Cari Berita berita lama

KoranTempo - H. Santosa Doellah, Antara Cinta dan Pengorbanan

Jumat, 18 Oktober 2002.
H. Santosa Doellah, Antara Cinta dan PengorbananMengumpulkan batik sudah menjadi hobi H. Santosa Doellah, 41. Pria asal Solo yang lebih dikenal sebagai pendiri dan pemilik batik Danar Hadi ini amat antusias ketika menerangkan mengenai motif batik yang biasa dipakai oleh kalangan keraton, sampai terkena pengaruh zaman dan lingkungan saat hadirnya penjajahan Belanda, Jepang, bahkan ketika Ir Soekarno mencanangkan dibuatnya motif batik Indonesia. Santosa berasal dari keluarga generasi pembatik ke-4 di Solo. Kakek buyutnya adalah alm H. Bakri, salah seorang tokoh Serikat Dagang Islam yang aktif di zaman masa pergerakan dulu. Memulai usaha batik pada 1967 bersama istrinya, Danarsih sehingga menjadikan penggalan kedua nama suami istri itu menjadi merek dagang hingga kini yang sudah menghasilkan berbagai penghargaan pada perusahaannya diantaranya, Piala Kualitas Internasional XII -XIV dari 1984-1986 di Madrid, Spanyol dan Penghargaan Upakarti 1985.

Demi cintanya pada batik, pemilik Galeri Batik Kuno di Ndalem Wuryaningratan Surakarta seluas 1,5 hektar itu, membuat buku "Batik, Pengaruh Zaman dan Lingkungan" yang diluncurkan, Senin (14/10) bersamaan dengan fashion show 150 koleksi batik Danar Hadi dan pameran batik di Hotel Mulia.

Apa istimewanya buku mengenai batik yang anda buat?

Ini didasari oleh pengetahuan saya mengenai bagaimana penggunaan batik. Selama ini buku mengenai batik hanya dibuat sekilas. Sementara di buku saya ini batik diulas agak mendalam. Terutama dalam pendahuluan buku, supaya pembaca tak rancu dalam mengartikan selembar batik. Soalnya banyak yang menganggap dirinya 'lebih batik' daripada 'orang batik' sendiri (tertawa). Kalau sudah begitu, saya hanya geli sendiri," Iki piye to yo."

Persiapan buku ini berapa lama?

Satu tahun, agak sulit mengelompokkan jenis batiknya. Ada sekitar 150 motif.

Kabarnya anda juga punya museum batik?

Saya menamakannya Galeri Batik Kuno di Surakarta, diresmikan pada 2000 oleh Megawati sewaktu menjadi Wakil Presiden. Ada 10.000 buah koleksi batik yang saya kumpulkan selama 30 tahun. Yang agak langka, batik Conraad dari Belanda. Mungkin di dunia hanya saya yang punya. Riwayat mendapatkannya juga unik, kebetulan saya membawa anak berobat ke sana, saya mendengar informasi ada yang menjual batik kuno. Padahal batik itu tidak dijual kolektor itu, tapi akhirnya dilepas juga.

Harganya?

Ya.. lumayan mahal, sekitar ratusan juta. Tapi bagaimana lagi, saya sudah terlanjur mencintai batik. Semuanya butuh pengorbanan. evieta fadjar

No comments:

Post a Comment