Senin, 13 November 2006.
Musim Penghujan, Puluhan Desa Rawan Longsor
Sejumlah alat berat disiapkan untuk proses evakuasi.
KUNINGAN -- Memasuki musim penghujan, masyarakat dan pemerintah daerah di sejumlah lokasi rawan bencana, harus berhati-hati. Hal ini sebagai langkah antisipasi untuk menghindari jatuhnya korban jiwa akibat bencana tersebut. Berdasarkan penelitian Badan Mitigasi dan Penanggulangan Bencana Alam Bandung, disebutkan, puluhan desa di delapan kecamatan di Kabupaten Kuningan, rawan longsor. Kondisi serupa terjadi di Kab Garut yang saat ini memiliki 16 titik rawan longsor yang harus diwaspadai. Sekretaris II Satkorlak PBP Kabupaten Kuningan, Maman Aminudin, menerangkan, sedikitnya ada 40 desa yang tersebar di delapan kecamatan yang paling rawan mengalami longsor. Kedelapan kecamatan itu yakni Kecamatan Cilebak, Subang, Selajambe, Darma, Hantara, Ciniru, Ciwaru, dan Karang Kencana. ''Puluhan desa di delapan kecamatan tersebut memiliki struktur tanah yang labil sehingga mudah mengalami longsor bila tergerus air hujan,'' ujar Maman saat dihubungi Republika via telepon selulernya,!
Ahad (12/11). Maman menuturkan, saat ini mulai dilakukan sejumlah langkah antisipasi. Salah satu langkah antisipasti itu adalah relokasi sekitar 200 unit rumah penduduk yang dinilai paling rawan mengalami longsor. Dia menambahkan, dalam waktu dekat, relokasi juga akan dilakukan terhadap 33 unit rumah penduduk di lima desa yang juga berpotensi mengalami longsor. Kelima desa itu adalah Desa Cilayung dan Segaranten Kec Ciwaru, Desa Cimenga Kec Darma, Desa Cilimus Sari Kec Cilebak, dan Desa Padarama Kec Ciawigebang. Karena itu, pihaknya juga telah bekerja sama dengan Dinas Nakertransos Kab Kuningan untuk pengadaan tenda darurat dan pembuatan dapur umur. Hingga kini ada delapan unit tenda darurat yang sudah tersedia. Selain itu, kata Maman, akan dilakukan sosialisasi kepada warga yang tinggal di daerah-daerah rawan longsor tersebut. Kata dia, sosialisasi itu akan dimulai 16 November 2006. Selain delapan kecamatan itu, Maman mengakui, masih terdapat daerah lain di kaki Gunung Ci!
remai yang juga rawan longsor seperti Kecamatan Pasawahan dan !
Mandiran
can. Apalagi, pasca-terjadinya kebakaran hebat yang menghanguskan ribuan hektare areal hutan di Taman Nasional Gunung Ciremai (TNGC). Seperti diberitakan Republika, Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG) Stasiun Jatiwangi Majalengka, sebelumnya pernah memperingatkan sejumlah daerah yang terletak di kaki Gunung Ciremai di Kab Kuningan dan Majalengka, untuk mewaspadai bahaya longsor. Pasalnya, kebakaran yang terjadi pada pertengahan September 2006 itu mengakibatkan berkurangnya pepohonan yang bisa menyerap air hujan. Sementara itu, Bupati Garut, Agus Supriadi, kepada wartawan akhir pekan lalu, mengatakan, titik-titik yang masuk dalam prioritas pengawasan tersebar di wilayah Garut selatan dan utara. ''Khusus untuk di selatan, kami terus tingkatkan kewaspadaan itu. Karena seperti tahun-tahun sebelumnya longsor selalu menelan korban jiwa di daerah ini,'' ujarnya. Menurut Agus, wilayah Selatan yang masuk pengawasan itu, di antaranya adalah Talegong, Cisewu, Pamulihan, Cihurip da!
n Cilawu. ''Kondisi geografi Cilawu sangat buruk dan berbukit sehingga sangat rawan terjadi longsor,'' ucapnya. Sedangkan wilayah utara yang diawasi adalah Malangbong, Limbangan, Cibatu, Sukawening dan Selaawi. Selain menyiagakan pengawasan, ungkap Agus, pemkab saat ini mulai melengkapi sejumlah dinas terkait dengan peralatan berat yang akan dibutuhkan selama musim hujan terjadi. Termasuk peralatan berat yang diperlukan untuk melakukan evakuasi lokasi bencana longsor. ''Semuanya sudah disiagakan,'' katanya. Secara terpisah, Kepala Bagian Humas Setda Garut, Dikdik Hendrajaya, kepada Republika, menjelaskan, bahwa dari 54 kali kejadian bencana alam sepanjang 2006, sebanyak 33 di antaranya adalah bencana tanah longsor. Kebanyakan itu terjadi di selatan Garut, seperti Banjarwangi, Singajaya, Pamulihan dan Talegong.
(lis/mus )
No comments:
Post a Comment