Jumat, 6 Agustus 2004.
BEJ Nilai Ades Sembunyikan InformasiJAKARTA -- Bursa Efek Jakarta menilai PT Ades Alfindo Putrasetia Tbk. pemegang saham. Oleh karena itu, otoritas bursa kemarin melakukan penghentian sementara (suspensi) perdagangan saham produsen minum dalam kemasan tersebut untuk kedua kalinya
Direktur Utama BEJ Erry Firmansyah mengatakan, pihaknya menduga manajemen Ades menyembunyikan sejumlah informasi material ke publik yang membuat harga sahamnya melonjak tajam. "Untuk itu, kami harus menanyakan kebenarannya," ujarnya kepada wartawan di Jakarta kemarin.
Erry tidak menjelaskan, informasi-informasi apa saja yang disembunyikan manajemen Ades. Saat ditanyakan, apakah informasi material itu terkait dengan aksi korporasi penerbitan saham baru dan rencana akuisisi Nestle, dia mengatakan juga mendengar hal itu. "Tapi belum bisa dipastikan, karena manajemen Ades belum menjelaskannya," ujarnya
Mei lalu, Ades melakukan penambahan modal dengan mekanisme penerbitan saham baru (right issue). Dalam proses itu, Water Partners Bottling (WPB) bertindak sebagai pembeli siaga. Setelah transaksi itu rampung, jumlah saham WPB yang sebelumnya hanya sebesar 10 persen melonjak menjadi 60 persen. WPB merupakan perusahaan yang dimiliki The Coca Cola Company dan Nestleyang masing-masing menguasai 50 persen saham (lihat : Terus Membumbung).
Erry mengatakan, BEJ sudah melakukan suspensi perdagangan saham Ades. Langkah itu dilakukan mulai 26 Juli dan dibuka kembali pada 3 sampai 4 Agustus lalu. Larangan itu kembali berlanjut pada Kamis (5/8). "Kami melihat pergerakan harga yang kurang wajar. Tiba-tiba melonjak tanpa ada sesuatu yang lebih detil mengenai itu," katanya.
Erry menambahkan, penghentian itu bertujuan untuk mencegah adanya pengaruh negatif lebih besar kepada investor. Langkah tersebut, tegas dia, akan terus berlanjut kalau manajemen tidak memenuhi panggilan ini. "Jadi belum bisa ditentukan suspensinya sampai kapan," ujarnya.
Analis Mega Akses Securities, Hendra Bujang mengatakan, kenaikan harga saham Ades penuh spekulasi dan rumor tak jelas. Menurut dia, tidak adanya penjelasan resmi dari manajemen membuat saham Ades mengandung risiko bagi investor yang melakukan transaksi di bursa.
Secara fundamental, kinerja keuangan AdeS belum menggembirakan. Buktinya, per 31 Maret lalu perusahaan tersebut masih membukukan kerugian sebesar Rp 4,12 miliar. "Saya kira, kenaikan harga saham yang fantastis tanpa didukung kinerja yang solid perlu diwaspadai," ujarnya. Otoritas bursa, menurut Hendra, seharusnya melakukan pengawasan yang lebih ketat agar nantinya investor tidak dirugikan oleh informasi yang sesat.
Dalam kesempatan terpisah, analis Sinarmas Sekuritas Alfiansyah menilai, adanya penjelasan dari manajemen bahwa, WPB meningkatkan kepemilikan sahamnya di Ades menjadi 65 persen memicu pelaku pasar memborong saham Ades di bursa. "Pasar mengantisipasi isu tersebut bila benar, berarti prospek usaha perusahaan ke depan semakin cerah," ujarnya.
Bila ditinjau dari prospek usaha, perusahaanitu memang cukup bagus. Karena dalam kegiatan produksinya menggunakan bahan baku yang cukup murah yaitu air dan produknya diperlukan oleh banyak orang. "Singkatnya, perusahaan ini tidak mungkin bangkrut," katanya.
Alfian memprediksikan, gejolak harga akan tetap terjadi pada saat perdagangan saham Ades dibuka kembali. Pasalnya, ada investor yang bertaruh di pasar bahwa harga saham AdeS akan seperti saham sejenisnya Aqua di bursa akan di bawa ke sekitar Rp 40.000 per saham.
Hingga berita ini diturunkan, manajemen Ades belum bisa dimintai tanggapannya. Hanya saja, sekretaris perusahaan AdeS, Bobby Gandasaputra memberi penjelasan kepada BEJ soal lonjakan harga sahamnya mengakui, kalau benar telah terjadi penambahan kepemilikan WPB. "Peningkatan itu karena WPB menjadi pembeli siaga saat rihgt issue," katanya. yandi mr-tnr/muchtar wijaya
No comments:
Post a Comment