Sabtu, 19 Pebruari 2005.
Meninggal Karena Operasi SinusitisPeristiwa nahas ini terjadi pada keponakan saya, Pratiwi Dwi Wahyuni, 17 tahun, siswi SMA Frater, Makassar, yang menjalani operasi sinusitis di rumah sakit P di Makassar. Kejadiannya 23 Januari lalu dan mengguncang keluarga kami. Kami tak ingin hal serupa terjadi pada orang lain.
Ayu, begitu kemenakan saya itu dipanggil, mengalami mual dan kemudian kejang saat pembiusan menjelang operasi. Seorang dokter THT sempat keluar dari ruang operasi dan menanyakan kepada ayah Ayu apakah sang anak menderita lemah jantung dan dijawab "tidak". Dokter itu beberapa saat kemudian bertanya kembali apakah Ayu menderita penyakit epilepsi, kembali sang ayah menjawab "tidak".
Ayu yang belum sempat dioperasi itu lalu dipindahkan ke ruang ICU dalam keadaan koma dan sudah memakai alat bantu pacu jantung dan peralatan bantuan oksigen. Keesokan paginya, seorang dokter anestesi memindahkan Ayu ke Rumah Sakit Wahidin, Makassar, dengan alasan peralatan di rumah sakit itu tak lengkap. Setelah semalam di Rumah Sakit Wahidin, Ayu meninggal.
Merasa janggal atas proses menjelang operasi itu, saya menanyakan kepada dokter THT di rumah sakit P yang mengurus Ayu sebelumnya, kenapa bisa sampai terjadi kejang dan koma pada Ayu. Ia menjawab, "Ayu setelah disuntik Petidin dengan dosis standar (0,2) terus mengalami mual, kejang, langsung koma." Saya bertanya, apakah ini bisa dikategorikan malpraktek atau kesalahan tubuh korban yang tidak bisa menerima obat Petidin tersebut, lantas prosedur seperti apa yang harus dilalui agar setiap pasien aman menerima obat penenang/pembiusan untuk dapat menjalani operasi.
Saya mengimbau rumah sakit itu dan rumah sakit lainnya agar lebih teliti dan berhati-hati sebelum melaksanakan pembedahan. Jangan sampai peristiwa yang membawa korban ini terulang kembali. Peristiwa seperti ini akan membuat siapa pun yang ditinggalkan memiliki kenangan yang amat buruk dan traumatis.
Arly Pudyastuti
Jalan Cenderawasih 100, Makassar
Kecewa Adam Air
Saya (dan puluhan penumpang) lain mengalami kejadian tak mengenakkan saat menggunakan jasa penerbangan Adam Air pada 13 Februari 2005. Indikasi masalah mulai terasa sebelum Adam Air nomor penerbangan KI 331 yang saya tumpangi lepas landas dari Denpasar menuju Jakarta. Mesin pesawat tiba-tiba mati dan itu terjadi sebanyak dua kali, kendati akhirnya pesawat berhasil juga lepas landas sekitar pukul 06.00.
Lima menit setelah pesawat lepas landas, pilot memberitahukan pesawat harus kembali ke Bandar Udara Ngurah Rai karena ada masalah. Pesawat berputar-putar di angkasa sekitar 10-20 menit. Hal ini semakin membuat para penumpang cemas. Namun. akhirnya pesawat berhasil mendarat dengan selamat di Ngurah Rai.
Informasi yang didapatkan penumpang dari para pegawai Adam Air tidak jelas. Ada yang mengatakan pesawat harus turun lagi karena pintu kargo pesawat terbuka. Ada lagi yang menyebutkan pesawat harus mengisi bahan bakar.
Para penumpang semakin gusar karena, setelah diperiksa, pesawat Adam Air dinyatakan laik terbang. Para penumpang tetap saja takut. Sebagian penumpang memang melanjutkan terbang ke Jakarta dengan pesawat yang sama. Selebihnya meminta uang kembali atau minta dialihkan ke maskapai penerbangan lain.
Para penumpang makin kecewa karena seorang staf Adam Air mengatakan, apabila ingin membatalkan penerbangan, penumpang akan dikenai biaya pembatalan (cancellation fee). Jelas ini mengecewakan karena semua kesalahan ada pada Adam Air. Seharusnya Adam Air menjamin keselamatan penumpang dan memeriksa dengan baik kondisi pesawat sebelum lepas landas.
Mengingat saat itu peak season, penumpang tidak bisa dialihkan ke maskapai penerbangan lain. Akhirnya penumpang yang tersisa terpaksa menunggu penerbangan Adam Air berikutnya, pukul 16.10. Sayang, kekecewaan kembali terjadi. Keberangkatan Adam Air berikutnya ini ditunda hingga baru bisa diberangkatkan pada pukul 18.00.
Saya mengimbau, ke depan, seharusnya Adam Air lebih profesional. Terutama mengecek kelaikan pesawat sebelum diberangkatkan. Ini penting untuk menghindari kejadian yang tidak diinginkan.
Erna Veronica
Jakarta
6 April 2013
ReplyDeleteKEMATIAN SETELAH BEBERAPA JAM KATETER JANTUNG
LANGSUNG 3 RING
Di tangani oleh Dokter Bedah Jantung
Dr. Utojo Lubiantoro
RS Mitra Keluarga Kelapa Gading
Tgl 5 Jan 2013 Pukul 17:00 Sore Ibu saya Yuliana Ningsih bermaksud mengecek Sakit Di Dada Alm...Dgn Dugaan adanya Sakit Jantung (Bukan Masuk Angin)...Maka dalam keadaan masih bisa berjalan dan sadar...Kakak Perempuan dan suaminya beserta Ayah dan Ibu saya yg sakit (alm.) pergi mengecek ke RS Mitra Keluarga Kelapa Gading
Setelah menunggu giliran...Akhirnya Ibu dan Keluarga bertemu Dr. Utojo Lubiantoro...Lalu di sarankan untuk segera di ambil tindakan yaitu Operasi Jantung Kateter dgn 3 ring sekaligus
Lalu Ibu di suruh minum 10 Obat sebelum Operasi (yg menurut Dokter: 4 Aspirin dan 6 Pengencer Darah)...(kalo tidak percaya lihat saja di Internet Google....Katanya sewaktu kami minta penjelasan...
(Tidak ada Obat yg berhubungan dgn Diabetes, Padahal Gula Darah Ibu saya sudah 238 di rekam Medis)
Akhir Operasi...sekitar jam 9 atau jam 10 Ibu saya di pindahkan ke Ruang Intermediate Medical Center (Pemulihan)
Semua Keluarga menunggu di luar dan ada sebagian yg pulang...
Jam 12:30 Subuh di Rekam Medis
Suster Jaga menulis adanya Kritis pada Ibu saya...Lalu menghubungi Dokter Utojo Lubiantoro
Jam 01:30 Subuh Kritis...Lagi2 Suster menghubungi Dr. Utojo Lubiantoro
(Belum datang juga......)
Jam 2:00 Subuh Ibu saya Yuliana Ningsih Meninggal
(Pertanyaannya: Setelah selesai operasi...Kemana Dokter Utojo tersebut ? Suster menghubungi Dr. Utojo Pasca Operasi (kritis) tapi tidak datang sehingga Pasien Meninggal )
lalu tgl 5 April saya Andy Kusuma jam 3 Siang bermaksud meminta Perincian Biaya dari RS selama Ibu menjalani perawatan
Dgn di Tangani Kebapa Bagian Kasir Ibu Evi di Lantai 5 RS Mitra Keluarga Kelapa Gading
Saya di berikan Perincannya lalu saya tanyakan:
(Belum kasih tahu bahwa Ibu saya sudah meninggal)
Pertanyaan saya: Apabila Pasien Meninggal bagaimana dgn biaya2nya ?
Ibu Evi: Biasanya Pasien TIDAK DIKENAKAN fee atas biaya dokter dan operasi
Lalu saya buka kartu bahwa Ibu saya meninggal 4 jam setelah operasi (Kemungkinan ada effect dari operasi tersebut)
Sekarang hebatnya:
Dokter Utojo bilang: Saya Bukan Tuhan bisa selamtakan Alm dari Penyakit Jantung
Tapi dari Awal: Dr. Utojo sudah jadi Tuhan dgn mengatakan bahwa
Apabila Ibu saya tidak segera di ambil Tindakan Ibu saya akan mati (dan bisa menyesal krn sudah terlambat)
Berarti Dia Di Awal sudah jadi Tuhan (Dgn takut2in Pihak Pasien bawha kalo tidak di operasi akan meninggal)
Lalu setelaha Meninggal bilang saya Bukan Tuhan Yg Bisa Selamtkan Ibu Anda
Yg Kedua berkelitnya Ibu Evi:
Katanya semua TERGANTUNG DOKTERNYA mau free of charge biaya operasinya dll nya atau tidak
Yg Parahnya:
Pihak Rekam Medis, saya minta untuk melihat siapa yg "in charge" menanda tangani operasi Jantung tersebut
(Krn kakak perempuan saya yg bernama Indrawti Kusuma bilang ada 3 orang yang menandatanagani Operasi tersebut: Indrawati Kusuma, Jonsen suaiminya dan Ibu Yun Fong (Adik Kandung Alm))
Tapi yg ada hanya nama Indrawati dan Jonsen saja
Di tutup tutupi baik oleh Pihak Rekam Medis maupun Ibu Gita seorang Dokter yg berada di Kantor Customer Service
Seolah2 Hak saya sebagai seorang anak untuk mengetahui di tutup tutupi
Lalu saya hubungi Seorang Teman saya yg juga Seorang tentara bicara dgn Ibu Gita
baru mereka bicara lain lagi:
Katanya Kalo minta copyan tidak bisa
Kalo Lihat di sini (RS) bisa
Saya dgn HP Loudspeaker bilang bahwa Tadi mereka tidak bilang begitu bahwa bisa di lihat
Saya juga tidak butuh foto copyannya
Betul2 di permainkan kita di Indonesia kalo tidak kenal Tentara atau Pihak Pemerintahan yg berwenang atas Rumah Sakit seperti ini
Mereka seperrti memancing kita untuk emosi atau lapor ke security RS (yg tentu saja kita akan sama saja di permainkan)
Lha wong...Makan Gaji dari RS koq
Jadi Pihak RS MITRA KELUARGA KELAPA GADING
Kita secara kekeluargaan dan Musyawarah minta di kembalikan Uang baik seluruh atau sebagian kepada Pihak Keluarga Pasien