Cari Berita berita lama

Inghie Kwik: Saya Duluan Masuk Sini

Senin, 14 Januari 2002.
Inghie Kwik: Saya Duluan Masuk SiniJakarta, 14 Januari 2002 19:19MENJADI anak pejabat ada pula tak enaknya. Misalnya, dituduh menggunakan fasilitas jabatan orangtua yang mengakibatkan kerugian bagi negara. Kondisi ini membuat Inghie Kwik, putra Ketua Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, Kwik Kian Gie. Ia dikabarkan memanfaatkan jabatan ayahnya untuk menimbun kekayaan pribadi. Tuduhan itu membuatnya kesal. ''Saya sudah berkeluarga, umur 40-an tahun, dan tak pernah bergantung pada ayah saya atau pemerintah untuk karier serta penghasilan,'' kata Inghie.

Dengan gaya bicaranya yang lugas, ia balik menantang pihak-pihak yang menyebarkan isu untuk tampil membuktikan bila ada praktek buruk yang dilakukannya. ''Saya tak akan ngumpetin, karena semuanya dilakukan dengan transparan,'' ujar penyandang gelar MBA dari Stanford University, Amerika Serikat, dengan predikat magna cum laude itu.

Berikut petikan wawancara Inghie dengan wartawan GATRA A. Kukuh Karsadi:

Kecaman ayah Anda terhadap rencana perpanjangan penyelesaian kewajiban pemegang saham disebut-sebut lantaran mengganggu bisnis Anda dengan BPPN. Menurut Anda?
Itu adalah cara orang-orang yang dibiayai para konglomerat jahat untuk mendiskreditkan keluarga Kwik Kian Gie. Karena ayah saya kerap bicara keras tentang praktek jahat mereka, mereka lalu berusaha melakukan pembunuhan karakter ayah saya dan keluarganya. Pernyataan seperti itu jelas membolak-balik fakta. Sudah 10 tahun lebih saya menjadi konsultan, selama itu saya tak peduli ayah jadi apa. Saya bekerja profesional, melulu sebagai advisor teknis. Klien-klien saya dari banyak negara yang ingin berbisnis di Indonesia.

Anda dituding memanfaatkan hubungan keluarga tersebut untuk kepentingan bisnis?
Urusan saya dengan ayah saya hanya urusan keluarga. Bisnis saya tak hanya untuk kepentingan saya, melainkan juga untuk ekonomi Indonesia. Saya mengajak perusahaan besar seperti Hutchisson (Hong Kong) masuk Indonesia. Karena masuknya Hutchisson, utang Humpuss Terminal Peti Kemas kepada BPPN bisa terbayar 100%, tanpa hair cut. Ini mungkin merupakan pembayaran utang terbaik saat itu.

Ketika itu, keterlibatan Anda dalam penjualan aset debitur BPPN sempat dikritik Laksamana.
Itulah yang saya sebut pemutarbalikan fakta. Kalau Pak Laks tak setuju, ia bisa mengambil tindakan. Waktu itu, ia menjabat Menteri Negara Investasi dan Pembinaan BUMN. Masuknya Hutchisson juga terkait dengan penjualan aset Pelindo II. Buktinya, Pak Laks menyetujui, kok. Yang disebut kritikan itu, setahu saya, adalah pelintiran wartawan yang ketika itu menanyakan tanggapan Pak Laks tentang KKN anak pejabat. Jawaban Pak Laks kemudian dipelintir seolah-olah menanggapi tuduhan KKN saya dan ayah saya.

Ada kesan, banyak bisnis Anda yang terkait dengan BPPN, terutama ketika Kwik Kian Gie menjabat Menteri Koordinator Bidang Perekonomian yang merangkap Ketua KKSK.
Humpuss Terminal bukan aset BPPN. Bahwa Humpuss punya utang ke BPPN, itu bukan urusan saya. Saya tak pernah berhubungan dengan pejabat BPPN untuk soal ini.

Bagaimana dengan rencana Anda untuk membeli GT Tyre milik Sjamsul Nursalim?
Itu adalah permintaan Pirelli untuk memberi nasihat dalam pembelian pabrik ban di Indonesia. Saya bersyukur, mereka mempercayai pengalaman kerja saya di bidang konsultan merger dan akuisisi. Karena mereka berminat membeli GT Tyre, tak ada pilihan lain bagi saya selain menghubungi BPPN. Sekali lagi, peran saya melulu sebagai konsultan teknis. Saya tak minta apa pun kepada BPPN atau menggunakan ayah saya untuk urusan itu. Tapi, akhirnya Pirelli membatalkan rencana tersebut karena pengaruh pemilik lama untuk membendung penjualan asetnya di BPPN masih begitu kuat.

Bagaimanapun, bisnis Anda dengan BBPN, yang menjadi salah satu wilayah kerja ayah Anda, bisa menimbulkan benturan kepentingan.
Sepuluh tahun lebih saya bekerja di bidang itu. Di zaman Soeharto, saya menjadi konsultan. Saya pernah bekerja untuk Booz Allen & Hamilton Indonesia, menjadi konsultan Bank BBD pada 1992. Saya pernah menjadi konsultan Bank BDN. Saya juga pernah bekerja untuk KPMG Barents dan McKinsey untuk menarik investor ke Indonesia. Sekali lagi, jangan dibolak-balik. Saya duluan yang masuk ke bidang konsultan. Kalau kemudian ayah saya masuk ke situ, apa saya harus berhenti? Kalau dikatakan sekarang saya banyak berhubungan dengan pemerintah, lha bagaimana tidak? Lewat BPPN, peran pemerintah di perusahaan-perusahaan Indonesia saat ini sangat dominan.

Anda tidak kapok jadi sasaran tembak?
Kalau kapok, berarti saya tunduk pada keinginan para pengecut yang ingin melakukan pembunuhan karakter terhadap keluarga saya. Saya akan terus mencari investor, agar hasilnya positif bagi ekonomi Indonesia, dan anak-cucu saya.
[Laporan Utama Gatra Nomor 09 Tahun ke VIII, Beredar 14 Januari 2002]

No comments:

Post a Comment