Senin, 10 April 2006.
Hemangioma, Si Tanda Lahir ...
Jakarta, Senin
Kirim Teman | Print Artikel
Berita Terkait:
- Awas, Tahi Lalat Pun Bisa Ganas!
- Munculnya TAHI LALAT
- KULIT Cermin KEPRIBADIAN
Namanya bisa membuat lidah terpelintir. Hemangioma, si tanda lahir. Mudah ditemukan terutama pada bayi atau kanak-kanak. Namun, benjolan serupa tahi lalat ini bisa hilang dengan sendirinya. Kalaupun tidak, dokter bisa mengusirnya dengan mudah.
Usianya baru enam bulan. Matanya tak terlalu bulat, meskipun tak sipit-sipit amat pula. Pipinya yang berisi mengapit dua hidungnya yang lebih mirip kentang dibelah separuh. Kulitnya kuning, lembut, kenyal - namanya juga kulit bayi. Namun, ada satu ciri khas menonjol yang membedakannya dengan bayi lainnya. Satu benjolan berbentuk tak beraturan, seukuran kuku ibujari orang dewasa, menempel di dahinya.
"Apa ini di dahi?"
"Tanda lahir," jawab teman singkat. Kami kagum, sahabat kami itu sabar menjawab pertanyaan yang selalu muncul begitu ada orang melihat anaknya.
"Kok begini sih, nongolnya gede amat?"
"Enggak apa-apa kok, kata dokter nanti juga hilang sendiri," teman kami kembali menjawab dengan pede.
Untunglah, batin kami suatu kali mencuri dengar jawaban itu. Setidaknya, ia sudah membawa anaknya berkonsultasi ke dokter. Kalau tidak, bisa dibayangkan betapa bingung ia harus menjawab pertanyaan penuh rasa ingin tahu kenalannya. Kelainan pertumbuhan
Yang nemplok di dahi anak sahabat kami itu memang yang disebut hemangioma. Hemangioma sendiri sebenarnya salah satu dari beberapa tanda lahir yang bisa muncul.
Menurut dr. Kusmarinah Bramono, SpKK, dari RSUPN Cipto Mangunkusumo, hemangioma disebabkan kelainan pertumbuhan darah.
Penelitian tentang kemunculannya menunjukkan data yang unik. Di antaranya, hampir sekitar 30% hemangioma sudah tampak sejak saat bayi lahir. Sedangkan yang 70%-nya baru muncul dalam satu atau empat minggu setelah kelahiran.
Hemangioma muncul lima kali lebih banyak pada anak perempuan daripada lelaki. Tanda lahir ini juga lebih banyak muncul pada ras kaukasia. Bayi yang lahir dengan bobot badan kurang pun memiliki kecenderungan lebih besar untuk mendapatkannya.
Bintik merah ini muncul dalam berbagai bentuk dan ukuran. "Ada yang ukuran kecil. Tak heran, orang pun menyebutnya cherryngioma - mungkin karena mirip-mirip buah ceri," kata Ku-marinah. Ada pula yang lebih besar.
Repotnya, hemangioma lebih suka muncul di wilayah kepala dan leher, sedangkan kemunculan di bagian tubuh lainnya (baik di dalam maupun luar tubuh) relatif lebih jarang. Menurut situs birthmark.org, rasionya sekitar 83 : 17.
Mengesalkan bukan? Padahal bagian wajah justru yang paling mudah terlihat.
Kempis sendiri
Sampai kini belum diketahui dengan pasti apa penyebab hemangioma. Yang diketahui pasti baru proses perkembangannya.
Pada kemunculannya, tanda lahir tersebut biasanya hanya berupa noktah kemerahan atau kebiruan, jarang sekali yang tiba-tiba berbentuk benjolan. Seiring dengan bertambahnya usia anak, hemangioma tumbuh membesar.
Wah, apakah akan tumbuh terus?
"Tidak, biasanya proses pembesaran berlangsung sampai anak berusia lima tahun. Selanjutnya akan terjadi proses resolusi," tutur Koesmarinah.
Resolusi yang dimaksudkan adalah proses pengempisan. Lamanya proses resolusi itu pun sangat bervariasi, antara tiga sampai 10 tahun.
Untunglah kalau begitu. Berarti hemangioma tidak perlu dikhawatirkan amat �kan?
Nanti dulu, yang sering terjadi, masalah justru timbul setelah terjadi resolusi. Pada beberapa kasus rupanya hemangioma tidak mau pergi begitu saja. Ia meninggalkan bekas berupa kulit kisut.
Ini dia, rupanya. Apalagi kalau hemangioma menempel di kulit mulus anak perempuan. Tentu akan mengganggu estetika wajah.
Lalu, bagaimana jalan keluarnya?
Menurut Kusmarinah, perlu dilihat seberapa dalam jejak keriput yang ditinggalkan oleh hemangioma. Kalau keriput tersebut hanya mengenai bagian permukaan kulit, yang dilakukan pun cukup penanganan di permukaan. "Namun, kalau sampai cukup dalam dan jelek, perlu dilakukan bedah plastik atau kosmetik."
Bisa sangat mengganggu
Dalam beberapa kasus, meskipun persentasenya sangat kecil, hemangioma dapat menimbulkan gangguan berat.
Hal itu terjadi apabila hemangioma berada di bagian tubuh vital. Misalnya, menutupi sebagian mata atau mulut, sehingga mengganggu proses makan dan penglihatan.
Apabila sudah demikian keadaannya, mau tidak mau dokter harus bertindak. "Biasanya yang dilakukan yaitu memberikan kortikosteroid untuk mempercepat proses resolusi," kata Kusmarinah. Dulu penanganannya dilakukan dengan cara menaruh tekan es kering pada hemangioma tersebut. Namun, cara itu mengakibatkan munculnya luka. Bisa dibayangkan, bila cara itu digunakan pada hemangioma yang menempel di bagian vital, risikonya bisa lebih buruk.
Malah menurut situs birthmark.org, hemangioma pun dapat menjadi cukup berbahaya, meskipun persentase terjadinya sangat kecil. Yakni, bila sampai muncul di berbagai organ dalam tubuh. Seperti hati, usus, organ pernapasan, bahkan otak. Dapat ditebak, gangguan yang diakibatkan tentu berupa tidak mulusnya proses kerja organ tersebut. Di antaranya, gangguan pernapasan, pencernaan, dll. Tak heran bila hemangioma yang tumbuh di dalam tubuh dapat menjadi sangat berbahaya.
Celakanya, jenis yang ini sangat sulit dideteksi. Biasanya kita terdeteksi, sang anak sudah harus segera mendapat tindakan medis. Sakit kuning bisa jadi pertanda hemangioma di hati, darah di feses dapat menjadi indikasi hemangioma di usus, sedangkan batuk disertai sesak napas merupakan sinyal adanya hemangioma di organ pernapasan.
Hemangioma di bagian dalam tubuh dapat muncul pada anak yang disebut hemangiomatosis alias memiliki beberapa hemangioma. Jadi, apabila ada seorang anak yang memiliki tiga hemangioma, ia perlu mendapatkan pemeriksaan lebih komprehensif. Biasanya akan dipergunakan ultrasonografi untuk memeriksa seluruh tubuhnya, untuk memastikan apakah terjadi luka di dalam tubuhnya.
Secara umum hemangioma memang tidak membahayakan. Namun, alangkah lebih bijaksana bila kita segera berkonsultasi pada dokter apabila sampai terjadi kelainan pada anak-anak kita. Seperti sahabat kami tadi, sejak dini berkonsultasi ke dokter. *
No comments:
Post a Comment