Cari Berita berita lama

Republika - Kriteria Tobat

Rabu, 4 Oktober 2006.

Kriteria Tobat












Bulan Ramadhan dapat dijadikan sebagai syahr al-taubah, yaitu bulan tobat. Di bulan ini, kaum Muslim diperintahkan agar banyak melakukan taqarrub, mendekatkan diri kepada Allah SWT. Selain itu, juga memperbanyak kebaikan dan amal shaleh, serta membersihkan diri dari berbagai dosa dan maksiat kepada Allah SWT. Dalam terminologi agama, upaya kita untuk membersihkan diri dari dosa-dosa itu, dinamakan tobat. Pada intinya tobat mengandung makna meninggalkan dosa-dosa, baik kecil (al-Shaghair) apalagi besar (al-kabair) disertai penyesalan yang mendalam. Secara sufistik, tobat dipandang sebagai pangkal tolak (tangga pertama) dalam perjalanan menuju Allah (al-tawbah ashl kulli maqam). Tanpa tobat, manusia tidak bisa mendapatkan akses menuju ke jalan atau orbit Tuhan. Menurut Ghazali, tobat melibatkan tiga aspek sekaligus, yaitu aspek pengetahuan manusia (kognisi), aspek sikap mental (afeksi), dan aspek perbuatan (behavioral). Aspek pengetahuan dalam arti kesadaran manusia tent!
ang bahaya dan akibat-akibat buruk dari perbuatan dosa, akan memengaruhi sikap, dan selanjutnya memengaruhi prilaku dan perbuatannya. Bagi Ghazali, tobat yang baik adalah tobat yang memenuhi tiga kriteria. Pertama, meninggalkan dosa-dosa (al-iqla' `an al-dzunub). Kedua, berjanji tidak mengulangi (al-`azm an la ya'uda). Ketiga, menyesali diri atas dosa-dosa yang diperbuat dan atas hilangnya kesempatan dan peluang baik secara sia-sia (al-nadam `ala ma fata). Kriteria yang ketiga di atas, yaitu penyesalan, dipandang oleh Ghazali sebagai kunci sukses tobat. Hal ini, karena tanpa penyesalan yang mendalam, sukar dibayangkan seseorang akan benar-benar bertobat. Itu sebabnya, Nabi SAW memandang bahwa penyesalan itu identik dengan tobat itu sendiri, sebagaimana sabda beliau, ''al-Nadamu Taubatun, penyesalan adalah tobat itu sendiri.'' Orang yang benar-benar menyesal, menurut Ghazali, ditandai oleh tiga hal. Pertama, hatinya lentur dan sensitif serta tidak membeku dan membatu seper!
ti batu cadas (riqqat al-qalb). Kedua, air matanya mudah melel!
eh tanpa
sadar (ghazarat al-dumu'). Ketiga, ia kapok dan benci pada dosa-dosa yang dahulu pernah dinikmatinya. Orang yang bertobat dengan tingkat penyesalan seperti di atas layak mendapat pengampunan dari Allah SWT. Inilah sesungguhnya makna firman Allah: ''Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain daripada Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedangkan mereka mengetahui. Mereka itu balasannya ialah ampunan dari Tuhan mereka dan surga yang di dalamnya mengalir sungai-sungai, sedangkan mereka kekal di dalamnya; dan itulah sebaik-baik pahala orang-orang yang beramal.'' (QS Ali Imran [3]: 135-136). Wallahu A'lam.
(Dr A Ilyas Ismail MA )

No comments:

Post a Comment