Senin, 19 Pebruari 2007.
Kesehatan dan Keselamatan Kerja
Indonesia berada pada peringkat dua terendah di dunia untuk K3
Dunia industri secara global terus berkembang. Termasuk di Tanah Air. Sejak bertahun-tahun lalu, Indonesia pun banyak dimasuki para investor, baik dari dalam maupun luar negeri yang membuka usaha di bidang industri. Semakin banyaknya pabrik-pabrik yang didirikan, makin besar pula angka penyerapan tenaga kerja. Tentu saja, hal itu akan membawa sejumlah nilai positif. Selain mengurangi jumlah pengangguran, juga menggerakan roda perekonomian rakyat. Namun, menggeliatnya dunia industri Tanah Air pun harus diiringi dengan adanya program peningkatan Kesehatan Keselamatan Kerja (K3) yang dilaksanakan secara serius. Pendapat tersebut, diutarakan oleh Dr M Toris Z, MPH, Dekan Program Studi Sarjana Sains Terapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Binawan (Stikes Binawan). ''Ini tidak hanya berlaku di Tanah Air saja, melainkan pula di seluruh dunia. Dalam era perdagangan internasional, K3 merupakan persyaratan mutlak,''kata Toris. Pandangan senada d!
ilontarkan H Sunawar, SKM, Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Pembangunan Nasional 'Veteran' Jakarta (UPNV). ''Semua perusahaan yang memperkerjakan 100 orang atau lebih, memerlukan sumber daya manusia (SDM) yang handal di bidang K3,''kata Sunawar. Namun, lanjutnya, sejatinya perusahaan yang memiliki pekerja kurang dari 100 orang pun, apabila jenis pekerjaannya mengandung resiko, sebaiknya memiliki tenaga ahli bidang kesehatan. Misalnya, pekerja perusahaan manufaktur, dan perusahaan konstruksi. Sayangnya, lanjut Toris, budaya K3 di Indonesia masih rendah. ''Bahkan menurut survei ILO (International Labour Organitation), negara kita masih berada pada peringkat dua terendah dalam program K3. Padahal, berdasarkan hasil konvensi ILO No 187/2006 tentang Promotional Frame Work for Occupational Safety and Health, semua negara harus melaksanakan K3,''terang Toris. Dengan demikain, semua industri di Indonesia, termasuk industri manufaktur yang biasanya memiliki tenag!
a kerja lebih dari 100 orang, wajib memiliki tenaga kerja ahli!
bidang
K3. ''Tidak hanya itu, idealnya dibuatkan divisi khusus yang menangani masalah K3. Misalnya, Divisi Kesehatan yang dipimpin oleh seorang manajer yang menangani bidang kesehatan dan keselamatan kerja pegawai,''papar Sunawar. K3 Baik Sunawar maupun Toris sepaham bahwa kebutuhan tenaga ahli di bidang K3 sangat besar. Terlebih dengan adanya konvesi internasional mengenai peraturan K3, dan adanya kebijakan internasional ISO 18000. Indonesia, sebagai salah satu negara di dunia ini, tentu harus pula mengikutinya. Dengan kata lain, setiap industri di Tanah Air akan sangat membutuhkan tenaga ahli bidang K3. Hal itu pun kemudian disikapi Stikes Binawan dengan membuka program Pendidikan Sarjana Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3). Toris menyebutkan bahwa dalam kajian keilmuan, K3 merupakan disiplin ilmu dan seni dalam pengelolaan hazard (risiko) kesehatan kerja serta akibatnya. Baik yang mengganggu fisik, maupun psikis. Sehingga tercipta tempat kerja yang aman dan memenuhi standar !
kesehatan. Sementara lulusannya akan menjadi ahli di bidanga K3. Demikian pula menurut Sunawar. ''Lulusan akan menjadi tenaga ahli. Dengan mengantongi gelar S1, idealnya alumni menduduki posisi sebagai manajer di divisi kesehatan,'' kata Sunawar. Di UPNV, K3 merupakan salah satu peminatan yang ditawarkan kepada mahasiswa jurusan Kesehatan Masyarakat. ''Mahasiswa, selain akan mempelajari aspek-aspek kesehatan keselamatan kerja, juga diberi pengetahuan tentang kajian pengetahuan kesehatan masyarakat secara umum, serta ilmu manajemen,''ungkap Sunawar. Diantara mata kuliah terkait ilmu manajemen yang dipelajari adalah Dasar-Dasar Manajemen, Manajemen Kesehatan, Manajemen Logistik, Manajemen Keuangan, serta Manajemen Risiko dan Kebisingan. Melalui mata kuliah Manajemen Resiko dan Kebisingan, lanjut Sunawar, mahasiswa mempelajari bahwa Ia harus memperhatikan tingkat volume suara di lingkungan kerja. ''Jangan sampai, pekerja setelah beberapa tahun kemudian menderita tuli akibat!
suara-suara mesin, misalnya,''ujar Sunawar. Demikian pula me!
nurut To
ris. Meski memuat banyak kajian ilmu kesehatan, kemampuan manajerial mahasiswa pun sangat penting. Menurutnya, mempelajari manajemen dianggap penting, karena seperti manajer lainnya, seorang manajer bidang kesehatan pun harus mampu menganalisis, dan mengkaji suatu kondisi serta menentukan solusi dengan membuat perencanaan, pengorganisassian, dan pemantauan. ''Tenaga ahli K3, bertugas mencegah terjadinya kecelakaan kerja. Termasuk, mensosialisasikan bagaimana bekerja secara aman kepada para pekerja. Misalnya, mensosialisasikan pentingnya penggunaan sarung tangan, kaca mata pelindung, dan helm pelindung,''ujar Toris. Untuk itu, di Stikes Binawan, diantara mata kuliah yang diberikan adalah Manajemen K3, Manajemen Kesiagaan Tanggap Darurat, Manajemen Resiko, dan Perilaku Organisasi dan Manajemen. Sementara mata kuliah yang terkait dengan kesehatan antara lain Toksikologi Industri. ''Mata kuliah ini mempelajari masalah keracunan yang dihasilkan sebagai dampak penggunaan bah!
an kimia oleh industri,''papar Toris. Dari hasil penelitian dan analisis, manajer K3, membuat laporan kepada pihak top manajemen, lengkap dengan solusi apa yang tepat. Sementara dalam mata kuliah Ekonomi Kesehatan dan K3, mahasiswa akan belajar membuat perhitungan-perhitungan mengenai berapa jumlah kerugian perusahaan sebagai akibat tidak memperhatikan kesehatan pekerja. ''Dengan tidak memperhatikan kesehatan karyawan, justru produktivitas menurun. Sebaliknya, bila pekerja dalam kondisi sehat, produktivitas akan meningkat,''tutur Toris. Meski akan menjadi seorang ahli bidang kesehatan, baik Sunawar maupun Toris mengaku bahwa program studi ini terbuka bagi lulusan SMU/sederajat segala jurusan. ''Jurusan Kesehatan Masyarakat dapat diikuti oleh lulusan IPA/IPS. Mahasiswa kemudian dapat memilih peminatan K3 pada semester lima,''kata Sunawar. Sementara di Stikes Binawan, mahasiswa sudah akan mempelajari K3 sejak awal. ''Program Pendidikan Sarjana K3 pun terbuka bagi lulusan dip!
loma berbagai disiplin ilmu yang ingin mengambil program S1 di!
bidang
K3,''papar Toris. may
( )
No comments:
Post a Comment