Cari Berita berita lama

KoranTempo - Sepotong Cerita di Balik Iklan Newmont

Selasa, 26 Oktober 2004.
Sepotong Cerita di Balik Iklan NewmontDjefry Bawole mendadak jadi bintang iklan. Lelaki 38 tahun warga Buyat Pante, Sulawesi Utara, itu kini dikenal akrab penonton televisi. Hampir semua saluran televisi nasional menayangkan Djefry dalam iklan yang disponsori PT Newmont Minahasa Raya. Di iklan itu Djefry melakonkan apa yang dialaminya di keseharian sebagai nelayan. "Djefry menjalani hidup dengan tenang dan penuh harapan." Narator dalam iklan itu berujar menutup iklan yang diakhiri adegan Djefri melahap ikan hasil tangkapannya yang baru diambilnya dari tungku pembakar.

Newmont memang menayangkan iklan di sejumlah media cetak dan elektronik begitu Kementerian Lingkungan Hidup menyatakan Buyat dan Ratatotok tidak tercemar seperti ramai dikabarkan sebelumnya. Iklan itu menggambarkan kehidupan Djefry sebagai nelayan yang bahagia dan tak ada masalah dengan Teluk Buyat yang kaya akan hasil laut, namun diberitakan tercemar oleh media massa.

Sebagai nelayan, Djefry memang menggantungkan nasibnya pada hasil tangkapan ikan. Terkadang hasil tangkapannya lumayan banyak, tapi tak jarang pula ia kembali mendarat tanpa hasil meski ia memiliki peralatan tangkap yang relatif modern. Ia memiliki perahu motor, tidak seperti nelayan Buyat Pante kebanyakan yang hanya memiliki perahu bercadik atau dengan motor katinting.

Dipilihnya Djefry sebagai pelakon utama iklan itu barangkali tak lepas dari kedekatannya dengan karyawan Newmont. Bila perahu motor Newmont ngadat, perahu Djefry yang disewa untuk survei atau memantau laut. Dengan begitu, Djefry mendapat imbalan dari Newmont. Bahkan pada 2001, Djefry pernah mendapat piagam penghargaan dari Newmont yang ditandatangani General Manager PT Newmont Minahasa Raya Paul Lahti.

Meski sudah tampak akrab dengan orang-orang Newmont, Djefry mengaku tak tahu tentang iklan yang dibintanginya. "Saya tidak tahu itu untuk iklan," katanya. Menurut dia, ia hanya mendengar cerita-cerita yang beredar di kampung. Setelah Menteri Negara Lingkungan Hidup Nabiel Makarim berkunjung ke Buyat Pante, Agustus lalu, empat orang yang mengaku dari Jakarta menawarkan untuk mengambil gambar Djefry ketika menangkap dan makan ikan.

Menurut Djefry, kru pembuat iklan membuat gambar mulai dari menangkap ikan sampai bakar ikan di pinggir pantai yang berlangsung pada pukul 07.00 hingga 11.00. Gambar dibuat demi kepentingan nelayan, yakni agar ikan Buyat kembali diterima pasar setelah lama tak laku akibat santernya pemberitaan tentang pencemaran Buyat yang diduga dilakukan Newmont.

Sebagai bintang iklan Newmont, jangan menduga Djefry dibayar mahal. Untuk pengambilan gambar, Djefry cuma mendapat honor Rp 100 ribu. Itu pun tak penuh karena harus dibagi dengan John Rorong, teman mainnya di iklan itu. "Ini hanya untuk beli rokok," ujar Djefry.

Banggakah warga Buyat sebagai bintang iklan? Bagi istri John Rorong, Sumiati Ibrahim, munculnya iklan Newmont itu justru menimbulkan ketegangan di kampung. Sumiati marah dan tak tahan mendengar tudingan ia dan suaminya mengkhianati perjuangan warga Buyat. Tetangganya, kata Sumati, kerap menyindir. "Baru enam yang dipenjara, ada lagi dua orang." Enam orang yang dipenjara yang dimaksudkan mereka adalah enam tersangka pejabat Newmont. Dua orang lainnya adalah bintang iklan Newmont yang tak lain adalah tetangga mereka sendiri.

Sumiati yang ke mana-mana menggendong anaknya yang berusia dua bulan itu menumpahkan kemarahan pada suaminya setelah melihat tayangan iklan itu. John memang tak hanya jadi buah bibir orang-orang di kampungnya, tapi juga keluarga besarnya.

Sebenarnya, iklan itu tak sama persis dengan pekerjaan John. Ia bersama tiga tetangganya adalah pemburu sirip ikan hiu. Ia melaut sampai ke Palu, Sulawesi Tengah, karena ikan Buyat tak laku dijual. "Dia so (sudah) mencari di Palu, cari ikan di sini jual ke mana?" kata Sumiati.

Para ibu di Buyat kerap berdebat tentang iklan itu meski di sana tak ada TV dan aliran listrik. Cerita tentang iklan beredar dari mulut ke mulut. Sebagian setuju, lainnya menolak. Bahkan nyaris bentrok karena tak terima tetangganya menjadi bintang iklan. "Gara-gara iklan itu torang somo bakalae (gara-gara iklan itu kami akan berkelahi)," ujar Ani Modeong, 27 tahun. "Torang nafsu (kami marah) dengar cerita iklan itu," kata Surtini Paputungan, warga Buyat lainnya. Pendeknya, mereka mengaku resah lantaran iklan itu. verrianto madjowa

No comments:

Post a Comment