Cari Berita berita lama

Republika - Teokrasi Amerika

Kamis, 5 Oktober 2006.

Teokrasi Amerika












Teokrasi Amerika? Mungkinkah negara sekuler ini menjadi sebuah negara teokrasi; sebuah negara di mana agama, tegasnya gereja, menjadi penguasa? Apakah sistem dan model politik yang pernah dominan dalam masyarakat Kristiani masa pertengahan bangkit kembali? Gejala tentang kebangkitan 'teokrasi' di Amerika menjadi subjek menarik buku Kevin Phillips, American Theocracy: The Peril and Politics of Radical Religion, Oil, and Borrowed Money in the 21st Century (New York: Viking, 2006). Judul lengkap buku yang panjang ini seperti menggambarkan buku yang juga tebal, 462 halaman. Phillips, penulis buku American Dynasty: Aristocracy, Fortune, and the Politics of Deceit in the House of Bush (New York: Viking, 2004), yang merupakan salah satu buku best seller, memulai argumennya dengan menyatakan bahwa Amerika Serikat, tegasnya Pemerintahan AS, tidak berada pada jalur yang benar. Berbagai polling yang dilakukan berbagai lembaga untuk menilai perjalanan politik dan Pemerintahan AS !
dalam 40 tahun terakhir menunjukkan hasil yang mengejutkan: US is not on the right track, but on the wrong track. Menurut Phillips, ada tiga hal utama yang membuat AS berada pada jalur yang tidak benar: Pertama, meningkatnya kompleks supremasi dan keamanan yang berpusat pada minyak, yang dia sebut sebagai oil-national security complex. Kedua, terus menguatnya pengaruh kelompok sayap kanan Kristen terhadap Gedung Putih, yang mengakibatkan meningkatnya fenomena teokrasi Amerika; ketiga, terus bertambahnya utang nasional AS, sehingga mencapai 7,8 triliun dolar AS. Karena itu, harian New York Times pada 2005 memperkenalkan ungkapan borrower-industrial complex untuk menggambarkan utang konsumer yang terus meledak. Khusus tentang meningkatnya teokrasi AS dewasa ini dapat dilihat dari tiga hal: Pertama, pemimpin puncak terpilih (presiden) yang meyakini bahwa ia berbicara dan bertindak atas nama Tuhan; kedua, partai berkuasa yang mewakili para penganut agama yang meyakini diri seb!
agai orang-orang benar-benar beriman, dan karena itu berusaha !
memobili
sasi para pemilih atas dasar agama; dan ketiga, bahwa Gedung Putih mengambil kebijakan domestik dan luar negeri atas motivasi-motivasi keagamaan dan pandangan dunia biblical (biblical worldviews). Teokrasi Amerika. Dua puluh tahun lalu (1986), saya pernah menulis di Harian Kompas tentang 'Kebangkitan Fundamentalisme Kristen di AS'. Berdasarkan pengamatan langsung ketika berada di AS untuk kuliah S2 dan S3 saya melihat, bahwa fundamentalisme Kristen terus meningkat mempengaruhi berbagai aspek kehidupan masyarakat Amerika, sejak dari sosial-budaya, dan lebih khusus lagi politik. Dan khusus pada bidang politik, berbagai doktrin dan pandangan keagamaan fundamentalisme Kristen kian mempengaruhi kebijakan politik Gedung Putih. Senada dengan saya, Phillips menyimpulkan keperkasaan politik Kristen semakin meningkat di AS dalam beberapa dasawarsa terakhir. Amerika memang pernah memiliki teokrasi dalam sejarah awalnya --terwakili dalam kekuasaan Gereja Puritan di New England, dan bela!
kangan Gereja Mormon, Utah; kini gejala seperti itu bangkit kembali. Secara historis pula, Kristen di AS selalu memiliki kecenderungan evangelical yang sangat bersemangat, dan bukan tidak sering radikal dan fundamentalis. Pesan-pesan keagamaan mestilah disampaikan secara bersemangat dengan biaya apa pun. Semangat keagamaan seperti itu kini kian menjadi lebih terfokus dengan beberapa hal penting: pertama, peningkatan pencarian keselamatan (salvation) melalui kelahiran kembali secara kerohanian; kedua, penguatan kepercayaan eskatologis tentang 'akhir zaman', Armageddon prophecy, dan kembalinya Yesus Kristus; ketiga, peningkatan wacana dan sikap antimodernisme dan sebaliknya berpegang pada teks literal kitab suci, dan akhirnya suka perang (war hawkishness). Karena gejala dan kecenderungan seperti itu, tidak heran jika setiap kajian-kajian akademis tentang fundamentalisme keagamaan di seluruh dunia juga mencakup AS beserta India, Israel, dan beberapa negara Islam. Pandangan dun!
ia fundamentalisme Kristen AS itu, antara lain, juga bersumber!
dari ke
yakinan yang sangat bersemangat, bahwa mereka merupakan orang-orang pilihan Tuhan, yang memainkan peran khusus untuk menyelamatkan dunia. Jelasnya seperti ini: "The history of the American religion is a history of the conviction that the American people are God's New Israel, his newly chosen people". Gejala itu memang mencemaskan, bukan hanya di AS, tapi juga pada tingkat internasional mengingat posisi AS yang begitu kuat. Seperti dalam sebuah kutipan pada buku Phillips: "it [US administration worldview] emphasizes absolutes, authority, and tradition, and a divine hand in history and upon the US. Such a worldview is disastrous for a democratic system".
(Azyumardi Azra )

No comments:

Post a Comment