Minggu, 25 Maret 2007.
Awas, Modus Baru Penipuan Undian Berhadiah
Penjahat selalu menang satu langkah.
Sebut saja namanya Syukur. Rabu (16/3) pekan lalu, dia masuk kantor dengan wajah berseri-seri. ''Lihat ini,'' katanya kepada para koleganya, sambil menunjukkan selembar kupon. Di permukaan kupon yang masih menyisakan butiran halus bubuk kopi itu tertulis: ''Selamat Anda mendapatkan hadiah langsung 1 unit mobil Kijang Innova dari Rejeki Ngopi Torabika.'' Para koleganya lantas membolak-balik kupon yang bagian depannya dicetak penuh warna itu. Ada juga yang menerawangnya di bawah terang lampu. Setelah meneliti berulang-ulang, hampir semua kolega Syukur menyimpulkan kupon berkode hadiah R1417GE70K dan bercap stempel serta tanda tangan basah atas nama General Manager Rudi Hermawan itu asli. Lagipula, Syukur mendapatkan kupon itu di dalam sachet kopi Torabika yang bagian atas maupun bawahnya masih rapi oleh bekas mesin press. Kupon itu nongol ketika sachet disobek. Kopi sachet-an itupun bukan dibelinya di warung pinggir jalan, melainkan dari salah satu Alfamart di bilangan !
Pondok Cabe, Depok. Hari itu, Syukur berulangkali mendapat ucapan selamat dan ditanyai akan diapakan hadiah itu: Mau dipakai sendiri atau dijual dan 'ambil mentahnya' saja. Tapi, Syukur malah sibuk mencari informasi harga mobil. Dia mendapati kisaran harga Innova Rp 160-180 juta. Dia pun berikrar untuk membagi rasa senangnya dengan mentraktir rekan-rekannya. Menjelang sore, Syukur menghubungi salah satu dari dua nomor yang tertera di kupon, yaitu 021-68954501 dan 021-68954502. Di seberang sana, seorang laki-laki menjawabnya. Dia mengaku sebagai customer service merangkap anggota satpam. Tapi, karena mendengar Syukur mengaku wartawan, dia buru-buru berkata,''Sekarang kami mau tutup.'' Kamis (17/3), Syukur tak lagi mengontak dua nomor di kupon. Dia langsung mengontak PT Torabika Eka Semesta di kawasan Tomang, Jakarta Barat. Tapi, Syukur terkejut bukan kepalang mendapat penjelasan Corporate Communication PT Torabika Eka Semesta, Helena, bahwa itu penipuan. Maka, pupuslah harap!
an Syukur. Musnahlah rencana mentraktir koleganya. Kepada Repu!
blika ya
ng menghubunginya pekan lalu, Helena mengungkapkan telah lebih dari 50 orang yang mengklaim hadiah kupon ke Torabika. Tapi, semua klaim itu terpaksa ditolak karena Torabika tak pernah membuat kupon. ''Ini pekerjaan sebuah sindikat. Mereka mendompleng program kami,'' katanya. Sejak Januari 2007 sampai Desember 2007, Torabika memang sedang menabur iming-iming kepada konsumennya. Antara lain berupa puluhan Kijang Innova. Tapi, kata Helena, yang dimasukkan ke dalam sachet bukan berupa kupon, melainkan stiker hologram yang menempel di bagian dalam bungkus sachet. Sudah berapa orang yang tertipu? Helena belum bisa memastikan. Tapi, seorang ibu di Semarang sempat menghubungi nomor di kupon undian dan diminta mentransfer Rp 16 juta. Separuh untuk pajak hadiah, separuh lagi untuk biaya pengiriman mobil ke Semarang. ''Katanya, mobilnya mau dikirim dengan pesawat Hercules. Untung si ibu batal mentransfer,'' katanya. Torabika, telah turun meneliti kopi-kopi sachet-an yang disusupi kupo!
n-kupon itu. Hasilnya, kopi maupun bungkusnya asli. Belum diketahui bagaimana kupon-kupon itu dimasukkan. Adakah 'orang dalam' yang terlibat? Helena menampik. Sebab yang memasukkan kopi ke dalam sachet bukan orang, tapi mesin. Proses press juga sepenuhnya dilakukan mesin. Kasus itu, kata Helena, sudah dilaporkan ke polisi. Dugaan sementara, kupon dimasukkan dengan mengiris bagian belakang sachet. Helena tak berani memastikan ada-tidaknya persaingan bisnis dalam kasus itu. Sebab produk-produk saingannya pun ikut terkena imbasnya. ''Kopi Kapal Api dan ABC juga kena,'' katanya. Kupon-kupon berhadiah itu juga merambah produk lain. Syukur mengatakan seorang tetangganya juga mendapat kupon serupa dalam bungkus Daia. Di sabun mandi, kupon-kupon palsu itu juga dibenamkan dalam daging sabun mandi. Kupon yang dibungkus plastik itu baru bisa diketahui setelah sabun mandi dipakai berkali-kali, memberi kesan surprise. Armay, Kasubdit Penyidikan Ditjen Bantuan dan Jaminan Sosial Departe!
men Sosial, mengakui mulai berkembangnya modus-modus baru peni!
puan. ''
Kita harus jeli, karena penjahat selalu menang satu langkah,'' ujarnya. Staf Pengaduan dan Hukum Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI), Sularsi, mengkhawatirkan modus baru itu. Sebab kupon palsu bertanda tangan dan stempel basah itu juga merambah makanan bayi. ''Kan kasihan makanan bayi terkontaminasi,'' katanya.mg01/run
( )
No comments:
Post a Comment