Jumat, 24 Mei 2002.
Bertemu Tanpa Kop SuratJakarta, 24 Mei 2002 00:00AMIEN Rais punya pekerjaan baru: menyangkal desas-desus. Ketua MPR ini berulang-ulang membantah bahwa ia telah mengumpulkan sejumlah tokoh Islam di kediamannya, untuk menggodok rencana menghadapi Pemilihan Umum (Pemilu) 2004. "Memangnya ada yang bersaksi bahwa pertemuan itu bicara tentang 2004? Itu tidak mungkin," katanya di pelbagai kesempatan. Pertemuan yang dimaksud Amien adalah acara kumpul-kumpul di kediamannya, di kompleks pejabat tinggi Widya Chandra, Jakarta Selatan, Rabu malam pekan lalu.
Betapapun Amien keras menyangkal, pertemuan itu sendiri memang pantas mengundang banyak dugaan. Sebab, acara ini dihadiri sejumlah tokoh yang punya pengaruh di kalangan masyarakat Islam. Sebut saja, misalnya, Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat (Menko Kesra) Jusuf Kalla yang juga tokoh Golkar, Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil Menengah yang juga Sekretaris Jenderal (Sekjen) Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Alimarwan Hanan, dan Ketua Mahkamah Agung Bagir Manan.
Selain mereka, hadir juga Wakil Ketua Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Mahfud MD, Sekjen PKB Saifullah Yusuf, Sekretaris Majelis Ulama Indonesia Din Syamsuddin, dan tokoh Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia Adi Sasono. Daftar tokoh Islam ini masih sangat panjang. Misalnya, Marwah Daud Ibrahim dari Partai Golkar, A.M. Fatwa dan Fuad Bawazier dari Partai Amanat Nasional (PAN), Hamdan Zoelva dari Partai Bulan Bintang (PBB), dan Hidayat Nurwahid dari Partai Keadilan (PK). Malah, Saleh Khalid Umam, tokoh dari partai baru, PPP Reformasi, ikut bergabung.
Ketika dihubungi GATRA, tokoh-tokoh yang hadir itu juga mengemukakan hal senada dengan Amien Rais. "Kami tak datang mewakili partai. Ini silaturahmi antarpribadi," kata Hidayat Nurwahid, Presiden PK. Ia mengaku memperoleh undangan tanpa kop surat yang ditujukan kepadanya secara pribadi, tanpa embel-embel jabatan partai. "Surat itu ditandatangani Pak Jimly Assiddiqie," katanya. Menurut Hidayat, surat itu merupakan kelanjutan undangan lisan Ketua Dewan Pertimbangan Agung, Ahmad Tirtosudiro.
Hidayat mengemukakan bahwa pertemuan di rumah Amien Rais benar-benar silaturahmi biasa. Sebab pertemuan itu adalah kelanjutan dari acara pertama di kediaman Ahmad Tirtosudiro. Yang kedua di rumah Yusuf Kalla. Bagir Manan juga mengemukakan hal serupa. "Saya dan Pak Mahfud (PKB --Red.) hadir untuk menjelaskan proses amandemen terhadap UUD 1945," kata Bagir Manan kepada G.A. Guritno dari GATRA.
Menurut Bagir Manan, pembicaraan malam itu murni ilmiah. Bantahan boleh diucapkan oleh mereka yang hadir. Toh, beberapa kalangan terlanjur percaya bahwa kumpul-kumpul itu bisa segera berubah menjadi arisan politik. Malah bisa pula berujung menjadi kekuatan politik yang bisa menjatuhkan Megawati atau menaikkan seseorang menjadi presiden. Apalagi, Hamzah Haz secara terbuka mengakui pertemuan itu memang merupakan salah satu persiapan menghadapi sidang tahunan MPR Agustus nanti.
"Pertemuan informal itu untuk mendapatkan persepsi yang sama terutama menjelang Sidang Tahunan," kata Hamzah Haz seusai salat Jumat di Masjid Al Azhar Raya, Jakarta Timur, pekan lalu. Tak diundangnya tokoh ataupun politisi asal PDI-Perjuangan juga makin memunculkan tanda tanya. Mungkinkah partai Megawati Soekarnoputri ini sudah dihadapkan sebagai lawan? "Menurut saya, pertemuan ini memang bertujuan memberi respons terhadap berbagai pernyataan PDI-Perjuangan yang kelihatan ingin menghentikan proses amandemen," kata pengamat politik Bahtiar Effendy.
Tak mengherankan jika ada yang mencurigai kumpul-kumpul ini sebagai upaya Amien Rais untuk membangun kaukus baru, yang kelak akan menguntungkan dirinya dalam pemilihan umum 2004. Apalagi belakangan muncul selentingan bahwa ada skenario untuk memunculkan Amien Rais-Yusuf Kalla sebagai paket presiden dan wakil presiden pada pemilu 2004. Selentingan lain malah mengabarkan adanya upaya menduetkan Amien dengan Zainuddin MZ. Semua kabar inilah yang membuat Amien gusar. "Ya tidak mungkin. Sekali kita membicarakan siapa capres dan cawapres, pertemuan itu pasti bubar dengan sendirinya," kata Amien.
Tapi, banyak hal masih bisa terjadi. Sebab politik di negeri ini terbukti lebih sering menelikung semua pernyataan resmi. Apalagi, pertemuan di kediaman Amien Rais itu bukan yang terakhir. "Akan ada pertemuan selanjutnya di kediaman Pak Alimarwan Hanan. Setelah itu di rumah Pak Saifullah Yusuf, Pak Alwi Shihab dan lain-lain," kata Amien Rais. Nah..kan!
[Krisnadi Yuliawan]
[Nasional GATRA Nomor 27 Tahun ke VIII, Beredar 20 Mei 2002]
No comments:
Post a Comment