Cari Berita berita lama

Kompas.Com - Lestarikan.peribahasa.dan.ungkapan.tradisional.banjar

Selasa, 2 Desember 2008.

BANJARMASIN, SELASA--Gubernur Kalimantan Selatan (Kalsel), H Rudy Ariffin, meminta warga masyarakat daerahnya untuk melestarikan peribahasa dan ungkapan tradisional Banjar.
Permintaan itu dikatakannya dalam sambutannya pada cetakan kedua buku 'Peribahasa dan Ungkapan Tradisional Bahasa Banjar', demikian dilaporkan, Selasa.
Menurut gubernur, peribahasa atau ungkapan tradisional Bahasa Banjar Kalsel juga merupakan salah satu sisi pembangunan mental spiritual. 'Di dalam Bahasa Banjar itupun juga terdapat tradisi, budaya dan kultur yang menjadi kebiasaan masyarakat Kalsel,' katanya.
Menurut dia, peribahasa atau ungkapan dapat memberikan motivasi yang positif terhadap pembangunan, terutama dalam aspek hidup dan perilaku pribadi manusia yang akan memberikan motivasi semangat tinggi dalam bekerja tanpa pamrih.
Ia memberi contoh peribahasa 'Dalas Hangit, Dalas Balangsar Dada'. Peribahasa 'Dalas Hangit, Dalas Balangsar Dada' memiliki arti, dalasbiar, hangit hangus, balangsar mengasah, dadadada.
Filosofi atau makna dari peribahasa itu menggambarkan tekad seseorang untuk mencapai keinginannya, biar bagaimanapun harus diusahakan.
Selain itu, peribahasa juga bisa bersifat memberi peringatan untuk selalu berhati-hati dalam bertindak, seperti yang berbunyi 'Apik-apik kalu tacalubuk,' demikian Rudy Ariffin.
Pengertian atau makna yang terkandung dari peribahasa ini, mengingatkan seseorang agar selalu waspada agar jangan terperosok.
Buku 'Peribahasa dan Ungkapan Tradisional Bahasa Banjar' cetakan kedua yang diterbitkan Himpunan Kerukunan Keluarga Besar MURAKATA Kalsel itu, dibagi-bagikan saat syukuran 'Perkawinan Emas' Haji Ahmad Makkie, BA, anggota Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia (DPD RI) yang berasal daerah pemilihan provinsi tersebut.
Dalam buku yang dibagi-bagikan kepada sejumlah tokoh masyarakat Kalsel di kediaman keluarga HA Makkie di Banjarmasin, Minggu (30/11) itu, dimuat 440 peribahasa dan ungkapan Bahasa Banjar, yang terbagi ke dalam 18 kelompok.
Haji Ahmad Makkie yang menikah dengan Hj Siti Sarah, sesama warga Alai, Kabupaten Hulu Sungai Tengah (HST) merupakan salah seorang penyusun buku 'Peribahasa dan Ungkapan Tradisional Bahasa Banjar'.
Sedangkan penyusun lainnya adalah Drs HM Syamsiar Seman, yang sama-sama seorang seniman dan budayawan Banjar.(ANT)
JY

No comments:

Post a Comment