Kamis, 30 Mei 2002.
Tren Penggunaan ERP di Indonesia BerubahJAKARTA - Tren penggunaan Enterprise Resources Planning (ERP) bagi perusahaan di Indonesia saat ini mulai mengalami perubahan. Perusahaan mulai melihat ERP sebagai hal yang bisa membantu persaingan (kompetisi) dan bukan hanya sebagai solusi untuk meningkatkan penjualan.
Diski Naim, Solutions Architect PT SAP Indonesia mengatakan, sebelum tahun 2000 banyak perusahaan di Indonesia yang menggunakan ERP sebagai proses bisnis dengan kecenderungan untuk meningkatkan penjualan. Perusahaan-perusahaan juga cenderung tidak mengubah bisnis proses yang telah dimiliki, jika menginginkan pengembangan bisnis proses yang baru.
Pada saat itu, sesuai dengan momentum Y2K, perusahaan mulai banyak melakukan implementasi tanpa menyadari apa yang mereka dapatkan dari ERP. Perusahaan meminta kepada penyedia solusi untuk melakukan otomatisasi program-program yang ada. Misalnya untuk proses penjualan, pembelian, atau program sumber daya manusia, tanpa merubah program yang sudah ada.
"Akibatnya solusi ERP saat itu menjadi sekadar proses implementasi, tapi perusahaan tidak tahu apa yang mereka dapatkan dari implementasi tersebut," kata Diski di Jakarta, kemarin.
Dia menjelaskan, pada waktu krisis ekonomi sudah berlalu perusahaan mulai menggunakan solusi untuk berinteraksi kepada pelanggan melalui penggunaan solusi Customer Relationship Management (CRM). Perusahaan mulai menyadari bahwa pendekatan bisnis harus lebih terpusat ke pelanggan dan bentuk data operasional diubah menjadi yang hal yang dapat dikonsumsi tingkat manajemen.
Tren ini kemudian berubah setelah tahun 2000, yakni ketika beberapa perusahaan mulai menggunakan ERP untuk meningkatkan daya kompetitif terhadap perusahaan lain. Perusahaan-perusahaan akan mencoba masuk ke industri tertentu dan melihat mengapa perusahaan yang menjadi kompetitorya bisa lebih maju. Selain itu, perusahaan juga melakukan benchmark ke perusahaan di luar negeri.
"Dari sini trennya mulai berubah karena pelanggan kini tidak hanya melihat penggunaan ERP dari sisi penjualan, produksi, atau keuangan, melainkan dari sisi kompetisi. Dalam memilih satu solusi tertentu, pelanggan juga akan melihat best practice yang dimiliki perusahaan penyedia solusi," katanya.
Diski menjelaskan, best practice yang dimaksud adalah solusi terbaik yang dimiliki oleh perusahaan penyedia solusi untuk industri spesifik. Dengan demikian, perusahaan akan meminta dari provider contoh solusi yang terbaik bagi bisnis mereka seperti apa. Perusahaan tinggal memilih mana yang sesuai, paling bagus, dan yang bisa meningkatkan daya saing perusahaan.
Perusahaan yang terlebih dulu melihat best practice akan menjadi nilai tambah bagi perusahaan penyedia solusi. Sebab, dengan begitu provider menjadi lebih mengerti proses yang dijalankan pelanggannya.
Diski mengungkapkan, tren yang juga berlaku saat ini adalah tren global, yakni membeli solusi aplikasi secara global, sehingga implementasi dari pusat ke bawah dilakukan perusahaan pusat. Kondisi ini terjadi karena banyak perusahaan dari luar negeri yang mengakusisi atau merger dengan perusahaan di negara lain.
Tren global ini terjadi karena perusahaan juga perlu melakukan kontrol bisnis unit di negaranya sendiri dan di negara lain. Untuk itu, perlu ada solusi yang mampu mengakomodasi hal ini. Sebagai contoh, perusahaan yang berkantor pusat di Amerika Serikat ingin mengetahui produksinya di Indonesia, harus menggunakan sistem yang reliable, sistem yang mampu mengakomodasi multiple unit business, multiple industry, dan multiple country. laksmi nurwandini
No comments:
Post a Comment