Cari Berita berita lama

Dua Suku Kanibal Dilaporkan Hidup di Pedalaman Papua

Rabu, 4 Oktober 2006.
Dua Suku Kanibal Dilaporkan Hidup di Pedalaman PapuaJayapura, 4 Oktober 2006 13:26Dua suku terasing primitif hidup mengembara di pedalaman daerah aliran sungai (DAS) Mamberamo, Papua, antara Kabupaten Waropen dan Kabupaten Sarmi.

Tokoh Masyarakat Distrik Waropen Atas, Kabupaten Waropen Mamberamo, Marthen Awaki menuturkan kepada wartawan di Jayapura, Rabu, kedua suku itu adalah suku Sidaudate dan suku Aubea.

Ciri-ciri fisik pria dengan tinggi mencapai dua meter, badan berbulu lebat, tanpa menggenakan busana.

Makanan pokok mereka adalah pucuk sagu muda, daun-daunan, meramu sagu, mengonsumsi beraneka daging mentah, bahkan memangsa sesama manusia (kanibal) dan minum air mentah.

Peralatan yang digunakan, antara lain kapak batu yang berfungsi untuk memotong makanan, anak panah yang terbuat dari tulang burung kasuari, dan tombak bermata pohong pinang.

Di siang hari, kaum lelaki tinggal di dahan-dahan pohon memantau manusia atau hewan yang melintasi untuk dibunuh untuk kemudian dijadikan sebagai makanan, sedangkan di malam hari sebagian tetap di pohon dan lainnya turun bersama istri dan anak-anak tidur di bawah pohon-pohon besar dan rimbunan pohon sagu.

Mereka hidup berpindah-pindah dari pohon ke pohon lain. Bila orang dari luar suku mereka melintasi kawasan itu, dalam radius satu kilometer mereka telah mengetahuinya, sehingga mereka bersembunyi di tempat yang tidak bisa dilewati orang luar.

Marthen menjelaskan, sampai saat ini, belum satu pun misionaris yang menyebarkan ajaran agama kepada mereka.

Untuk menemui mereka, harus membersihkan diri oleh para tetua-tetua adat setempat, sebab bila tidak mengikuti upacara adat itu, maka orang yang melintasi daerah itu, apalagi ingin bertemu mereka, bisa jadi makanan mereka.

Kedua suku primitif itu mengembara antara Distrik Waropen Atas dan Distrik Waropen Bawah di Kabupaten Waropen yang berbatasan antara Kabupaten Sarmi. Bahkan tidak tertutup kemungkinan mereka bisa mengembara sampai sebagian wilayah Kabupaten Nabire, Puncak Jaya dan Kabupaten Tolikara.

Kawasan Mamberamo-Raya telah ditetapkan menjadi kabupaten pemekaran baru bersama 10 daerah lainnya di Indonesia yang dimekarkan dan direncanakan pelantikan caretaker bupati oleh Mendagri di Jakarta, 16 Oktober mendatang.

Marthen berharap, dengan pemekaran pemerintahan Kabupaten Mamberamo-Raya itu, sedikit demi sedikit, dua suku itu bisa "dijinakkan", walaupun prosesnya cukup lama dan dana yang besar pula. [TMA, Ant]

No comments:

Post a Comment