Jumat, 30 Agustus 2002.
Antara Artha Graha dan Wisma Adi UpayaGedung itu berkilau ditimpa matahari. Ia tampak megah. Berada di pusat bisnis Jakarta, kawasan Niaga Sudirman, berpuluh perusahaan berkantor di dalamnya. Inilah simbol kemesraan hubungan militer-pengusaha: Gedung Artha Graha.
Dalam buku Bila ABRI Berbisnis karya Indria Samego dkk., Artha Graha ini adalah hasil hubungan "simbiosis mutualisme" -sama-sama menguntungkan-- antara para jenderal Angkatan Darat dan pengusaha Tommy Winata. Mereka juga menguasai bank dengan nama yang sama.
Di lantai 9 gedung itulah Yayasan Kartika Eka Paksi berkantor. Seorang penerima tamu menyambut, saat memasuki ruang sejuk kantor yayasan di bawah naungan TNI Angkatan Darat itu.
Namun penerima tamu itu segera berbalik sikap ketika Tempo News Room meminta waktu untuk wawancara dengan pimpinan yayasan. "Pimpinan yayasan sedang sibuk," katanya.
Kesibukan memang sedang terjadi. Paling tidak pada pengurus Yayasan Kartika Jaya, satu yayasan yang juga berada di TNI AD. Sejumlah pengurus kemarin melakukan rapat untuk memverifikasi aset-aset mereka, khusus diadakan menghadapi pemberlakuan Undang-Undang Yayasan.
Seorang ibu mengaku bernama Nyonya Momo, sekretaris yayasan itu, mengatakan, "Kami bersiap-siap menghadapi pemberlakuan Undang-Undang Yayasan. Jadi sibuk sekali," katanya.
Di dalam ruangan terlihat beberapa wanita sedang serius menatap lembaran-lembaran kertas di atas meja. Nyonya Momo mengatakan kemarin notaris datang untuk memverifikasi hasil kerja mereka.
Yayasan ini memiliki Balai Kartini, sebuah gedung di perempatan Jalan Gatot Subroto dan Jalan Rasuna Said yang diminati masyarakat kelas menengah-atas Jakarta untuk mengadakan pesta. Yayasan yang sama menaungi sejumlah sekolah.
Menurut Nyonya Momo, yayasan ini dipimpin Ny. Ryamizard Ryacudu, istri Kepala Staf AD. Ini tampaknya sesuai dengan kesimpulan audit Badan Pemeriksa Keuangan yang menyatakan banyak pengurus bertalian erat dengan pejabat komando militer yang menaunginya.
Di luar Angkatan Darat, Yayasan Adi Upaya berpusat di Wisma Adi Upaya. Dari namanya, kantor di Jalan Budikemuliaan 16 Jakarta Pusat itu tampaknya milik mereka. Yayasan ini menempati dua dari lima lantai gedung tua yang dari luar sudah tampak kusam.
Wakil Ketua Harian Yayasan Adi Upaya Marsekal Muda (Purn.) Wijanarko menjelaskan secara struktural tidak terkait dengan TNI Angkatan Udara. Meski begitu dia mengakui yayasan ini dipimpin Kepala Staf Angkatan Udara Marsekal Chappy Hakim dan wakilnya Wakil KSAU. Semua kebijakan penting, dia menjelaskan, juga harus mendapat persetujuan KSAU.
Yayasan Adi Upaya, kata Wijanarko, didirikan untuk meningkatkan kesejahteraan keluarga besar TNI Angkatan Udara, yaitu keluarga prajurit aktif maupun purnawirawan. "Sifatnya hanya membantu," katanya.
Yayasan ini memiliki saham antara lain di PT Astra Agro Lestari (5 persen), PT Mediarona Dirgantara (20 persen), dan PT Angkasa Puri (60 persen). Menurutnya, yang paling menguntungkan adalah Cargo Dirgantara (Cardig) dan Jasa Angkasa Semesta. Kedua perusahaan ini menyumbang hingga lebih dari 60 persen pendapatan yayasan.
Yayasan yang sama bekerjasama dengan Hotel Ambhara, Hotel Bintang, lapangan golf di Ciganjur dan lapangan golf di Bandung. Mereka juga memiliki tiga perguruan tinggi swasta: Universitas Nurtanio Bandung, Sekolah Tinggi Penerbangan Yogyakarta, dan Universitas Suryadharma Jakarta.
Dia terus terang mengatakan semua kepemilikan saham itu adalah pemberian pemilik perusahan. "Orang mengatakan ini saham kosong atau tangan emas," katanya. Begitulah Bila ABRI Berbisnis. sapto pradityo/maria hasugian
No comments:
Post a Comment