Cari Berita berita lama

KoranTempo - Santos Akan Akuisisi Ladang Migas Donggala

Senin, 29 November 2004.
Santos Akan Akuisisi Ladang Migas DonggalaJAKARTA -- Santos Ltd., produsen gas alam terbesar di Australia, setuju mengakuisisi 65,45 persen kepemilikan saham di ladang minyak dan gas Donggala di Kutei Basin.

Dalam surat resminya kepada Bursa Efek Australia, manajemen Santos mengungkapkan, saham yang akan diakuisisi itu masing-masing dimiliki Total SA dan Japan's Inpex Corp. sebesar 32,725 persen. Meski demikian, ke depannya Santos berencana melepas kembali saham di ladang migas tersebut kepada pihak lain. Dijelaskan juga, di blok Donggala itu terdapat sekitar 4 miliar barel minyak dan 40 triliun kaki gas.

Managing Director Santos John Ellice-Flint mengatakan, blok Donggala memiliki beberapa sumur yang memiliki prospek dan telah direncanakan untuk dikembangkan secara patungan pada pertengahan tahun depan. Untuk itu, kata dia, Santos akan berpartisipasi dalam mengelola paling sedikit empat sumur sepanjang 2005.bloomberg/setri

Harga BBG Naik

JAKARTA--PT Pertamina (persero) mengumumkan kenaikan harga jual bahan bakar gas (BBG) menjadi Rp 1.550 per liter terhitung sejak 29 November 2004 jam 00.00 Wib.

Juru bicara Pertamina Adiatma Sardjito dalam siaran persnya kemarin mengatakan, kenaikan itu telah ditetapkan dalam Surat Keputusan Direktur Utama Pertamina No: Kpts-057/C00000/2004-S3 tentang BBG yang baru.

Menurut dia, perubahan harga tersebut disesuaikan hingga setara dengan harga keekonomian BBG. Dengan kenaikan tersebut juga diharapkan dapat menutupi kerugian yang selama ini ditanggung oleh Pertamina sebesar Rp 25 miliar per tahun.

Adiatma menjelaskan, bisnis BBG telah digeluti Pertamina sejak 1986 dalam rangka mendukung Program Langit Biru dan Diversifikasi Energi. Tetapi setiap tahunnya tingkat konsumsi terus mengalami penurunan karena belum adanya kebijakan energi tentang penggunaan gas yang komprehensif khususnya untuk kendaraan bermotor.

Menurut dia, terdapat empat hal yang menjadi kendala utama pemakaian BBG di dalam negeri. Pertama, mahalnya harga convertion kit dan compresor BBG. Kedua, minimnya jumlah stasiun pengisian bahan bakar gas (SPBG). Ketiga, biaya pengoperasian SPBG terutama tarif listrik sangat mahal. Keempat, belum adanya ketegasan Pemerintah tentang keharusan kendaraan umum (bis kota, angkutan kota dan taksi) beralih ke BBG.

ASEAN Tawarkan Kerjasama Perluas Jaringan Pipa

JAKARTA-- ASEAN melalui Asean Council On Petroleum (ASCOPE) akan menawarkan kerjasama pada Jepang, Korea dan Cina untuk menanamkan investasinya dalam pengembangan proyek Trans ASEAN gas pipeline. Hal ini merupakan hasil dari pertemuan Bussines Forum For Natural Gas yang diselenggarakan di Jakarta (26/11).

Menurut Dirjen Migas Iin Arifin Takhyan, dalam proyek jaringan pipa gas ini memang belum pada tahap implementasi. "Baru dilakukan pembicaraan dan kelanjutannya memang kemungkinan joint venture," katanya.

Dia menjelaskan, implementasi pembangunan proyek itu sebenarnya telah dirintis Indonesia. "Itu karena Indonesia adalah produsen terbesar gas bumi," ujarnya.

Indonesia saat ini sudah membangun pipa gas dari Natuna Barat ke Malayasia, dan dari Sumatera ke Malaysia serta Singapura. Dia berharap, jika proyek jaringan pipa antara ASEAN dengan Jepang, Korea dan Cina terwujud maka akan tercipta efisiensi.

Selain itu hasil pertemuan tersebut menghasilkan upaya negara di kawasan ASEAN dan Jepang, Korea dan Cina untuk mengembangkan sistem pengusahaan gas. Selain itu juga ditawarkan kerja sama untuk berinvestasi dalam kegiatan usaha industri gas bumi. muhamad fasabeni

No comments:

Post a Comment