Cari Berita berita lama

KoranTempo - Hentikan Penggembosan Bank Lippo

Selasa, 18 Pebruari 2003.
Hentikan Penggembosan Bank LippoJAKARTA - Kalangan analis mendesak pemerintah untuk menghentikan usaha penggembosan PT Bank Lippo Tbk melalui penurunan nilai aset yang diambil alih dan rasio cukupnya modal (CAR).

Analis pasar modal Lin Che Wei melihat upaya-upaya penggembosan Bank Lippo masih berlanjut. Menurut dia, penurunan CAR secara signifikan karena perusahaan harus membuat write-off atau penghapusbukuan sebenarnya akibat dari provisi yang direkayasa hingga Rp 1,2 triliun. "Kunci dari rekayasa ini adalah revaluasi aset yang tengah dilakukan," ujarnya, kemarin.

Dia meminta agar publik tidak percaya dengan upaya BPPN yang sekarang sedang berusaha mencari penilai independen untuk mengevaluasi aset tersebut. Menurut dia, itu hanya usaha untuk membuktikan rasio modal Lippo memang sudah 4 persen.

"Ini bisa dijadikan alasan untuk rights issue atau penerbitan saham baru. Mereka tahu bahwa pemerintah tidak akan mengambilnya. Apalagi, diam-diam Kepala BPPN Syaffrudin A. Temenggung ternyata sudah memberi izin rights issue," ujarnya.

Che Wei juga mengingatkan agar AYDA (Asset Yang Di Alihkan) senilai Rp 2,4 triliun jangan sampai dijual, kecuali jika dijual melalui mekanisme yang transparan dan fair. Sebab, selama penjualnya dikuasai oleh pemilik lama tidak akan ada pembeli dari luar yang membeli aset tersebut.

Di sisi lain, kata dia, sebagian dari aset-aset yang nilainya turun merupakan properti dan saham milik Grup Lippo yaitu: PT Lippo Cikarang, PT Lippo Karawaci, Bukit Sentul, Hotel Prapatan, lahan di sejumlah daerah, Panin Insurance dan PT Lippo Securities. "Aset-aset ini akan dijual murah, buktinya penawaran tertinggi di sejumlah aset hanya lima persen." (lihat tabel).

Demikian halnya dengan manipulasi harga saham Bank Lippo di Bursa Efek Jakarta (BEJ). Menurut dia, Bapepam dan BEJ harus memeriksa manipulasi harga saham. Ini faktor kunci, karena menghancurkan harga pasar merupakan strategi jitu untuk membuat pemerintah tidak dapat berkutik. "Ingat rights issue akan berpatokan kepada harga pasar."

Che Wei sendiri melihat ada kesengajaan dari manajemen Lippo untuk menghancurkan nilai buku dan harga saham bank ini di bursa. Menurut dia, dengan diturunkannya nilai aset yang diambil alih dari Rp 2,39 triliun menjadi Rp 1,42 triliun, bank ini harus menyediakan provisi tambahan sebesar Rp 980 miliar sehingga membukukan kerugian Rp 1,2 triliun.

Menurut perhitungan analis Fendi Susianto, penurunan nilai aset bank itu mengakibatkan nilai buku bank ini telah anjlok dari Rp 750 per saham menjadi separonya hanya sekitar Rp 390 per saham. "Jadi, harga saham bank ini di pasar semakin murah karena nilai bukunya turun. Apalagi, rights issue ini biasanya mengacu pada harga pasar rata-rata dalam 25 hari," kata Fendi.

Harga saham bank ini di pasar sekarang rata-rata Rp 230-an per lembar.

Grup Lippo sendiri diduga secara bertahap menambah kepemilikannya lewat pembelian saham bank itu di pasar dengan harga murah. Indikasinya terlihat dari data Bloomberg periode 13 Januari hingga 2 Februari 2003. Data tersebut memperlihatkan pialang dari Grup Lippo, yaitu PT Ciptadana Sekuritas melakukan pembelian saham paling banyak hingga 74,14 juta lembar saham dengan harga rata-rata Rp 239,38 per saham.

Sejauh ini Koran Tempo belum berhasil mengkonfirmasi itu ke Ciptadana. Direktur Ciptadana Rudy Tuahanse mengaku tidak mengetahui masalah tersebut. Dia hanya mengatakan, "Saya lebih fokus ke investment banking (bank investasi). Kalau soal pembelian saham lebih baik tanya bidang equity ke Irene (Irena Maya Hambali, Direktur Ciptadana)," kata Rudy.

Sejumlah pejabat Bank Lippo juga tidak bisa dihubungi tadi malam. Namun, seorang pejabat yang enggan disebutkan namanya membantah penurunan nilai buku dan harga saham di bursa sebagai upaya pemilik lama menguasai bank ini kembali. Menurut pejabat itu, cepat atau lambat Bank Lippo memang membutuhkan modal. "Memburuknya kinerja ini di luar kontrol manajemen, tetapi karena kondisi ekonomi makro," ujarnya.

Pejabat itu juga membantah bahwa Keluarga Mochtar Riady ingin mengendalikan kembali bank ini. "Pak Mochtar memang pendiri bank ini. Tetapi, kalau membeli saham bank ini kembali, dari mana duitnya?," katanya balik bertanya.

Direktur Pencatatan BEJ Harry Wiguna mengakui pihaknya sedang memeriksa penurunan harga saham di bursa. "Indikasinya, ada penurunan harga yang terus berlanjut hingga 25 persen," ujarnya kemarin. (heri susanto/padjar iswara)

No comments:

Post a Comment