Jumat, 27 September 2002.
Awas Sampo Pantene 'Apek'Beberapa hari lalu saya membeli 3 sachet sampo merek Pantene antiketombe isi 5 ml di sebuah kios di Jl. Gajah Raya, Semarang. Namun, anehnya, sampo yang saya beli itu baunya apek mirip jelantah atau minyak goreng yang habis dipakai. Tidak itu saja, sewaktu saya pakai tidak mengeluarkan busa banyak dan malah bikin rambut jadi kaku.
Saya yang sudah bertahun-tahun memakai sampo merek Pantene tentu saja merasa dirugikan. Karena bau rambut saya bukannya harum, tapi malah apek dan gatal-gatal. Kepala juga terasa panas dan tidak nyaman.
Saat bungkus sampo produksi PT Procter & Gamble Indonesia Tbk. Tromol Pos 1269 Jakarta itu saya cermati, di tepi kemasan tertulis angka 08 28032002. Perkiraan saya, tanggal kedaluwarsa sampo tersebut 28 Maret 2002 seperti tertulis dalam 8 angka terakhir. Yang saya sayangkan, kenapa sampo sudah kedaluwarsa masih dijual bebas di pasaran? Apalagi sampai melebihi batas kedaluwarsa selama 6 bulan.
Dalam hal ini pihak produsen memang tak bisa sepenuhnya disalahkan. Karena bisa jadi sampo tersebut stok lama kios tempat saya membeli. Namun, setidaknya, ini menjadi pelajaran berharga bagi para konsumen sampo merek Pantene. Akan lebih baik apabila saat membeli lebih berhati-hati dan teliti. Dengan demikian, kejadian seperti yang saya alami tak akan terluang kembali.
Bagi produsen sampo merek Pantene, semoga segera menarik produk yang sudah melampaui tanggal kedaluwarsa. Jangan sampai produk Anda ternoda gara-gara ditemukan sampo yang sudah "membusuk".
Arief Baskoro SH
Jl. Gajah Timur Dalam IV,
Semarang
Keseronokan Klip Dangdut
Akhir-akhir ini lagu dangdut sering diputar di TV. Hampir semua stasiun TV punya program khusus untuk lagu-lagu jenis ini. Tetapi, kami sangat prihatin melihat klip videonya yang tidak bermoral, lebih pamer aurat dengan mengeksploitasi tubuh wanita daripada kualitas lirik dan lagunya.
Lebih dari itu, pada acara live dangdut, penampilan penyanyi dan juga penarinya sangat vulgar. Pakaian yang mereka kenakan sangat ketat, menonjolkan lekuk tubuh wanita, serta tariannya yang erotis dan sangat seronok.
Intinya, tontonan ini sangat vulgar dan tidak sesuai dengan budaya bangsa. Karena itu, tidak heran kalau sebagian masyarakat masih menganggapnya sebagai lagu yang murahan dan "kampungan".
Citra ini bisa dihapus kalau penyanyi dan penari lagu dangdut tampil lebih sopan, pakaiannya tidak ketat, dan tidak usah pakai goyangan yang erotis.
Terus terang, maraknya klip video dan acara lagu dangdut yang seronok dan vulgar tersebut membuat kami sangat prihatin. Kami menyesalkan pihak stasiun TV, kenapa memutar acara-acara murahan seperti itu.
Klip video yang hanya mengeksploitasi tubuh wanita sangat tidak mendidik, bahkan dapat menghancurkan akhlak dan moral bangsa. Ingatlah, yang menonton TV bukan hanya orang dewasa, tetapi juga anak-anak di bawah umur.
Kepada rumah produksi, kami minta agar membuat klip-klip video lagu dangdut yang sopan. Jangan sekadar mengeksploitasi tubuh wanita, baik untuk penyanyi maupun penarinya. Sementara itu, kepada penyanyi lagu dangdut, kami mengetuk nurani Anda agar kembali memiliki rasa malu. Sebab, tayangan tersebut ditonton jutaan orang, termasuk keluarga Anda (anak, suami, orangtua, dll).
Kepada stasiun televisi, kami minta agar lebih hati-hati dalam memilih materi acara, mengingat peran TV yang sangat strategis dalam mendidik bangsa ini. Demikian pula kepada pemirsa, agar tetap kritis terhadap acara-acara di TV. Selanjutnya, kepada pemerintah, agar jangan diam saja melihat kemaksiatan di depan keluarga di Tanah Air.
Demikian surat keprihatinan kami terhadap maraknya kemaksiatan di TV. Semoga mendapat perhatian dari semua pihak.
P. Kurniawan
Banyumas
Pengembang Resinda Karawang Mengecewakan
Kami penghuni ruko Blok F Perumahan Resinda merasa kecewa terhadap sikap pengembang yang tidak akomodatif pada keluhan atas keinginan kami untuk merelokasi keberadaan pedagang kakilima di sekitar ruko.
Kami menegaskan tidak melarang keberadaan para pedagang tersebut karena mereka dibutuhkan oleh masyarakat kecil dan sekitarnya. Tapi, seperti laiknya perumahan lain, misalnya Lippo City, keberadaan pedagang kakilima ada pada tempat khusus, bukan berhadapan dengan kami.
Kami menyesalkan sikap staf Resinda, Bapak Handoyo dan Bapak Rusli, yang dalam beberapa kali pertemuan mengatakan bahwa keberadaan para pedagang tersebut merupakan strategi promosi untuk ruko baru dan upaya menghidupkan daerah komersial yang mereka kembangkan. Pada akhirnya ditegaskan oleh direksi, lewat surat, akan menambah terus keberadaannya.
Kami merasa sikap pengembang yang dalam menerapkan kebijakannya tidak melibatkan lingkungan sekitar terlebih dulu terkesan otoriter dan tidak komunikatif dengan penghuni lama. Sungguh aneh mempromosikan ruko dengan cara tersebut, sedangkan penghuni lama saja keberatan. Menjamin daerah bebas banjir mungkin jauh lebih baik.
Penghuni ruko
Nama dan alamat ada pada Redaksi
No comments:
Post a Comment