Cari Berita berita lama

KoranTempo - Pemerintah Sedang Kaji Jadwal Penjualan Saham Bank BNI

Rabu, 31 Maret 2004.
Pemerintah Sedang Kaji Jadwal Penjualan Saham Bank BNIJAKARTA -- Kementerian Badan Usaha Milik Negara tengah mengkaji jadwal pelepasan saham pemerintah (divestasi) dan penjualan saham baru sebesar 6-8 persen PT Bank Negara Indonesia Tbk.

Direktur Utama BNI Sigit Pramono mengatakan hingga saat ini tengah digodok sejumlah opsi mengenai mekanisme penjualan saham itu masih belum diputuskan .

Menurut dia, penjualan saham sacara bersamaan masuk dalam salah opsi yang dibahas. Opsi lainnya, penjualan saham baru perusahaan dilakukan setelah proses divestasi saham pemerintah rampung

"Saat ini masih belum diputuskan. Kajian mengenai opsi itu masih oleh penjamin emisi, yaitu Bahana Securities dan JP Morgan," kata Sigit kepada wartawan usai acara paparan publik kinerja keuangan 2003 di Jakarta kemarin.

Asisten Deputi Meneg BUMN Bidang Privatisasi Perbankan Parikesit Suprapto juga membenarkan soal pengkajian itu. "Belum ada keputusan soal jadwalnya. Pemilihan opsi masih sedang dikaji oleh penjamin emisi," kata dia.

Seperti diketahui, pemerintah akan melaksanakan program divestasi lanjutan sahamnya di bank pelat merah itu sebanyak 30 persen. Tujuannya, dana yang diperoleh akan digunakan untuk mengisi sebagian kekurangan akibat Anggaran Pendapatan Belanja Negara yang tengah defisit. Disamping itu, perusahaan juga akan menerbitkan saham baru 6-8 persen senilai Rp1 triliun.

Disamping untuk menambah modal setelah terjadinya pembobolan dana sekitar Rp1,3 triliun di bank itu tahun lalu, juga untuk menjaga agar rasio kecukupan modal tidak berkurang ketika perusahaan mengucurkan kredit. Rasio kecukupan modal tahun lalu sekitar 18,17, atau naik sekitar dua persen tahun tahun sebelumnya.

Mengenai jadwal pelepasan saham baru itu, Sigit menyatakan manajemen Bank BNI menyerahkan sepenuh kepada para pemegang saham. Meski menurut dia, ideal pelepasan saham baru itu harus dilakukan bersamaan dengan proses divestasi saham pemerintah.

Karena jika penjualan saham baru dilakukan belakangan setelah divestasi rampung, ada kemungkinan pelepasn saham pemerintah tidak akan diminati oleh para investor. Karena, investor baru harus mengeluarkan dana tambahan untuk mempertahankan persentase kepemilikan saham yang baru dibelinya.

Selaian soal penjualan saham, Sigit juga menjelaskan soal rencana Bank BNI menerbitan obligasi subordinasi senilai Rp500-1 triliun. Menurut dia, hingga saat ini masih belum bisa dipastikan jadwal tepat pelaksanaannya.

"Saat ini manajemen masih terus mengkaji perhitungan beban biaya kupon yang harus ditanggung perseroan dalam penerbitan surat utang tersebut," kata Sigit .

Sementara itu sepanjang 2003, menurut Sigit Bank BNI hanya mampu membukukan laba bersih sekitar Rp420 miliar, atau lebih rendah 80 persen dari yang ditargetkan sebesar Rp2,5 triliun. Rendahnya pencapaian itu, karena, perseroan harus mencadangkan dana sekitar Rp1,3 triliun (setara 100 persen) untuk menutupi kebobolan dalam pengucuran kredit ke Gramarindo Grup. budi riza

No comments:

Post a Comment