Cari Berita berita lama

KoranTempo - Al-Jazeera Ungkap Skenario Serangan 11 September

Sabtu, 14 September 2002.
Al-Jazeera Ungkap Skenario Serangan 11 SeptemberDUBAI -- Dua tersangka teroris Al-Qaidah yang diburu Amerika Serikat memaparkan skenario serangan 11 September. Dalam film dokumenter yang disiarkan televisi satelit Al-Jazeera, keduanya menguraikan aksi-aksi sebagian dari para pembajak utama pesawat dalam serangan itu pada hari-hari terakhir mereka.

Dengan narasi wartawan Al-Jazeera Yosri Fouda, dokumentasi itu berisi penuturan dan kutipan-kutipan dari Ramzi Binalshibh dan Khalid Shaikh Mohammad. Fouda menggambarkan Binalshibh dalam dokumen berjudul Top Secret: The Road to September 11 itu sebagai "koordinator operasi 11 September". Sedangkan Khalid Shaikh disebutnya warga Kuwait yang masuk daftar teroris paling diburu Amerika.

Al-Jazeera menyatakan mewawancarai keduanya di Karachi, Pakistan. Sumber-sumber yang mengetahui wawancara itu mengungkapkan kepada jaringan berita CNN bahwa wawancara berlangsung pada musim panas lalu. CNN, yang menyiarkan berita ini pada Kamis lalu menyebut rekaman yang diterimanya disertai terjemahan dalam bahasa Inggris yang dibuat Al-Jazeera.

Urutan peristiwa yang disusun dalam dokumen itu diawali dengan kepergian sebagian teroris pada 1996 dan 1997 untuk belajar di Hamburg, Jerman. Saat itu, Mohammad Atta, pemimpin operasi serangan, pergi ke sebuah masjid bukan untuk sembahyang, melainkan mengikrarkan kemauannya untuk mati.

Pada akhir 1998, ulas Fouda, Atta dan beberapa perencana lain pindah ke Jalan Marientrasse No. 54 di Hamburg, yang dikenal sebagai "dapur operasi 11 September".

Shaikh Mohammad mengatakan, "Kita punya surplus saudara yang siap mati sebagai martir. Setelah mempelajari berbagai sasaran, fasilitas-fasilitas nuklir muncul sebagai pilihan utama." Menurut Fouda, sasaran nuklir dibatalkan karena mereka takut tidak akan terkendali.

Binalshibh dan Shaikh Mohammad mengungkapkan, ketika pasukan Al-Qaidah menyerang kapal induk USS Cole di Yaman pada 12 Oktober 2000, para pemimpin organisasi telah menyiapkan operasi yang lebih besar. Mereka tahu operasi itu akan membunuh banyak sekali penduduk sipil.

Pada tahun itu juga, sebagian pembajak mengambil kursus penerbangan di Florida dan Arizona. Yang mereka tuju hanya keterampilan menerbangkan pesawat besar menuju sasaran.

Fouda menguraikan perincian keamanan yang memungkinkan Khalid Al-Mihdar, warga Kuwait, masuk ke Amerika Serikat dua bulan sebelum serangan. Buronan Amerika ini termasuk pembajak pesawat yang jatuh di Pentagon.

Fouda juga menyebut kealpaan seorang agen FBI di Minneapolis untuk melaporkan kepada atasannya mengenai Zacarias Moussaoui, tersangka pertama yang diadili untuk kasus serangan 11 September. Selain itu, sebuah memo seorang agen di Arizona tentang keanehan banyaknya orang Arab yang ikut kursus penerbangan tak ditindaklanjuti.

Sekitar tiga pekan sebelum 11 September, sasaran-sasaran dibagi dalam empat tim. Mereka menyebut sasaran dengan kode-kode unik. Capitol Hill disamarkan dengan sebutan Faculty of Law; Pentagon menjadi Faculty of Fine Arts; dan menara utara WTC dinamai Faculty of Town Planning.

Salah satu teroris, Abu Abdul Rahman, menulis pesan yang dibuat seolah-olah surat cinta kepada pacarnya, seorang warga Jerman, melalui saluran chatting di internet. Rupanya, sang "pacar" yang dimaksud adalah Binalshibh. Berikut ini petikannya:

"Semester pertama dimulai tiga pekan mendatang. Dua sekolah menengah dan dua universitas... Musim panas ini akan benar-benar panas... 19 (jumlah pembajak) sertifikat untuk pendidikan privat dan empat ujian. Salam kepada profesor. Daah." cnn/yanto musthofa

No comments:

Post a Comment