Cari Berita berita lama

Republika - Keinginan Rahma Sarita

Sabtu, 23 Pebruari 2008.

Keinginan Rahma Sarita












Semula, cita-citanya menjadi seorang pengacara. Demi itu, dia pun menempuh jalur pendidikan formal di Fakultas Hukum Universitas Airlangga. Tanpa banyak kesulitan, perempuan kelahiran Surabaya, 7 April 1975, menuntaskan kuliahnya dalam waktu sekitar tiga tahun dan lulus sebagai sarjana hukum pada tahun 1998. Dengan alasan perangkat hukum yang belum siap serta sistem hukum yang tak menunjang, dia memilih untuk tidak meneruskan profesinya sebagai pengacara. Dia mulai melirik profesi lain. Sayangnya, di saat bersamaan krisis moneter pun melanda, sehingga tak banyak lowongan pekerjaan yang tersedia. Peluang itu hadir ketika TVRI Surabaya membuka lowongan untuk posisi presenter berita. Tanpa pikir panjang, anak bungsu dari delapan bersaudara ini mencoba melamar. Untuk dia, profesi jurnalis terasa lebih mengasyikkan dan sesuai dengan keinginan hati. Siapa sangka, rupanya inilah langkah yang membuat namanya cukup dikenal. Kelak, sosoknya diakrabi sebagai seorang pembawa beri!
ta andal. Sosok yang kemudian dikenal dengan nama Rahma Sarita. Keputusan untuk memilih profesi jurnalis televisi mengubah jalan hidup Rahma. Ternyata, keberanian mencoba memberikan jalan baru buat dirinya. Ia diterima sebagai presenter berita di TVRI Surabaya. Belum genap satu tahun di TVRI Surabaya, Rahma mendapat panggilan untuk bergabung dengan kantor pusat di Jakarta. Akhirnya pada 1999, Rahma hijrah ke Jakarta. Hanya kurang dari setahun di Jakarta, Rahma sudah disunting menjadi presenter televisi swasta. Hampir sepuluh tahun, Rahma maling melintang di dunia ini sampai akhirnya sekarang ia bergabung dengan TVOne. Di stasiun televisi ini, Rahma yang juga duta lingkungan untuk Kementerian Lingkungan Hidup itu menjadi produser sekaligus presenter program Kabar Petang TV One. Sebagai produser program yang terbilang baru, anak pasangan Achmad Al Jufri dan Anisa ini berharap agar program tersebut bisa diterima masyarakat. Meski mengusung konsep baru, Rahma yakin program ini!
lambat laun bisa diterima dan dapat menjadi sumber informasi !
yang kom
peten dengan konsep telling story, bukan reading story. Tahun ini tepat 10 tahun Rahma Sarita berkarier menjadi jurnalis televisi. Bagi Rahma, satu dekade itu cukup membuktikan bahwa dirinya memang serius menjalani profesi jurnalis. ''Saya merasa bahwa media adalah tempat saya. Media seperti rumah bagi saya dan menjalani hampir sepuluh tahun saya sudah terbiasa. Ritme kerjanya juga menyenangkan bagi saya.'' Karena itulah, walau ada kesempatan emas di luar dunianya saat ini, Rahma tetap memilih menggeluti dunia jurnalistik. ''Dengan menjadi jurnalis, saya merasa menjadi bagian dari sesuatu yang sangat penting.'' Untuknya, berkarier di media sama seperti bekerja di institusi yang besar pengaruhnya. ''The most powerful institution and the most powerful industry.'' Dunia jurnalistik adalah magnet tersendiri untuknya. Bukan hanya untuk memenuhi panggilan hati, dunia jurnalistik menghadirkan tantangan tersendiri. ''Tak ada yang bisa menebak apa yang terjadi di lapangan saat men!
ghimpun berita sampai dibawa ke meja redaksi untuk disiarkan. Kita harus siap menghadapi segala risiko.'' Di dunia ini, setiap hari ada saja hal-hal baru yang terjadi. Dan, ini hanya bisa ditemui dengan bekerja sebagai jurnalis. ''Kerja di media tidak pernah membosankan. Banyak hal baru setiap harinya dan saya bisa belajar banyak hal di sini.'' Terlebih, ibu satu anak ini memang merasa butuh perubahan terus menerus dalam menjalani hari demi hari kehidupannya. Di tengah ingar bingar itu, Rahma menyimpan harap. ''Saya berharap agar apa yang saya lakukan dapat bermanfaat untuk masyarakat. Dengan bekerja sebagai jurnalis, tidak hanya bermanfaat untuk diri saya, tapi juga membantu orang lain mengirimkan berita maupun informasi yang mereka butuhkan.''
(fia )

No comments:

Post a Comment