Jumat, 7 November 2008.
Senin, 27 Oktober 2008 pukul 10:30:00
Proyek Kota Transmigran di Tengah Hutan
Setelah melewati ''medan offroad'' sejauh 36 km dengan Toyota Hardtop dari Wowondula, ibu kota Kecamatan Towuti, sampailah di hamparan enklaf Desa Mahalona. Bukan hanya karena lelah telah menempuh perjalanan berat, tapi suasana alam di daerah terpencil Kabupaten Luwu Timur, Sulawesi Selatan, ini rasanya memiliki magnet yang membuat ingin tingggal berlama-lama.Nun jauh dari pandangan, gugusan pegunungan hutan lindung membentuk benteng besar, mengelilingi areal dataran menyerupai mangkuk raksasa. Tofografi ini mengingatkan pada cekungan danau purba yang membentuk kawasan Kota Bandung, Jawa Barat. Suhu udaranya pun cenderung sejuk, seperti Kota Kembang.Keberadaan Danau Towuti di balik hutan lindung yang menghampar luas, menambah elok pemandangan dalam perjalanan ke sana. Danau yang masih perawan dan masih sepi dari jamaah pelancong itu, riak airnya tenang dan terasa menyejukkan meski hanya menatapnya dari jalanan sirtu di atas bukit pada siang hari yang terik.Tanah di seki!
tar enklaf itu subur. Ragam tetumbuhan bisa mudah hidup di sini. Suasana hijau tampak di sekeliling. Di luar areal Danau Towuti ini, sumber mata air bukan perkara sulit untuk didapatkan. Menggali tanah 2-3 meter saja untuk sumur, air jernih sudah menyembur.Di sini tidak sedang bicara tentang daerah tujuan wisata. Tapi, itulah gambaran salah satu daerah yang terpilih menjadi bakal Kota Terpadu Mandiri (KTM). Sebanyak 9.000 kepala keluarga (KK) dari Pulau Jawa dan warga lokal akan beruntung ditempatkan pada areal sekitar 20 ribu hektare sebagai transmigran program khusus di KTM Mahalona ini.Disebut program khusus, karena KTM merupakan paradigma baru pembangunan kawasan transmigrasi. Pembangunan dan perkembangannya dirancang menjadi pusat pertumbuhan serta memiliki fungsi perkotaan melalui pengelolaan sumber daya alam yang berkelanjutan.''Skema KTM adalah mendorong pemerataan pertumbuhan ekonomi serta pemerataan investasi daerah,'' kata Harry Heriyawan Saleh, Dirjen Pembinaan !
Penyiapan Permukiman dan Penempatan Transmigrasi, Depnakertran!
s.Fungsi
perkotaan yang dimaksud adalah pusat kegiatan ekonomi wilayah, industri pengolahan hasil, pelayanan jasa dan perdagangan, pelayanan kesehatan, pendidikan dan pelatihan, sarana pemerintahan, serta fasilitas umum dan sosial.Jika melihat peta site plan KTM Mahalona di Kantor Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Luwu Timur, daerah yang kini berupa hutan belantara dan baru sebagian kecil dibuka untuk permukiman dan lahan pertanian transmigran ini, dalam 10-15 tahun ke depan sudah berubah 180 derajat. Skenario fungsi perkotaan, kelak bisa terwujud di sini dengan komoditas unggulan kelapa sawit.''Program transmigrasi konvensional yang tumbuh secara alami, sukses pertumbuhan baru bisa dirasakan sekitar 50 tahun sejak penempatan. Sedangkan transmigrasi by design (terencana) lewat pola KTM, tumbuh dan berkembang dalam 10-15 tahun,'' kata Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Luwu Timur, Budiman.Tidak sedikit dana yang harus digelontorkan untuk menyulap kawasan hutan menjadi KTM M!
ahalona. Perkiraan biaya, menurut data Depnakertrans, sekitar Rp 217,6 miliar. Sumber dana patungan antara Anggaran Pembangunan Nasional (APBN), Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), serta investor swasta.Dana sebesar itu dikucurkan secara bertahap, mulai dari tahap perencanaan dan pembangunan permukiman transmigran stimulus perekonomian, pemberdayaan masyarakat, serta pembangunan sarana dan prasarana kota. Total lahan yang dialokasikan sekitar 20 ribu hektare, termasuk lahan usaha seluas 2 hektare per KK.''Tahap perencanaan dan rintisan permukiman sudah berjalan tahun ini. Untuk pembangunan infrastruktur dimulai tahun depan (2009),'' ungkap Budiman.Program Transmigran bukan hal asing bagi Luwu secara umum. Pesatnya pertumbuhan ekonomi di daerah yang berjarak sekitar 700 km dari Makassar, ibukota Sulsel, ini membuat Kabupaten Luwu pun ''beranak pinak'' menjadi tiga kabupaten. Yaitu, bermula dari pemekaran dengan terbentuknya Luwu Utara kemudian Luwu Timur.''Daerah !
ini bisa berkembang pesat terutama buah dari program transmigr!
asi yang
sudah berlangsung sejak era 70-an,'' kata Sumiyati, Kasubdin Transmigrasi Luwu Timur.Pejabat senior Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Sulsel juga mengakui itu. ''Terlalu besar peran transmigran bagi pertumbuhan daerah. Karena, salah satunya dampak dari pertumbuhan program transmigrasi, Sulawesi Barat bisa terbentuk,'' kata Abdul Muis Rauf, Kasubdin Pemberdayaan Kawasan Transmigrasi Sulsel.Tapi, ia mengharapkan, program KTM ini tidak menghapus program transmigrasi konvensional, supaya lahan yang diperlukan mudah disediakan. ''Sebab, KTM perlu lahan yang sangat luas, sedangkan kesediaan lahan di daerah makin terbatas,'' katanya. dar/zam (-)
Index Koran
No comments:
Post a Comment