Rabu, 10 Juli 2002.
ICON+ Jual Layanan Internet Lewat Kabel Listrik Akhir TahunJakarta - PT Indonesia Comnet Plus (ICON+), anak perusahaan PT (Persero) Perusahaan Listrik Negara terus melakukan evaluasi untuk meluncurkan jasa layanan telekomunikasi berupa koneksi internet atau sambungan telepon melalui kabel listrik.
"Kami sedang mengevaluasi uji lapangan penggunaan teknologi DPLC (distribution powerline communication). Untuk sementara hasilnya sangat bagus. Jika kondisinya seperti ini, akhir tahun kemungkinan sudah bisa diluncurkan," ungkap Didi Ali Achmadi, Project Manager untuk uji coba ketika dihubungi Koran Tempo di Jakarta, Selasa (9/7).
Dari hasil uji coba itu, menurut Didik teknologi yang diterapkan ICON+ memiliki kapasitas hingga 2 Mbps (megabit per second). Bila melihat kemampuan teknologinya, dia optimis layanan tersebut dapat diluncurkan. "Kapasitasnya sampai 2 Mbps. Tetapi untuk sampai ke pelanggan tergantung pada jumlah pelanggan tiap cluster-nya."
Untuk mendapatkan layanan melalui ICON+, tiap pelanggan listrik tinggal menyediakan modem listrik. Melalui modem listrik yang dihubungkan dengan kotak sambungan listrik di rumah, pelanggan dapat langsung menyambungkan dengan komputer atau bisa juga digunakan untuk sambungan telepon. "Tetapi untuk sementara kami baru memberi layanan sebagai ISP. Sebab kami belum memiliki lisensi sebagai penyelenggara telepon."
Didik mengakui dari sisi investasi ICON+ tidak mengeluarkan dana terlalu banyak. Sebab jaringan transmisi berupa fiber optik tinggal memanfaatkan jaringan milik PLN sepanjang 1.300 km. Jaringan ini tersebar di seluruh Jawa-Bali. Sehingga untuk mengaplikasikan penggunaan teknologinya, ICON+ tinggal menyediakan travometer.
Teknologi PLC dikembangkan oleh PTI (Powerline Technologies Inc,), anak perusahaan PowerTrust and M@in.net Communications Ltd. Berdasarkan uji coba yang dilakukan di Amerika pada bulan Februari 2001 lalu, PLC dapat menjadi solusi bagi komunikasi pita lebar (bradband) melalui listrik bertegangan rendah dan menengah. Termasuk mampu melewati gardu induk, sebagai distribusi jaringannya.
Ketika disinggung mengenai adanya interferensi bila sambungan masuk ke gardu induk, Didik mengakui hal itu. Karena itu, ICON+ akan memasang perangkat lain yang mampu mengubah arah sambungan tanpa melalui gardu induk. "Ya, memang benar. Tapi bisa dilakukan dengan menyambungkan pada alat lain tanpa harus masuk ke gardu induk."
Dari aspek bisnis Didik optimis bila layanan ini dapat diluncurkan, pasar masih terbuka lebar. Sebab jumlah pelanggan PLN saat ini sudah mencapai 30 juta. Sebagian besar pelanggan masih terkonsentrasi di Jawa. Kalau pun harus melayani pelanggan di luar Jawa, sistem trasnmisi bisa digunakan satelite.
Sebelumnya, Presiden Direktur ICON+, Walujo N Harjowinoto mengakui layanan komunikasi berbasis listrik akan dikembangkan di Jakarta dan Jawa Barat. Untuk itu pada tahap awal, ICON+ menginvestasikan dana sekitar US$ 2 juta. "Bila harus melayani seluruh kapasitas trasnmisi serat optiknya, perlu dana sekitar US$ 100 juta," katanya kepada Koran Tempo belum lama ini.
ICON+ sendiri baru didirikan PLN pada 3 Oktober 2000. Pendirian anak perusahaan ini bertujuan untuk mengoptimalkan jaringan yang telah dimiliki PLN. Sebab selama ini, jaringan fiber optik yang telah dikembangkan sejak tahun 1992 baru digunakan untuk kebutuhan internal. Padahal, kapasitas serat optik yang ada sudah mencapai 140 Mbps. "Dari kapasitas itu, baru lima sampai tujuh persen yang telah dimanfaatkan."
Disinggung mengenai penerapan teknologi serat optiknya, Didik menyatakan PLN terus melakukan penyesuaian teknologi. Saat ini, teknologi serat optik sudah menggunakan SDH (synchronouse digital hierarchy), teknologi fiber optik terbaru yang digunakan PT Telkom. Salah satunya sudah diaplikasikan untuk jaringan akses optik di Sumatera.
Sebagai anak perusahaan PLN, ICON+ mengelola jaringan serat optik di Jawa yang terdiri atas empat lokasi di Banten, 11 lokasi di DKI Jakarta, 17 di Jawa Barat, 12 di Jawa tengah, dan 14 di Jawa Timur. Jaringan pita lebar serat optik ini memiliki 110 node. Seluruh jaringan itu dikelola melalui 124 terminal. Dan bakal dikembangkan hingga mencapai 170 buah terminal baru.(deddy hermawan)
Ancaman Bagi Operator Telekomunikasi
Di kalangan praktisi industri telekomunikasi, terutama untuk jaringan telepon tetap, salah satu pesaing utama adalah dari kalangan operator listrik. Sebab dari sisi jaringan, operator listrik yang paling berpotensi merebut pasar sambungan telepon tetap. Apalagi bila mereka sudah mengembangkan jaringan berbasis serat optik.
Di Eropa dan beberapa negara bagian Amerika Serikat, teknologi ini sudah dikembangkan dan dikomersilkan. Misalnya di Jerman. Dan dalam waktu dekat menyusul Spanyol, Perancis dan Italia yang akan mengkomersialkan teknologi tersebut.
Kondisi ini yang dibidik PLN ketika mendirikan ICON+, anak perusahaan yang diserahi untuk mengelola dan mengoptimalkan jaringan serat optik PLN sepajang 1.300 km di Jawa-Bali. Adapun pasar yang disasar layanan PLC, teknologi yang diusung ICON+ adalah 30 juta pelanggan PLN sendiri. Bandingkan dengan pelanggan Telkom yang baru mencapai 7,3 juta.
Melalui penerapan teknologi tersebut, pelanggan PLN tinggal membeli seperangkat modem untuk memperoleh layanan komunikasi, baik untuk akses internet maupun telepon. Sayangnya, ICON+ baru memperoleh lisensi sebagai perusahaan jasa untuk ISP.(deddy)
No comments:
Post a Comment