Cari Berita berita lama

Republika - Diploma Transfusi Darah, Siapa Berminat

Senin, 27 Maret 2006.

Diploma Transfusi Darah, Siapa Berminat






Program Diploma Satu Transfusi Darah yang dirintis PMI, merupakan lembaga pendidikan pertama dan satu-satunya di Indonesia.





Darah merupakan elemen penting dalam kehidupan setiap manusia. Tanpa darah, tak mungkin setiap makhluk hidup di dunia bisa bertahan hidup. Meski demikian tak sembarang orang bisa memahami fungsi dan karakteristik darah. Bahkan, tak dipungkiri berurusan dengan darah seringkali meninggalkan pengalaman yang tidak menyenangkan. Namun, tidak demikian halnya dengan siswa-siswa program Diploma I Teknologi Transfusi Darah (D1 TTD). Setiap hari siswa-siswa ini bergelut dengan darah. Cairan berwarna merah ini rupanya telah menjadi pilihan hidup yang harus dijalani. Dibalik keinginan untuk terus belajar, ada niat mulia yang dibawa oleh masing-masing siswa. ''Di tempat saya, teknisi transfusi darah masih sangat minim jumlahnya. Sejak bencana tsunami banyak orang yang hilang dan banyak rumah sakit yang membutuhkan tenaga medis transfusi darah. Saya ingin membantu dengan tenaga dan pikiran yang saya miliki,'' ungkap Zuriana (21 tahun) salah seorang siswa D1 TTD, ketika ditemui Repu!
blika di sela-sela waktu istirahat. Wanita berjilbab ini datang dari Aceh bersama dua orang temannya. Mereka dikirim untuk belajar di sekolah tersebut dengan dukungan pembiayaan dari salah satu LSM asing. Nantinya, setelah selesai, Zuriana akan ditempatkan di rumah sakit sebagai teknisi transfusi darah. Minimnya tenaga transfusi darah di daerah-daerah memang menjadi salah satu alasan pengiriman siswa-siswa ini ke sekolah tersebut. Apa yang dialami oleh Zuriana juga dirasakan oleh Iin Parlina dari Palembang dan puluhan siswa lainnya. Kondisi ini membuat para lulusan program D1 TTD ini sangat dicari. Tak heran jika sebelum lulus pun, siswa-siswa ini sudah banyak 'dipesan' oleh berbagai instansi seperti rumah sakit yang memiliki instalasi bank darah. Program D1 TTD merupakan sekolah transfusi darah pertama yang didirikan di Indonesia. Jejang pendidikan tinggi yang didirikan oleh Palang Merah Indonesia (PMI) sejak tahun 1994 telah menelurkan ahli-ahli transfusi darah yang berk!
ompeten di bidangnya. Sebenarnya kajian tentang transfusi dara!
h sudah
mulai diterapkan sejak tahun 1969. Namun, pada saat itu program pendidikan ini masih berupa pemberian kursus selama enam bulan untuk menghasilkan Asisten Transfusi Darah (ATD). ''Program ini berubah menjadi diploma I pada tahun 1994. Jadi sejak tahun 1969 hingga sekarang sudah menghasilkan 21 angkatan. Saat ini selain menggelar program D1, TTD juga mengadakan program penyetaraan untuk ATD,'' ungkap staf D1 TTD, Hilanursita. Siswa-siswanya berasal dari berbagai daerah di seluruh Indonesia. Tak heran karena banyak instansi Palang Merah atau rumah sakit atau pemerintah daerah yang mengirimkan karyawannya untuk belajar di sini. Bahkan, sekitar 70 persen siswa Program D1 TTD merupakan siswa yang menjalani tugas belajar. Sedangkan 30 persen lainnya merupakan siswa reguler yang belajar atas keinginan dan kemampuan sendiri. Untuk siswa yang berasal dari daerah, pihak sekolah menyediakan fasilitas asrama. Asrama ini berada gedung empat lantai yang berada di Jalan Joe nomor 7 Lente!
ng Agung Jakarta Selatan. Asrama terletak di lantai tiga dan empat, sementara lantai dua untuk fasilitas laboratorium dan lantai dasar untuk kelas dan kantor administrasi. Siswa ini belajar sesuai dengan kurikulum yang telah disahkan oleh Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan (Pusdiknakes). Hilanursita mengakui, progam D1 ini lebih banyak mengutamakan praktikum dibandingkan teori. Di sini siswa akan mendapat berbagai macam mata kuliah anatomi, hematologi, serologi darah, teknik transfusi daerah hingga penyakit menular lewat trasfusi darah yang diajar oleh sekitar 30 tenaga pengajar. ''Sebanyak 67,5 persen pelajaran yang diberikan berupa praktikum, sedangkan sisanya adalah teori,'' papar Hilanursita. Masih minimnya siswa reguler yang belajar di lembaga ini salah satunya dikarenakan biaya pendidikan yang relatif mahal. Biaya pendidikan untuk dua semester mencapai Rp 15 juta. Sedangkan jika ditambah fasilitas asrama dan biaya makan, siswa harus membayar Rp 21 juta. Mahalnya biay!
a pendidikan tersebut dikarenakan beberapa bahan praktikum har!
us diimp
or dari luar negeri.
(mth )

No comments:

Post a Comment