Cari Berita berita lama

Republika - Ilmu Patologi Anatomi Kurang Diminati

Jumat, 20 April 2007.

Ilmu Patologi Anatomi Kurang Diminati












JAKARTA -- Jumlah dokter spesialis patologi anatomi di Indonesia minim dan penyebarannya tidak merata. Padahal, patologi sangat berperan penting dalam mendiagnosis dan mengidentifikasi penyakit. Bahkan, tingkat akurasi diagnosisnya mencapai 100 persen. ''Indonesia hanya memiliki 220 dokter spesialis patologi anatomi,'' ujar dokter spesialis patologi anatomik Departemen Patologi Anatomik Fakultas Kedokteran UI, dr Sutjahjo SpPA, dalam acara forum pelatihan wartawan, Kamis (19/4). Penyebaran 220 dokter itu pun tidak merata. Seperti di Irian dan Ambon, mereka tidak memiliki dokter spesialis patologi anatomi. Sutjahjo mengatakan, di Indonesia bidang patologi tidak banyak diminati. Alasannya beragam mulai dari penghasilan lebih minim dibanding dokter spesialis lain hingga begitu banyak yang harus dipelajari. Ia mencontohkan, dokter spesialis anak akan fokus mempelajari anak, begitu pun dengan spesialis jantung. Namun, patologi anatomi mempelajari semuanya. Di Thailand, !
ungkapnya, jumlah dokter parologi anatomi lebih banyak dibandingkan Indonesia. Padahal, jumlah penduduk Thailand jauh lebih sedikit dibanding Indonesia. Bahkan, di negara maju jumlahnya sangat banyak dan gajinya lebih besar dibanding dokter spesialis lain. Selama ini, kata Sutjahjo, rumah sakit yang tidak mempunyai dokter patologi anatomi mengirimkan sel atau jaringan pasien yang akan diidentifikasi. Dengan prosedur yang benar, yakni penggunaan formalin, sel atau jaringan itu layak diperiksa dalam waktu yang lama. Sutjahjo menjelaskan, pasien harus semakin sadar akan pentingnya diagnosis yang akurat. Setiap anggota tubuh yang diangkat atau diperiksa, setiap elemennya harus diperiksa. ''Makanya ada dokter spesialis bedah di Singapura yang di sekolahkan lagi, karena seluruh jaringan yang dibedah harus diperiksa semua,'' katanya menjelaskan. Dikatakan Sutjahjo, patologi anatomi bukan hanya tidak diminati, namun bidang ini tidak dikenal masyarakat. Biasanya, pasien yang menda!
tangi patologi adalah pasien rujukan dari dokter klinik. Namun!
, jika p
asien sudah mengenal dokter patologi maka banyak yang berkonsultasi. Patologi anatomi, sambung Sutjahjo, tidak melakukan pembedahan. Dokter itu hanya mengambil sel atau jaringan dalam tubuh untuk didiagnosis. Misalnya, jika seorang pasien kanker payudara dinyatakan tumornya ganas maka dokter bedah disarankan melakukan pengangkatan. ''Dokter patologi anatomi memang berada di belakang layar. Namun, tanggung jawabnya paling besar karena bidang inilah yang memvonis orang,'' cetus dia. n ren 
( )

No comments:

Post a Comment