Cari Berita berita lama

detikcom - Keluh Kesah Penderita HIV/AIDS

Rabu, 29 November 2006.
Keluh Kesah Penderita HIV/AIDS
Gagah Wijoseno - detikcom
Jakarta -
Dipermalukan di depan umum, ditolak dokter gigi, hingga diberi obat kadaluwarsa. Itulah sekelumit kisah yang dialami penderita HIV/AIDS.

Mereka menyesalkan perlakukan diskriminatif yang diterimanya. Pedihnya lagi, perlakuan itu justru kebanyakan dilakukan oleh tenaga medis yang seharusnya sudah lebih mengerti cara penanganan pasien HIV/AIDS.

Curhat mereka pun disampaikan melalui pamflet testimoni yang disebarkan saat sekitar 40 aktivis dan penderita HIV/AIDS beraksi di Bundaran HI, Jakarta, Rabu (29/11/2006).

Aditya Faisal Winoto, misalnya. Dalam pengakuannya, penderita HIV ini mengaku sering diperlakukan tidak adil.

Dituturkan dia, setiap membeli obat ARV yang harganya Rp 450 ribu per 60 butir, petugas Pokdisus RSCM selalu memberikan ARV yang sudah kadaluwarsa. Alasannya, obat itu masih bisa dipakai 6 bulan ke depan meski sudah habis masa berlakunya.

Dia juga mengaku setiap kali mengambil obat di Pokdisus sering melihat tindakan pelayanan kesehatan yang menyimpang. Misalnya, mengambil data pasien HIV yang harusnya dirahasiakan namun dibuka di depan pasien lain.

Pernah suatu kali, tutur Aditya, saat dia mengantar kliennya, para pelayan kesehatan di RS Fatmawati selalu mengeluarkan pernyataan, "Jadi, Mas mau ambil obat AIDS" ketika dirinya menerima resep di depan orang banyak.

Sementara Adesuryana menceritakan tentang nasib yang menimpa temannya yang merupakan pasien HIV. Ketika ingin memeriksakan giginya yang sakit, temannya itu ditolak ditangani dokter gigi. Anehnya lagi, hal dilakukan setelah dokter bersangkutan tahu pasiennya itu mengidap HIV.

Akhirnya temannya pergi ke dokter di RSCM. Dokter di rumah sakit itu memang bersedia menanganinya, tapi dengan catatan, temannya akan ditangani di depan dokter-dokter koas sebagai pasien eksperimen, pasien gigi dengan HIV.

Dokter juga masih meminta biaya Rp 350 ribu. Padahal biasanya cuma Rp 50 ribu. Saat ditanya kenapa mahal, dokter beralasan penanganan gigi untuk pasien HIV berbeda dengan penderita gigi non-HIV.

Sedangkan Ajat Sudrajat, relawan pada salah satu institusi yang peduli terhadap penderita HIV/AIDS menuturkan, pada pertengahan 2005, secara tidak sengaja jarinya tertusuk jarum suntik bekas digunakan banyak pemakai narkotika.

Dia lalu mencoba memeriksakan kondisi kesehatan ke Pokdisus RSCM. Di sana dia bertemu salah satu tenaga paramedik. Saat itu dia harus membayar Rp 85 ribu untuk memeriksa atau tes HIV/AIDS. Padahal setahunya untuk tes tersebut tidak dikenakan biaya sepeser pun

Saat itu Ajat tiba di Posdiksus sekitar pukul 11.00 WIB, tetapi paramedis tersebut mengatakan praktik akan tutup pukul 12.00 WIB. Sedangkan Ajat minta diperiksa hari itu juga, sebab prosedur pemeriksaan terhadap orang yang terkena jarum bekas pengguna narkoba hanya bisa 24 jam, dan itu tidak bisa ditunda. Akhirnya dia gagal melakukan pemeriksaan.

(
umi
/
sss
)


detikForum


Makan Di McDonald Sarinah harus jaga emosi. RHI_EZ
Dimana kita harus bayar Tilang? Mas Jo
BCA = Bank Cape Antri ketuakaypang
KRL AC Depok Sepi Peminat jandaditepijamban
2 Kali Jalan Diisi 14 Penumpang alasroban






Informasi Pemasangan Iklan Banner:
Elin Ultantina
Email : iklan@detiknews.com
Telepon. 62-21-7941177 ext.520,526

SMS Iklan
dijual tnh & rmh shm. lt313 lb250 garasi 2mbl fas. tlp pln pdam. lok muarasari tajur bogor selatan telp (0251) 333854 hrg.450jt (6281574985118)

No comments:

Post a Comment