Cari Berita berita lama

Republika - Sukses Itu tak Menyatukan Spanyol

Kamis, 3 Juli 2008.

Sukses Itu tak Menyatukan Spanyol












MADRID -- Banyak orang percaya sukses Spanyol di Euro 2008 akan menjadi titik balik bagi proses kejatuhan negeri itu ke dalam perpecahan gaya Balkan. Tidak sesederhana itu. Di balik pesta masyarakat di kota-kota di Castile dan Andalusia, Catalonia, serta Basque Country, menyambut sukses Spanyol meraih gelar Euro 2008, partai-partai separatis terus berupaya melepaskan wilayah mereka dari Spanyol. Pemerintahan regional Basque, dipimpin Partai Nasionalis Basque, masih mempertahankan rencananya menggelar referendum kontroversial untuk memisahkan diri pada musim gugur mendatang. Pemerintahan regional Catalan, yang dipimpin Partai Sosialis, masih kokoh mempertahan legalitas statuta baru, yang memberikan kepada warganya status privilege. Politisi separatis secara terbuka, dan tanpa ragu-ragu, mengatakan lebih suka melihat Spanyol dikalahkan Jerman di final Euro 2008 di Wina. Mereka kebingungan, tapi sama sekali tidak takut. Tidak dapat dipungkiri, betapa tidak ada kesukses!
an olahraga yang dicapai sebuah negara mampu melenyapkan aspirasi separatisme. Tahun 1964, ketika Spanyol kali pertama menjuarai Piala Eropa, euforia kemenangan sama sekali tidak bisa meredam semangat untuk berpisah. Juga tidak dapat dipungkiri betapa hanya sukses tim sepak bola Spanyol yang mengubah jalan-jalan di kota-kota di Spanyol menjadi berwarna merah dan kuning keemasan. Kemenangan itu sejenak membawa masyarakat Spanyol lupa akan identitas politik mereka, dan larut dalam demonstrasi nilai-nilai sosial. Namun ketika segalanya kembali normal, persoalan lama akan kembali muncul. Galicia, Catalonia, dan Basque Country, belum pernah menjadi negara merdeka. Ketiganya juga tidak memiliki legimitasi sejarah untuk mendasarkan klaimnya, seperti Skotlandia atau Bavaria. Semangat separatisme merupakan manifestasi keputus-asaan regional akibat kebijakan sempit dan self-defeating Francoism, yang menindas tradisi dan bahasa regional. Konstitusi demokratik tahun 1978 mengakui kemb!
ali hak-hak dan institusi sejarah regional, serta melegalkan b!
iliguali
sm, sebagai refleksi kenyataan sosial sesungguhnya. Bagi kebanyakan masyarakat Spanyol, konstitusi ini merupakan kombinasi yang dapat diterima karena memungkinkan mereka yang memiliki perbedaan budaya dan tradisi slama berabad-abad dapat hidup berdampingan. Namun politisi dan elite intelektual, yang terkontaminasi dengan gerakan nasionalisme abad ke-19, tidak bisa menerima konstitusi itu. Mereka mencampur nasionalisme dengan komponen rasisme dan radikalisme, untuk memperjuangkan agenda politik yang lebih ambisius. Sampai saat ini, banyak pemilik di Catalonia, Basque Country, Gaicia, dan pulau-pulau di lepas pantai Spanyol, menempatkan kepercayaan mereka kepada partai-partai separatis. Alasan mereka sederhana; ''Mereka orang-orang kita, mereka lokal.'' Namun mereka menolak manifestasi yang lebih ekstrem. Tahun 2006, sebanyak 51 persen dari 5,2 juta penduduk Catalonia memilih abstain dalam referendun kontroversial untuk memisahkan wilayah mereka dari Kerajaan Spanyol. Hanya !
36 persen yang secara tegas menyatakan ingin berpisah. Betapa diperlukan lebih dari sekadar kemenangan di Euro 2008 untuk membuat masyarakat Catalonia dan Basque mengesampingkan nasionalismenya. Pemerintah Spanyol tampaknya sedang melakukannya, mereka kini memperkenalkan Bahasa Spanyol sebagai bahasa asing yang diajarkan di sekolah-sekolah. Lainnya adalah melenyapkan sistem pengadilan tunggal, untuk mengatasi persoalan sosial.
(berbagai sumber/teguh setiawan )

No comments:

Post a Comment