Cari Berita berita lama

Republika - Penanganan Tanpa Operasi Aneurisma Aorta Abdominalis

Kamis, 28 September 2006.

Penanganan Tanpa Operasi Aneurisma Aorta Abdominalis












Sebuah prestasi mengesankan kembali ditorehkan dunia kedokteran Tanah Air. Pada Rabu (20/9), di RS Mitra Keluarga Kelapa Gading, Jakarta, telah dilakukan tindakan tanpa operasi untuk pengobatan aneurisma aorta abdominalis menggunakan Zenith Endovascular Graft. Ini merupakan yang pertama di Indonesia. Pasien bernama Hendrawan, usia 73 tahun. Awalnya sekitar lebih kurang dua bulan lalu, pasien dirujuk oleh dokter spesialis saraf kepada Dr Utojo Lubiantoro SpJP untuk evaluasi kelainan jantung. Pasien didiagnosis mengidap stroke nonhemoragic, yakni stroke karena ada suatu sumbatan, serta riwayat tekanan darah tinggi (hipertensi) lama. Pasien juga mengaku kerap merasa kurang nyaman di bagian perut, antara lain mulas. Maka dilakukan pemeriksaan dan didapatkan suatu massa yang berdenyut di daerah perut (abomen). Berdasarkan hasil MSCT abdomen, dijumpai adanya pelebaran pembuluh darah aorta berdiameter 6,5 cm. ''Dinyatakan aneurisma aorta jika diameter aorta sudah lebih dari!
4 cm,'' terang Utojo kepada pers, Selasa (26/9) di Jakarta. Dari hasil MSCT, ditemui pula kumpulan bekuan (thrombus) darah di dalam aneurisma itu. Karena diameter sudah lebih dari 6 cm dan risiko pecah (rupture) mencapai 20 persen, usia pasien yang 73 tahun dan adanya riwayat stroke, akhirnya diputuskan tidak dilakukan penanganan melalui operasi, tetapi dipasang suatu endovaskuler graft. Lalu, apa itu aneurisma aorta abdominalis? Seperti diketahui, aorta merupakan pembuluh darah utama yang membawa darah dari jantung ke seluruh tubuh. Ukurannya sekitar dua sampai tiga sentimeter. Terbentang dari dada (torak) sampai ke perut (abdomen), aorta kemudian bercabang menjadi pembuluh darah iliaka. Arteri iliaka ini membawa darah ke tubuh bagian bawah serta kedua kaki. Nah karena satu dan lain hal, semisal bertambahnya usia atau keadaan lain, sebagian dinding aorta melemah dan mulai melebar (dilatasi). Pelebaran terus bertambah sehingga aorta menjadi makin tipis dan teregang sepert!
i sebuah balon. ''Pelebaran aorta ini disebut aneurisma,'' kat!
a Utojo
lagi. Menurutnya, suatu pembuluh dikatakan aneurisma jika pelebarannya telah mencapai sekitar 50 persen dari ukuran normalnya. Aneurisma aorta abdominalis adalah yang paling banyak dijumpai. ''Aorta abdominalis merupakan bagian dari aorta mulai dari diafragma sampai lipat paha dan berfungsi menyuplai darah ke organ di bawah pembuluh ginjal,'' tuturnya. Penyebabnya, antara lain karena kelainan pembuluh darah, trauma atau bisa juga efek jaringan akibat penyakit bawaan dinding pembuluh darah hingga melemahkan dinding aorta. Tekanan darah terhadap daerah yang melemah ini mengakibatkan pelebaran dan penipisan dinding aorta. ''Dan keadaan yang paling ditakuti yakni bila terjadi ruptur atau sobeknya aneurisma,'' katanya. Faktor risikonya antara lain kebiasaan merokok, penyakit jantung, tekanan darah tinggi, serta riwayat keluarga. Aneurisma kebanyakan dijumpai pada usia 50 tahun ke atas, prevelensinya antara 3-10 persen. ''Ini penyebab kematian 15 ribu pasien per tahun di AS,'' p!
aparnya. Data di Asia dan Indonesia, belum diketahui. Tapi diyakini, mengingat faktor risikonya juga banyak ditemui, jumlahnya mungkin tidak berbeda jauh dengan di negara Barat. Satu hal patut diperhatikan, sebagian besar penderita aneurisma aorta abdominalis tidak mempunyai keluhan. Penyakit ini kerap terdiagnosis saat pasien sedang melakukan medical check-up atau berobat untuk penyakit yang lain. Jika diperlukan penangangan, ada dua cara bisa digunakan. Pertama, open surgical repair. Setelah dokter membuat sayatan melalui perut, dilakukan tindakan memperbaiki aorta untuk mengganti bagian aneurisma dengan suatu tabung (tube) sintetik yang disebut graft. Cara ini memerlukan waktu pemulihan yang lama, sekitar tiga bulan. Belum lagi risiko komplikasinya. Kedua, endovascular repair. Melalui cara ini, dokter membuat sayatan kecil sedikit di atas lipat paha untuk mencapai arteri femoral. Dari sayatan ini, lantas dimasukkan graft ke dalam arteri dan diletakkan dalam aorta. Endo!
vascular graft selanjutnya bakal menutup aneurisma dan membuat!
jalan b
aru di mana darah dapat mengalir. Graft akan berada dalam aorta secara permanen. Tindakan ini memerlukan waktu sekitar satu sampai tiga jam. ''Cara ini kini banyak dipilih di seluruh dunia karena komplikasinya rendah dan waktu pemulihan relatif singkat,'' tutur Utojo. Yang dilakukan oleh Utojo dari RS Mitra Keluarga adalah teknik endovascular repair dengan zenith endovascular graft. Graft itu terdiri tiga bagian, satu main body dan dua kaki. Terbuat dari bahan poliester dan ditunjang rangka (stent) berbahan stainless steel guna mencegahnya turun ke bawah. Sekarang ini ada tiga jenis endovascular stent graft yang telah diakui oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan AS (FDA), sementara yang lain telah ditarik dari peredaran. Zenith graft sendiri buatan Australia dan telah diperkenalkan sejak 1995-1996 lalu, namun baru diakui FDA baru-baru ini. Persoalannya, harga alat tersebut masih amat mahal. Satu setnya dapat mencapai Rp 100 juta. ''Itu belum terhitung biaya untuk tindakannya!
,'' urai Utojo.
(yus )

No comments:

Post a Comment