Cari Berita berita lama

KoranTempo - Remaja Jakarta Mengkonsumsi Narkoba pada Umur 9 Tahun

Kamis, 17 Pebruari 2005.
Remaja Jakarta Mengkonsumsi Narkoba pada Umur 9 TahunJAKARTA--Penelitian yang dilakukan Asian Harm Reduction Network (AHRN) terhadap remaja pengguna narkoba di Jakarta, Bogor, Tangerang, Bekasi, dan Depok menemukan bahwa mereka mengkonsumsi narkoba pada umur 9 tahun. "Kebanyakan memulai dengan mengkonsumsi boti (obat tidur) seperti diazepam atau valium. Sisanya memulai dengan konsumsi ganja," kata Kepala Proyek Penelitian AHRN Ratna Pasaribu dalam presentasi penelitiannya kepada Komisi Nasional Penanggulangan AIDS di Jakarta, Rabu (16/1) sore.

AHRN menemukan, terjadi peningkatan penggunaan narkoba di usia yang semakin dini. Dari 500 lebih responden remaja pengguna narkoba, termasuk pelajar dan mahasiswa, yang diwawancarai, separuhnya atau 50 persen memulai penggunaan narkoba pada umur 9-15 tahun.

Menurut Ratna, hasil wawancara mendalam dengan para remaja pengguna menemukan bahwa peningkatan penggunaan narkoba di kalangan usia dini disebabkan oleh kemudahan mendapatkan narkoba, rasa keingintahuan yang besar, dan pengaruh dari teman sebaya.

Ratna mencontohkan, obat tidur yang seharusnya hanya bisa diperoleh dengan resep dokter ternyata sangat mudah diperoleh di warung-warung kecil. "Para pembeli dan penjual itu sudah memiliki kode-kode tersendiri yang menyebabkan anak umur 10 tahun bisa mendapatkan valium dengan mudah," katanya.

Para pengguna memperoleh akses pada pengetahuan dan pengalaman karena adanya pengaruh dari peer group atau teman sebaya. "Prevalensi penggunaan juga ditambah dengan keingintahuan yang sangat besar," ujarnya.

Dari para pengguna narkoba diketahui bahwa 88 persen menggunakan ganja secara rutin. Sekitar 36 persen di antaranya adalah pengguna narkoba suntikan, "yang notabene rentan tertular HIV/AIDS," kata Ratna.

Sisanya yang lain secara rutin menggunakan heroin seperti putaw dan jenis amfetamin seperti sabu-sabu. Dalam jangka 2-3 tahun sesudah mulai memakainya, mereka akan berpindah ke narkoba suntikan. "Atau setidaknya akan mencoba narkoba suntik," ujarnya.

Yang sangat memprihatinkan, dari penelitian diketahui hanya sedikit atau di bawah 20 persen pengguna narkoba suntikan yang menyadari bahwa tertular HIV/AIDS adalah risiko yang mungkin mereka peroleh sebagai akibat penggunaan narkoba. "Padahal kemungkinan seorang pengguna narkoba suntik terkena HIV/AIDS adalah 40-70 persen," ujar Irene Lorette, Country Director AHRN Indonesia.

Karena itu, kata Irene, tidak aneh bila hampir semua pengguna narkoba suntikan atau 98 persen menggunakan jarum suntik secara bergantian, yang sangat berpotensi menjadi saluran penularan HIV/AIDS.

Sampai saat ini, menurut penelitian, keluarga dan sekolah atau kampus sama sekali tidak berperan dalam memasyarakatkan bahaya HIV/AIDS. Sekolah atau kampus justru menjadi tempat yang paling aman untuk mendapatkan serta mengkonsumsi narkoba. "Terutama kampus-kampus yang menjadi surga bagi para pengguna narkoba," kata Irene. "Mana ada kampus yang melakukan razia narkoba ke mahasiswanya?" dia menegaskan.

Menurut Irene, penelitian menunjukkan, kebanyakan pengguna (hampir 80 persen) mendapatkan informasi bahaya HIV/AIDS justru dari media massa.

Sedangkan orang tua pengguna narkoba, menurut penelitian, sama sekali tidak mengetahui anaknya mengkonsumsi narkoba sampai beberapa bulan atau bahkan beberapa tahun. "Sekitar 45 persen orang tua pengguna narkoba yang kami wawancarai, selama bertahun-tahun, belum mengetahui anaknya menggunakan narkoba," ujarnya.

Ketua Komisi Nasional Penanggulangan AIDS (KPA) Nafsiah Mboi mengakui bahwa program harm reduction atau pengurangan mudarat untuk pengguna narkoba menjadi prioritas pihaknya. "Kami menghadapi epidemi ganda, yakni perkembangan narkoba beriringan dengan perkembangan penularan HIV/AIDS," katanya.

Untuk itu, KPA sudah melakukan program percontohan harm reduction di Bali dan DKI Jakarta, terutama dengan sosialisasi bahaya narkoba dan penggunaan jarum suntik yang steril terhadap pengguna narkoba suntik. "Kami sudah mendistribusikan jarum suntik ke puskesmas, pusat rehabilitasi, beberapa LSM yang terjun langsung, serta lembaga pemasyarakatan," ujarnya. amal ihsan

No comments:

Post a Comment