Rabu, 11 Mei 2005.
Inspirasi IklanIde dan inspirasi. Dua hal itu tak bisa lepas mengantar seseorang menuju sukses. Setidaknya itulah yang dirasakan Yudy Wijaya, 37 tahun. Pengusaha ini sungguh terinspirasi dengan petuah Presiden RI pertama, Soekarno. Dia ingat, setelah membaca buku Soekarno yang mendorong orang untuk menggantungkan cita-cita setinggi bintang di langit, inspirasi itu tumbuh. "Cita-cita saya menjadi pengusaha kian kuat," ujar Yudy membuka pembicaraan.
Mungkin nama ini masih asing di telinga Anda. Namun, Yudy Wijaya cukup terkenal di kalangan pebisnis iklan. Maklum, dialah yang memulai bisnis mobil iklan berjalan alias mobile ad di sini. Bisnis ini ia kibarkan lewat bendera PT Yes Rajawali Perkasa. Kalau pria lajang ini sukses berbisnis, mungkin karena darah yang mengalir dalam dirinya adalah darah pebisnis. Orang tuanya adalah pengusaha restoran di Lampung. Sejak kecil Yudy ingin seperti mereka, menjadi pengusaha.
Namun, cita-cita menjadi pengusaha sempat tak nyambung dengan jurusan yang diambilnya saat kuliah, yaitu teknik elektro di Universitas Atmajaya. Keputusan ini tak lepas dari bujukan teman-temannya dengan alasan akan lebih mudah mencari pekerjaan setelah lulus kuliah. Sebagai anak seorang pengusaha, Yudy tentu saja hidup berkecukupan. Tapi masa-masa sulit akhirnya datang. Uang kiriman tak lancar padahal beban hidup bertambah.
Ia lalu memutuskan untuk nyambi bekerja di sebuah perusahaan otomotif Astra. Di tempat inilah Yudy banyak belajar dan mengumpulkan pengalaman sebanyak-banyaknya. "Pengalaman ini memacu saya meraih cita-cita," ujar Yudy yang siang itu terlihat santai. Di perusahaan otomotif itu ia akhirnya mendapat pengalaman berharga. Saat gonjang-ganjing krisis moneter pada 1997, bersama timnya Yudy menelurkan ide membuat mobil restoran.
Kesuksesan diraih Yudy. Namun, ia justru keluar dari perusahaan itu dan terbang ke Australia. Di Negeri Kanguru itu, Yudy yang mengaku amat menggemari buku D.J. Schwartz, Berpikir dan Berjiwa Besar, itu menimba ilmu dalam dua bidang sekaligus: bisnis dan teknologi. Dua bidang ini, menurut Yudy, akan menjadi sinergi yang kuat jika disatukan.
Belajar di Australia benar-benar membuat Yudy memiliki banyak ide. Selain belajar, Yudy memang bekerja paruh waktu di sana. Selain itu, waktu luangnya diisi dengan membaca berbagai buku tentang kisah sukses tokoh dunia. Sejak itu ia sadar bahwa keberhasilan tak bisa begitu saja turun dari langit. Perlu kerja keras.
Pulang dari sana pada 2002, Yudy berusaha memulai bisnisnya. Tapi tentu saja ia ingin mengambil ceruk yang berbeda dari pengusaha lainnya, yaitu iklan berjalan. Yudy amat optimistis perekonomian negeri ini bakal bangkit setelah lama terpuruk. Karena itu, ia yakin pengusaha tetap akan menyisihkan uangnya untuk promosi.
Iklan berjalan yang ada selama ini memang hanya ada di badan-badan bus kota yang lusuh. Tapi konsep iklan berjalan yang diusung Yudy tak menggunakan fasilitas transportasi kota itu. Ia mendesain layaknya billboard yang ada di pinggir-pinggir jalan Ibu Kota. Iklan ini amat efektif apalagi jika mobil yang mengusung billboard itu berada di tengah-tengah kemacetan Ibu Kota. Semua mata pasti akan memelototinya.
Biaya untuk iklan berjalan ini, menurut Yudy, hampir Rp 60 juta per bulan. Dalam waktu yang singkat bisnis ini berkembang pesat. Setahun, omzet perusahaannya mencapai Rp 10 miliar! Ide Yudy kini banyak ditiru orang. Namun, penyuka makanan laut ini optimistis bisnisnya tetap akan lancar. Bahkan ia memiliki obsesi, iklan berjalannya akan memiliki armada sejuta unit. Obsesi itu mungkin saja menjadi kenyataan karena sekarang kliennya terus bertambah.HADRIANI P
No comments:
Post a Comment