Senin, 12 Januari 2004.
Obituari
Mantan Menteri Kehutanan, Soedjarwo, Meninggal Dunia
12 Januari 2004
TEMPO Interaktif, Jakarta: Mantan Menteri Kehutanan Soedjarwo meninggal dunia, Senin (12/1) sekitar pukul 16.00 WIB di Rumah Sakit Mount Elizabeth Singapura. Almarhum meninggal karena penyakit komplikasi jantung dan ginjal yang dideritanya sejak 2 tahun lalu. Almarhum di Rumah Sakit Elizabeth sejak Agustus 2003 untuk menjalani perawatan penyakitnya.
'Mungkin nanti malam atau besok jenazah akan datang di rumah duka,' kata Narbi, petugas keamanan rumah Soedjarwo. Menurut Narbi, jenasah akan disemayamkan di Pondok Indah Jl. Bukit Golf Utama Kav. 3 PA 13. Almarhum meninggalkan 2 putera dan 2 puteri serta seorang isteri. Istrinya, Surini, masih kerabat Mangkunegaran, Solo.
Buah dari usahanya membina kerja sama Indonesia dan Malaysia di bidang kehutanan, ia menerima penghargaan dari Pemerintah Sabah, Malaysia, berupa bintang 'Panglima Gemilang Drajah Kinabalu' dan gelar 'Datuk', tahun 1984.
Soedjarwo lahir di Wonogiri, Jawa Tengah, 15 April 1922. Soedjarwo adalah putra Ngabei Reksosarojo, pegawai kehutanan Keraton Mangkunegaran yang bergelar Panewu Wono Marto. Setelah lulus Middelbare Bosbouw School (Sekolah Menengah Kehutanan), ia bekerja di Malang, Jawa Timur, 1943.
Dalam Revolusi Kemerdekaan, almarhum menjabat Komandan Batalyon Wanara -- yang terdiri dari orang-orang kehutanan, bergerilya di kawasan Mojokerto dan Surabaya. Batalyon ini juga ikut menumpas pemberontakan PKI di Madiun, 1948. Usai perang, ia masuk Akademi Kehutanan Bogor, dan lulus 1953. Setelah itu Soedjarwo bertugas di Banyumas, sebagai kepala administratur.
Pernah menjadi kepala Dinas Kehutanan di Yogyakarta, ia harus melakukan counter terhadap gerakan PKI di daerah Gunung Kidul. Bung Karno memanggilnya, 1964. Soedjarwo dinilai berhasil memanfaatkan hutan untuk masyarakat dan diangkat sebagai Menteri Kehutanan. Dua tahun kemudian, status departemennya diturunkan sehingga almarhum menjabat Direktur Jenderal Kehutanan, di bawah Departemen Pertanian.
Saat sebagai Dirjen, ia dikenal pemberani. Dalam cuaca buruk sekalipun, Almarhum sering naik helikopter mengontrol kawasan hutan di beberapa tempat. Tiga tahun sebelum pensiun, 24 Desember 1982, pernyataannya sebagai dirjen sempat mengagetkan. Di hadapan Fraksi Karya Pembangunan DPR, almarhum mengungkapkan, 'Dari hampir 400 pemegang HPH, yang memenuhi syarat 100 persen hanya 15. Sisanya perlu dididik.'
Muhamad Fasabeni - Tempo News Room
No comments:
Post a Comment