Cari Berita berita lama

Republika - 'Nilai Marketing Islam Universal'

Rabu, 19 April 2006.

'Nilai Marketing Islam Universal'






Nilai dasar dari marketing syariah adalah kejujuran dan integritas





JAKARTA--Apakah konsep marketing dalam perspektif syariah berbeda dari marketing konvensional? Guru dalam ilmu marketing di Indonesia Hermawan Kertajaya dan praktisi keuangan syariah di Indonesia, M Syakir Sula menyatakan berbeda. ''Syariah marketing itu berdasarkan nilai Islam,'' kata Hermawan Kertajaya dari MarkPlus anda Co. Hermawan dan Syakir Sula berbagi ilmu lewat bukunya Syariah Marketing yang diterbitkan bersama penerbit Mizan dan MarkPlus &Co. Buku tersebut diluncurkan di Jakarta kemarin bersamaan dengan seminar bertema serupa. Hermawan mengaku beragama Katolik. Namun ia mengakui sifat universal dalam prinsip Islam. Termasuk dalam konsep marketing. ''Ini nilai spiritual dan universal sifatnya.'' Mengambil contoh Nabi Muhammad SAW, Hermawan menyatakan dengan konsep rahmatan lil alamin, Nabi Muhammad ingin nilai spiritual dalam Islam ini tak hanya dimonopoli oleh umat Islam. ''Umat lain pun boleh mempelajari dan menerapkannya.'' Hermawan mengatakan tidak masal!
ah bila konsep marketing syariah dijual dan dijadikan tema di Indonesia. ''Ini nilai Islam yang merupakan agama yang dianut oleh mayoritas populasi di Indonesia,'' katanya. Nilai itulah yang harus ditonjolkan. Hermawan menyatakan syariah mengendorse marketing dalam arti orang yang bekerja di bidang marketing harus mengedepankan nilai kejujuran atau transparansi dan integritas. Tapi marketing mengendorse syariah dalam hal profesional. ''Mengapa sampai sekarang orang Arab masih enggan menempatkan dananya di Indonesia, semata karena mereka menilai kita belum profesional,'' katanya. Jujur saja menurut Hermawan belum cukup. ''Kita harus membuktikan diri bahwa kita profesional dalam bekerja.'' Konsep marketing syariah, kata Hermawan, meluruskan konsep yang keliru dalam marketing. Ia mencontohkan bagaimana marketing diartikan sebagai cara untuk menjual produk sebanyak-banyaknya, mengemas produk dalam model terbaik, mendorong agar orang mau membeli sekalipun dengan model pemaksaan!
dan lainnya. ''Itu konsep yang keliru dan harus diluruskan.''!
Inti ut
ama dari konsep marketing syariah adalah integritas dan kejujuran. Syakir Sula mengupas tentang dasar syariah marketing, implementasi syariah marketing dan bagaimana membangun bisnis berdasarkan nilai syariah. Syariah memandu manusia untuk memelihara sifat humanity (kemanusiaan). ''Manusia menjadi terkontrol, seimbang dan bukan manusia yang serakah yang menghalalkan segala cara untuk meraih keuntungan yang sebesar-besarnya.'' Syakir menjelaskan ada empat karakter marketing yang menjadi panduan bagi para pemasar. Karakter itu adalah rabbaniyah atau teistis, etis, realistis dan humanitis. Karakter teistis adalah seorang marketer syariah harus meyakini bahwa Allah SWT selalu dekat dan mengawasinya. Marketer harus yakin bahwa ia akan dimintai pertanggung jawabah di hari akhir. Ia tidak zalim dalam harga, produk serta berpromosi. Karakter kedua adalah etis adalah bahwa seorang pemasar harus amat peduli dengan nilai etika dan moral tak peduli apapun agamanya. ''Kasus Enron, Worldc!
om, dan Global Crossing merupakan contoh di mana nilai etika dan moral tak lagi menjadi pegangan. Segala cara dihalalkan asal mendapat keuntungan finansial yang sebesar-besarnya.'' Karakter ketiga dari seorang marketing syariah adalah realistis. Maksudnya adalah marketer itu profesional, santun dan rapi dalam penampilan serta tidak kaku atau luwes dalam bergaul. Sedangkan karakter keempat adalah humanistis atau seorang marketer harus menjaga keseimbangan, tidak serakah melainkan peduli pada keadaan sosial. Secara umum etika yang harus dijunjung tinggi dalam memasarkan satu produk atau brand adalah memiliki kepedulian spiritual (takwa), berperilaku baik dan simpatik, adil dalam berbisnis, melayani dan rendah hati, menepati janji dan tidak curang, jujur dan terpercaya, tidak suka berburuk sangka, tidak suka menjelek-jelekan orang lain serta menghindari sogok atau riswah. Buku ini juga memberi contoh pengalaman Bank Muamalat Indonesia, Asuransi Takaful, dan Perum Pegadaian Sya!
riah.
( )

No comments:

Post a Comment