Jumat, 8 September 2006.
Harga Gabah Petani Jember Merosot
Jum'at, 08 September 2006 | 19:51 WIB
TEMPO Interaktif, Jember:Harga gabah di tingkat petani anjlok menyusul keputusan pemerintah mengimpor beras sebanyak 210 ribu ton mulai awal Oktober mendatang. Petani di Kabupaten Jember, Jawa Timur, misalnya, kaget ketika gabah yang dijual harganya murah.
"Dua minggu lalu gabah kering sawah masih Rp 225 ribu, sekarang menjadi Rp 215 ribu per kuintal," kata Samino, Ketua Kelompok Tani Jember Makmur, Kecamatan Wuluhan, Jember, Jumat.
Samino khawatir harga gabah terus merosot apabila pemerintah tidak memgawasi peredaran beras impor secara ketat. Bukti dampak impor beras terhadap petani, menurutnya, sudah jelas dengan turunnya harga gabah di atas.
"Pemerintah harus menjamin jika kebijakan impor beras hanya melalui satu pintu, sehingga tidak ada permainan distribusi baik tingkat konsumen ataupun pedagang di pasar," ujar Ketua Forum Komunikasi Petani Jember, Jumantoro.
Jumantoro mencontohkan pada 2004 kran beras impor dibuka
tanpa pengawasan pendistribusiannya. "Petani merugi karena beras impor bebas diperdagangkan di pasaran. Akibatnya tata niaga beras menjatuhkan harga gabah petani," ungkap Jamntoro yang juga Sekretaris Perhimpunan Petani Nelayan Indoneisa Jember itu.
Dari pantauan Tempo dua pekan terakhir harga gabah kering sawah cenderung menurun. Pengusaha penggilingan padi mengaku mendapat keluhan dari petani yang menjual gabahnya dengan harga murah.
Dibukanya impor beras justru disambut dingin pedagang beras. Menurut Kamil Gunawan, salah satu pedagang, impor beras tidak perlu ditakuti. "Stok beras nasional memang kecil, hanya cukup hingga Nopember dan untuk memenuhi kekurangannya maka dibuka impor. Toh beras impor hanya dijual di daerah yang kekurangan beras," ujar pemilik CV Kamal Lestari, Kalisat itu. Dia yakin harga beras du Jember tidak akan bergejolak gara-gara beras impor.
Reaksi penolakan impor beras masih berlanjut. "Impor beras hanya akan merugikan petani," ujar Ketua Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah Jawa Barat, Rusli H. Fadli. Dia mengungkapkan, beras nasional mencapai 54,75 juta ton. Apabila dikurangi kebutuhan nasional 32 juta ton, masih tersedia beras cadangan 22,75 ton.
MAHBUB DJUNAIDY | RANA AKBARI
No comments:
Post a Comment