi hanya 181 Km dapat ditempuh dengan waktu sekitar 12 hingga 15 jam.

Dalam kondisi jalan normal dan bagus Kota Jambi-Sarolangun dapat ditempuh dengan waktu sekitar tiga hingga empat jam. Menurutnya, yang menyakitkan lagi bagi kendaraan angkutan barang yang mulai berangkat ke Jambi sore hari terpaksa menghabiskan waktu dua hari, sebab mereka harus menunggu 12 jam menjelang pagi.

Dikisahkannya, dalam kondisi muatan berat dan cuaca hujan, "bajing loncat" tambah berani melakukan aksinya dengan menurunkan barang pada tempat tertentu yang sudah ditunggu temannya yang tidak menampakkan diri. Mereka biasanya bersembunyi di hutan atau di kendaraan boks.

Tamrizal juga menuturkan, ada seorang sopir yang tewas dianiaya kawanan "bajing loncat" itu dengan senjata tajam. Saat itu, pengemudi truk naas naas mencoba menghentikan kendaraannya untuk menghalangi aksi dua orang "bajing loncat". Sopir itu menduga, ia mampu mengatasi hanya dua perampok itu. Namun ternyata di dekat lokasi penurunan barang, keluarlah segerombolan orang kawan kedua orang "bajing loncat" itu.

"Siapa yang menyangka, jika yang dilihat hanya dua orang dan yang keluar sekitar dari dalam hutan delapan orang dengan membawa senjata golok serta berbagai benda tajam lainnya," kata Tamrizal.

Ketika ditanya tentang keberadaan aparat keamanan di jalan rawan bajing loncat itu, Lismudin (45), pedagang antar-desa atau kalangan (pasar) di Muaro Tembesi mengungkapkan, aparat keamanan tak mampu mengatasi aksi kawanan "bajing loncat" yang nekad dan sadis itu.

Aksi "bajing loncat", sambungnya, hanya dapat diatasi dengan memperbaiki jalan menjadi bagus, sehingga truk atau angkutan barang dapat melaju dengan mulus.

"'Bajing loncat' dapat memantau dan melihat serta mengetahui kapan aparat keamanan berada di lokasi dan di atas kendaraan. Namun mereka tidak akan mengetahui atau berbuat banyak jika kondisi jalan bagus dan kendaraan dipacu dengan kencang," kata Lismuddin. [Tma, Ant]

No comments:

Post a Comment