Kamis, 11 Mei 2006.
Goyang Sinchan Tengah MalamMALAM semakin larut. Acara puncak yang dinanti pun tiba. Dua biduanita tampil panas di atas pentas diiringi musik organ tunggal. Penonton riuh terbawa goyang para penyanyi yang berpakaian seksi. Penoton antusias. "Buka, buka...!" seru penonton. Sang biduan menyambut. Walhasil, pertunjukan musik di pesta perkawinan di daerah Tanrutedong, Sidrap, Sulawesi Selatan, Sabtu malam dua pekan silam, itu berubah menjadi tontonan erotis.
Atraksi panas yang disuguhkan grup Elekton Ganggawa itu berjalan 20 menit. Para penyanyi tak ragu membuka kostumnya. Ada yang menarik penutup dadanya. Penonton riuh dan berlomba nyawer dengan uang seribuan atau lima ribuan. Malah penyawer diberi kesempatan menyentuh para penyanyi, mengikuti lirik lagu Colak-colek yang didendangkan si biduan.
Senin pekan lalu, para biduan, manajer dan pemain organ Ganggawa diperiksa di Kepolisian Resor (Polres) Sidrap. Mereka disangka melakukan pornoaksi. Mulanya mereka menolak sangkaan itu. Tapi, setelah rekaman video "konser erotis" diputar, mereka tercengang. Tidak menduga ada yang merekam. "Saya tidak menyangka bisa bergoyang seperti itu," kata penyanyi bernama Diana.
Goyang erotis seperti itu kabarnya cukup marak di beberapa daerah di Tanah Air. Entah, sejak kapan goyang seronok yang populer disebut sebagai "goyang sinchan" itu merasuk ke Sulawesi Selatan. Konon, seperti sudah menjadi tradisi, pesta perkawinan di sana selalu menanggap goyang sinchan.
Awalnya, para penyanyi tampil sopan. Tengah malam, setelah sebagian besar tamu undangan pulang, dimulailah atraksi erotis tersebut. Lagu yang biasanya mereka nyanyikan adalah Candoleng-doleng atau Cambolong-bolong. Sering pula Colak-colek. Penyawer dipersilakan memegang tubuh sang biduan. Sering anak kecil pun ikut-ikutan mencoba.
Baru awal tahun ini polisi mengambil tindakan, dipelopori Polres Wajo. Kabarnya, selama ini polisi belum mendengar perihal goyang hot itu. Dalam razia itu, empat grup musik di Wajo diperingatkan. Pengelola grup mengaku melakukan itu lantaran ketatnya persaingan. "Itu trik menggaet pelanggan," ujar Mantang, pengelola Anugrah Elekton.
Merasa di Wajo tak leluasa, grup goyang sinchan dengan tarif Rp 1,5 juta sampai Rp 6 juta sekali manggung ini pun banyak yang pindah ke Sidrap. Atraksi mereka kontan jadi buah bibir. Tapi banyak yang gerah. Kabarnya, ada warga masyarakat sampai "berburu" dengan handycam untuk mengumpulkan bukti. Yang ketiban sial kali ini adalah grup Elekton Gunggawa, pimpinan M. Nur.
Rekaman itu kemudian ditransfer ke keping cakram padat (CD), lalu diserahkan ke polisi sebagai bukti. Rekaman berdurasi 20 menit itu juga dipertontonkan dalam dialog pornografi dan pornoaksi di Makassar, Ahad 30 April. Pembicaranya, Wakil Gubernur Syahrul Yasin Limpo, Kepala Satuan Reskrim Polda Ajun Komisaris Besar Herman Hamid, dan Ketua Komisi Penyiaran Indonesia setempat, Azwar Hasan.
Tak ayal, para pembicara terkaget-kaget dibuatnya. "Ini sudah kelewatan. Tidak lagi seronok, tapi jorok," kata Syahrul, geram. "Kok, bisa aksi ini berlangsung lama tanpa kontrol aparat," komentar Azwar. Herman Hamid yang mantan Kapolres Sidrap mengaku selama ini tak menemukan pementasan mesum itu. Ia berjanji akan melakukan penertiban.
Kapolres Sidrap, Ajun Komisaris Besar Samuel Bulaleng, sigap mengusut temuan itu. Grup Elekton Gunggawa diperingatkan. Personelnya disuruh membuat pernyataan tak akan mengulangi pentas panas itu. Kapolres juga memantau ketat 24 pengelola musik elekton di Sidrap. Pemantauan GATRA, sejauh ini tak ada lagi grup musik yang berani beratraksi berlebihan lagi.
Heboh ini membuat 26 organisasi massa berunjuk rasa di kantor DPRD Sidrap, 2 Mei lalu. Mereka memprotes sikap pemerintah daerah yang lamban menyikapi maraknya musik elekton yang menampilkan goyang erotis. "Sidrap yang terkenal sebagai 'Bumi Sejuta Al-Quran' seolah hilang akibat pembiaran goyangan striptease itu," ujar Agussalim, mewakili rekan-rekannya.
Ketua DPRD Sidrap, A. Bagenda Ali, menyambut baik tuntutan tersebut. "Kami dukung setiap upaya masyarakat memberantas aksi goyang seperti itu," katanya. Boleh jadi, kelak muncul perda goyang organ tunggal.
Taufik Alwie, dan Anthony (Makassar)
[Kriminalitas, Gatra Edisi 26 Beredar Senin, 8 Mei 2006]
No comments:
Post a Comment